Pengantar |32|

857 101 107
                                    

"Hari ini terakhir ujian?" tanya bunda sambil menuangkan susu ke gelas gue.

"Iya bun,"

"Ujian apa hari ini?"

"Ujian hidup," jawab gue yang di hadiahi pelototan bunda.

"Hehehe, ujian geografi bun,"

Bunda yang mau masukan roti ke mulutnya pun mengurungkannya.

"Geografi? Sejak kapan geografi masuk mata pelajaran di UNBK?"

"Geografi itu mapel pilihan bun," sambung Bang Kun yang baru duduk di samping gue.

"Adek ngambil geografi di mapel pilihan?" Gue ngangguk sambil memakan roti gue.

Roti yang mau di makan bunda tadi langsung ditaruh kembali ke piring.

"Adek nanti kuliah di jurusan manajemen seharusnya ujian yang diambil itu ekonomi. Kok ini malah geografi," ucap bunda sambil natap gue intens.

"Yah mana adek tau kalo bunda bakal nyuruh ambil manajemen, kan niat awalnya adek mau ambil psikologi,"

Padahal mah geografi ke psikologi gak ada hubungannya (:

"Kenapa gak ngomong ke bunda dulu? Asal ambil pilihan aja,"

"Kayak bunda ada waktu aja," ketika gue mengatakan itu, gue tau kalo Bang Kun langsung natap gue. Mungkin dia kaget kenapa gue bisa ngomong kayak gitu.

"Udah deh lagian adek udah nurutin kemauannya bunda kan buat ambil manajamen?" Gue langsung bangkit dari tempat duduk.

"Bunda belum selesai bicara," ucap bunda ketika gue mau pergi meninggalkan meja makan.

"Nanti adek telat bun. Udah sekarang gimana bunda aja mau ngatur hidup adek, bercuma juga kalo adek punya list sendiri kalo ujung-ujungnya bunda juga yang ngatur semua,"

Setelah mengucapkan itu gue langsung salim ke bunda dan Bang Kun.

"Abang antar ya?" tawar Bang Kun.

"Adek sama Renjun aja, assalamualaikum,"

"Waalaikumussallam."

🍑🍑🍑

Di depan rumah, gue ngeliat Renjun yang udah duduk manis diatas motornya.

Aah jadi teringat pas gue ngambek ke dia gara-gara gak mau naik motor besarnya dan dia langsung ganti ke motor matic.

"Huss, masih pagi udah bengong aja," ucap Renjun sambil melambaikan tangan ke wajah gue.

"Hehehe, kamu ganteng banget sih,"

Renjun mengerutkan keningnya.

"Kamu sehat?" Renjun naruh telapak tangannya di dahi gue setelah itu dipindahkan ke ketek nya.

"Sama,"

"Masa aku disamain sama ketek sih," gue langsung ngerebut helm di tangan Renjun.

"Eh tunggu dulu, aku belum salim bunda sama Bang Kun,"

Gue langsung nahan tangan Renjun,"gausah, udah siang nih ntar kita telat,"

Renjun ngeliat jam di tangannya,"lagi ada something?" tanya Renjun yang gue balas anggukan kecil.

Ini yang gue suka dari Renjun. Tingkat kepekaan dia itu tinggi banget.

Dia selalu tau apa yang gue rasain tanpa harus gue jelaskan, apakah dia cenayang? Aahh tidak mungkin.

🍑🍑🍑

Suasana sekolah gak terlalu ramai, ya iyalah orang yang sekolah cuma kelas 12 doang.

Story of Daren » Huang RenjunWhere stories live. Discover now