HIS 1

3.9K 416 13
                                    

Semua anak yang bersekolah pasti menantikan hari ini, bukan menantikan lebih tepatnya berjuang untuk mencapai hari spesial ini. Seluruh siswa dan siswi tingkat akhir di Korea Selatan merayakannya secara serentak. Orang tua di Korea Selatan saat ini sedang berbahagia dan menyiapkan anak-anak mereka untuk melanjutkan ke jenjang sekolah yang lebih tinggi.

Kebahagiaan ini sepertinya tidak berlaku bagi Kim Yerim. Meskipun dia adalah salah satu dari siswa tingkat akhir di Korea Selatan, menurutnya hari spesial atau tidak tetap sama saja. Masa depannya sudah bisa dia lihat.

Yerim keluar dari ruangan milik Bu Seohyun, guru privatnya selama tiga tahun ini. Hari ini adalah kelulusan yerim dari lembaga sekolah privat, KyungIn School, lembaga sekolah privat ternama di Seoul. Selama enam tahun yerim bersekolah di lembaga ini, dari SMP sampai SMA.

Jika ditanya, yerim sesungguhnya ingin merasakan sekolah umum. Dia ingin bisa memiliki banyak teman, bergaul dengan orang-orang yang berbeda, saling bertukar cerita, sungguh yerim menginginkannya sampai ingin menangis rasanya. Tapi apalah daya, yerim tidak bisa.

"Yerim, selamat ya." Suhyun tersenyum sambil memberikan satu set boneka jenis beruang, yaitu tokoh kartun kesukaan yerim.

"Oh my gosh, kau memberiku ini, makasih hyunie." yerim meluk suhyun erat matanya berkaca-kaca, yerim sedih karena dia akan berpisah dengan sahabatnya.

Suhyun adalah satu-satunya teman yang yerim kenal selama tiga tahun bersekolah di sini. Yerim hanya diijinkan berteman dengan suhyun selebihnya yerim tidak boleh mengenal siapapun, begitu menurut peraturan yang dibuat sepihak.

"Ah, aku juga punya sesuatu untukmu." yerim mengambil sesuatu di dalam ranselnya. Sebuah paper bag berisi merchandise Stray Kids grup Kpop kesukaan suhyun. "Taraa, selamat ya kamu diterima di universitas pilihanmu." ucap yerim.

Suhyun senang sekali, ia loncat-loncat sambil peluk yerim. Yerim nepuk-nepuk punggung suhyun karena dia sesak tak bisa napas, suhyun meluk saking eratnya. "Terus kamu gimana?" ucap suhyun sambil melepas pelukannya pada yerim.

"Ah, mungkin aku nggak kuliah." yerim maksain buat tersenyum. 'Lagian mana diijinin aku buat kuliah' gumam yerim dalam hati.

Suhyun tau itu, dia hanya mengelus pundak yerim tak tau harus berkata apa. "Kau bisa menghubungiku setiap saat yerim." suhyun mencoba menenangkan.

"Tapi aku tak memiliki ponsel." ucap yerim tersenyum miris.

Suhyun langsung mengatupkan bibirnya karena salah bicara, niatnya ingin menenangkan yerim malah membuatnya semakin sedih. "Ahaha, kau bisa kapanpun menghubungiku tak perlu dalam waktu dekat."

Yerim menunduk, "Aku harap kau tak melupakanku jika nanti mendapat teman baru."

"Tentu saja tidak, jangan sedih ini hari spesial kita." ujar suhyun menepuk-nepuk pundak yerim.

Mendengar penuturan suhyun, yerim menjadi lega. Yerim adalah tipe anak yang tidak terbiasa bergaul, hanya suhyunlah temannya sampai saat ini. Itupun mereka hanya bertemu saat diajar oleh Bu Seohyun pada jam yang sama.

Bukan karena yerim tidak ingin berteman atau tipe penyendiri, tetapi yerim memang tidak diperbolehkan atau dibatasi untuk berinteraksi dengan orang lain.

"Yuk balik." ajak suhyun pada yerim. Yerim sebenarnya malas untuk pulang rasanya ia ingin lebih lama di sini sekedar untuk berbincang-bincang bersama suhyun tapi sepertinya suhyun sudah dijemput.

Yerim dan suhyun berjalan keluar gedung KyungIn school. Tubuh yerim menegang saat seorang laki-laki sudah menunggunya di depan mobil. Pegangan tangannya mengerat di lengan suhyun.

HIS [JUNGRI]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora