Chapter 2. Adhiwiya Galang Anggaru

4K 673 151
                                    

~ Patah atau terluka ketika mencintai itu wajar, namun menemukan seseorang yang menganggapmu berharga dan menjagamu... itu hadiah atas kesabaranmu ~

Setidaknya Galang tidak jones. Itu yang dia katakan pada dirinya sendiri. Bila dibandingkan dengan orang yang menghabiskan waktu seorang diri, Galang tidak sesedih itu. Sebenarnya dia punya pacar. Sudah tiga tahun mereka bersama. Hubungan mereka? Lancar. Jarang bertengkar. Tidak aneh-aneh. Nara, pacarnya itu selalu ada ketika Galang sedang kesepian. Dia akan muncul dengan kalimat-kalimat omong kosong yang menghibur, namun itu lebih dari cukup agar Galang tidak bunuh diri karena masalahnya. Galang hanya butuh teman yang bisa mendengarkannya, tanpa menghakimi, tanpa menyalahkan.

Seperti hari-hari biasanya, Galang datang. Orang tua Nara sudah hafal dan mereka menerima Galang. Galang bukan tipe lelaki yang akan dibenci oleh semua orang. Hanya karena dia tak banyak bicara, semua orang menganggapnya pendiam. Mereka tidak membenci orang seperti itu.

"Baru datang?" Nara menyambut, dengan senyuman manis seperti biasa. Cewek itu masih cantik seperti tiga tahun yang lalu saat mereka berkenalan.

Galang tersenyum.

"Lama nunggunya?"

"Ah, baru aja, kok! Udah ditunggu Ibu di dalam. Yuk, masuk!"

Galang mengangguk, lantas melangkah masuk ke dalam rumah Nara. Dia memberi salam dan mencium punggung tangan ibu Nara sesaat.

"Udah lama nggak ke sini, Lang! Ibu udah kangen, lho!"

Galang mengangguk takzim.

"Galang sibuk apa sekarang?"

"Jadi Pak Pos, Bu." Galang tersenyum canggung. Dia sudah jadi kurir di sebuah perusahaan ekspedisi beberapa bulan terakhir ini. Akhir pekan dia gunakan untuk ke sanggar seni. Jelas dia tidak punya waktu untuk berkunjung.

"Oh, iya... pekerjaan apa pun asal Galang menjalani dengan ikhlas, pasti berkah."

Galang tidak tahu harus menjawab bagaimana. Nara keluar dari kamarnya dan sudah berpakaian rapi.

"Yuk, Mas! Keburu malem!"

Setelah berpamitan mereka pergi. Galang menghidupkan motornya, lalu Nara duduk di belakang. Mereka pergi. Nara ingin jalan-jalan, malam mingguan, itu yang Nara katakan. Galang menurut saja. Kisah cinta mereka terlalu sederhana sampai bingung harus diceritakan dari mana. Orang-orang hanya tahu bahwa Galang itu anak yang baik dan pendiam. Nara anak yang ramah dan supel. Mereka saling melengkapi dan cocok.

Mereka sampai di sebuah mall sesuai yang Nara inginkan. Galang hanya akan mengikuti Nara ke mana pun dia pergi, berbelanja sesuka hati. Terkadang Nara memberinya kode untuk dibayari, namun Galang tidak peka sama sekali. Dia berpikir bahwa Nara ingin membeli sesuatu karena sudah memiliki uang, seperti dirinya.

Keluarganya jauh lebih membutuhkan. Untuk biaya sekolah adiknya, atau membeli jamu untuk ibu Galang.

Semuanya berjalan lancar. Nara berbelanja, Galang mengekori di belakangnya... hingga sesuatu terjadi. Lagi-lagi dia bertemu lelaki itu. Galang hampir berbalik untuk melarikan diri kalau lelaki itu tidak memergokinya lebih dulu.

"Hiya... Hiya... mau ke mana?" Terikannya norak seperti biasa.

"Apaaaaa?" Galang melotot ganas.

"Lagi pacaran, ya?"

Galang malas meladeni.

"Kenalin, dong, Lang!"

"Buat apa, dih?"

"Kan pengen tahu kamu seleranya yang kayak apa..."

"Lantas?"

"Buat inspirasi. Rekrut aku jadi muridmu, Sensei!"

Look KissTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang