Transmigrasi

966 89 4
                                    

' Ugh.. Apa yang terjadi padaku, bukannya aku tertabrak tadi.' Mengedarkan pandangannya pada tempat yang menurutnya sangat asing untuknya. Dirinya terbaring pada ranjang yang cukup mewah, dengan kelambu dan kanopi model kuno yang indah sebagai atap ranjangnya. 'Bahkan apartemen reoknya, mungkin hanya seperempat dari kamar ini.' Batin Naruto dengan miris.

Namun mengesampingkan tempatnya berbaring, yang jadi pertanyaannya sekarang. Mengapa dirinya ada disini. Bukannya dirinya harusnya mati setelah kecelakaan yang menimpanya. Dirinya sungguh merasakan sensasi yang tak akan pernah terlupakan olehnya, yaitu dinginnya ambang kematian itu.

Flashback

"Akhirnya aku dapat nilai sempurna lagi dalam ujian minggu ini." Ujar seorang remaja yang bernama Uzumaki Naruto. 17 tahun, yatim piatu sejak lahir sudah berada pada panti asuhan. Entah orang tuanya meninggal atau memang dirinya dibuang, itu semua bukan masalah untuknya. Yang terpenting adalah kerja kerasnya selama ini telah tercapai, yaitu bisa bersekolah dengan mendapat beasiswa. Bukannya sombong, namun otaknya memang cukup cerdas. Makanya setiap memulai sekolah semuanya mendapat beasiswa dari taman kanak-kanak hingga sekarang ini.

Beruntungnya lagi disetiap kesempatan entah sengaja atau tak sengaja, keberuntungan selalu hadir dan menemaninya. Entah itu dari undian hingga lotre judi terbesar bisa ia menangkan. Maka dari anak yatim piatu yang miskin, sekarang dirinya termasuk orang kaya diusia muda yang tak pernah berkerja keras. Karena usahanya hanya dari bandar judi saja.

Hari ini setelah dia mendapatkan nilai sempurna, inginnya dirinya mengajak teman - temannya untuk merayakan semua kebahagiaannya hari ini. Namun saat melihat kedepan, ada anak kecil yang sedang menyebrang jalan tanpa melihat bahwa lampu masih merah. "Awassss." Dengan refleks Naruto menerjang kedepan guna menggapai anak kecil yang akan tertabrak 'Dapat.' Batinnya gembira sembari mendekap anak kecil tersebut. Namun......

Tiiiinnnnnnn

Braakkk

Tubuhnya tertabrak dengan truk yang semula tertuju pada anak kecil tersebut, tapi karena tubuh sang anak kecil ada pada dekapannya, jadilah tubuhnya yang terkena.

Kedua tubuh besar dan kecil itu terpental jauh setelah tertabrak.

"Anakku." Samar - samar Naruto mendengarkan teriakan dari kejahuan. Suara yang sarat akan kekhawatiran dan kengerian. Merendahkan kepalanya guna melihat anak kecil yang ia selamatkan. Mata sebening kristal berwarna aqua tersebut menyapa mata Shappire Naruto. "Ugh.. hahh... hahh.. apa ka-uu b-ba-ik - ba-ik... hahh saja." Ujar Naruto dengan susah payah, karena rasa sakit dan pening yang menggerogoti kepalanya.

"Kakak, hiks.. apa kakak hiks baik-baik saja." Suara sang anak kecil terasa samar dipendengaran Naruto, namun guna menjawab kekhawatiran anak kecil tersebut. Naruto memaksakan diri untuk tersenyum dan menganggukkan kepalanya dengan susah payah. Naruto berfikir miris, mengapa hidupnya harus sesingkat ini. Padahal dirinya sudah berjanji akan mengunjungi panti asuhannya tersebut untuk membagi - bagikan hadiah. Namun sekarang janji itu harus teringkari.

Menatap langit yang cerah untuk terakhir kalinya. Dan mengutuk orang - orang disekitarnya yang hanya bisa diam melihat seseorang yang sedang  sekarat. Setelah anak kecil tersebut jatuh pada pelukan sang ibu. Akhirnya Naruto bisa tenang. Berharap dalam hati semoga anak kecil tersebut segera dibawa kerumah sakit untuk pemeriksaan lebih lanjut.

Suara - suara mulai serasa sunyi baginya. Tubuhnya pun mulai terasa ringan, sakit yang telah menderanya tak lagi terasa. Dingin mulai menjalari dirinya dimusim panas ini. Melingkupi nya. Bahkan terasa bagai dibuai oleh belai tangan lembut. Serpihan ingat terasa berhamburan dibenaknya.

'Ah.. apa ini rasanya sebelum kematian. Ringan. Nyaman. Tak ada beban.' Sebelum semua kegelapan Melingkupinya Naruto mendengar bisikan samar dari ibu sang anak yang telah dia selamatkan. "Terimakasih, hiduplah dengan bahagia."

Setelah itu hanya kegelapan yang terlihat pada sekelilingnya.

Off

Namun sekarang setelah terbangun. Dia hanya sendiri. Diranjang dengan kelambu putih. Naruto tak pernah panik dengan segala sesuatu yang menurutnya aneh. Karena toleransinya sungguh besar. Hingga seandainya dirinya menjadi tikuspun dia akan cepat terbiasa. Hanya akan mengeluh. Mengapa takdir mempermainkannya.

Sekarang setelah dirinya terbangun, hal pertama yang dia butuhkan adalah cermin untuk mengindenfikasi tubuhnya. Dirinya sadar bila ini bukan tubuhnya. Karena meski terbilang muda, tubuhnya dahulu setinggi 170 cm. Namun sekarang memperkirakan sekarang dia memasuki tubuh anak - anak dengan tinggi 155 cm. Cukup tinggi menurutnya.

Berjalan perlahan dikarenakan fisiknya yang masih sangat lemah. Agar tak jatuh. Dirinya berpegangan pada meja nakas disampingnya guna menuju lemari besar dengan kaca besar menghiasinya.

Setelah didepan kaca tersebut. Naruto melihat bayangan wajah datar tanpa senyuman. Bibirnya semerah cherry rambutnya pirang pucat tak secerah saat yang lalu(Sebelum kematiannya). Wajah yang pucat dengan pipi tembam lalu yang terakhir adalah mata. Bola matanya jernih, bagai langit musim panas. Berkilauan bagai permata. Bahkan bola mata itu bersinar, berkaca - kaca seolah olah bola mata itu adalah cermin air. Mempesona, sekaligus mematikan. Hanya Naruto yang bisa melihat apa yang tersimpan jauh dalam bola mata tersebut.

Bayangan gelap, haus darah, kekuasaan dan hal gelap lainnya yang tersembunyi.

Memalingkan wajahnya, seraya menghela nafas pasrah akan nasib yang menerpanya. Ya lebih baik daripada mati sia - sia bukan.

Karena sudah mendapat kesempatan kedua mengapa harus bersedih, lebih baik jalani apa adanya saja.

Setelah merenungkannya untuk sejenak. Naruto memutuskan untuk kembali keranjangnya guna beristirahat sejenak. Untuk sekarang tak ada yang diinginkannya lagi selain tidur. Memulai semuanya, esok hari masih bisa menunggu, bukan.

Tanpa tau bila kedatangannya akan merubah segala sesuatunya. Ya segala sesuatunya. Yang akan datang.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Tbc











Hai, hai aq datang dengan cerita baru. Padahal masih punya hutang banyak cerita, eh bikin yang baru lagi. Maaf ya. Untuk wangxian dua minggu lagi aq akan updet. Ya tergantung berapa banyak yang vote untuk aq sih hihihi...

Hm... untuk cerita yang baru ini semoga ada yang mau vote dan komen. Hahh sungguh sangat mengharapkan sekali....

Meine Arme FielenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang