[B3.3] Tolong, Lepas Aku

90 13 0
                                    

Maya tercipta di ujung jari

Lalu pada senja bakal luluhkan hujan-hujan yang tak bicara, turuni pipi sekaligus tiada teracuh mirat suram ternoda duli

Maya terwujud muasalnya di jeluk batin

Lalu pada diri yang cuma punya repihan hingga sebilik yang luar biasa bancuh, porak-poranda

Diam di situ, menerka-nerka—ini warna apa?

Diam di situ, mencari-cari kehendak hati apa?

Kemudian tersungkap semua itu di suatu hari

Tertenun yang diagung-agungkan buat khalayak tak seberapa

Kemudian datanglah satu petuah di esok hari

Katanya ini ialah sesat, pokok-pokok ini salah jalan

Dan kembali jadi si abu

Dan kembali jadi si pilu yang tiada becus kabarkan lara

Dan sudi terbelenggu, senang-senang saja cengkeram dirampas sementara tapak diborgol, terpaksa pijaki pucat-pucat tanpa kroma

Dan sempat sesat—hei, buat apa turuti jelak batin—arta 'kan tiba tanpa perlu susah rajam hati, putar isi kepala, dan tanya-tanya pada buana

Cukup tembak jitu pada inti tanpa lepas nan likukan maksud sanubari

Cukup ikuti hukum-hukum agung dan bebas dari rengkuhnya lara sanubari

Oh, justru itu yang benar-benar sesat, dan aku telah sesat

Oh, justru itu yang biadab, dan akulah sang biadab

Oh, justru itu bedebah dan benarlah aku bedebah

Siapa aku?

Ingin apa aku?

Tidak, tidak, berontak, berontaklah

Tidak, tidak, tidak apa walau tawa hendak kernai parasmu

Benar, benar, jadilah begundal, jadilah bandit penghadang kehendak buana

Benar, benar, kamu milikmu, jangan bolehkan awak lain rampas itu dan kemudikan di atas kelok-kelok yang sebenarnya bukan liku

Itu hanya kejur yang tanpa kroma

Itu cuma lesi yang bisu tak bersuara

Suara yang kaurindu 'tuk ketuk pintu hatimu

Suara yang direnggut dan kabut lantas sesaki dadamu

Hingga aku janji pada diri—mulai kini—ada yang bakal tercipta

Hingga aku janji pada diri—cuma kehendak hati yang bakal jadi nakhoda

Hingga aku janji di Februari—yang kembali ingatkan muasal pasiku—dan Februari jua yang berjaya kuatkan segenap warna yang kupunya

Sajak Februari LFFL #1Where stories live. Discover now