Ending: Krist

1.5K 93 14
                                    

Suara menderu-deru terdengar samar pada pendengaran, langit malam kini perlahan meredup, cahaya hitam kelam sudah merata tak ada sedikitpun binar yang tadi tersisa, hanya menyisakan secercah sinar berkelebat yang tercetak jelas pada langit dengan sangat cepat, menimbulkan bunyi aneh, menakutkan dan memekikkan telinga, sebelum tak lama kemudian rintikan air karena proses pendinginan pun jatuh tanpa permisi, menimpa apapun di sekitarnya tanpa tahu malu. Segalanya membubarkan lamunan tentang seseorang yang tengah kurindukan.

Seseorang yang hanya bisa aku bayangkan tanpa mampu untuk merengkuh dan mengatakan betapa aku merindukannya. Tanpa bisa mengatakan seluruh isi hatiku.

Meskipun sudah hampir bertahun-tahun berlalu, akan tetapi sosok itu masih setia menemani. Bersarang di dalam hati dan pikiran dengan tak tahu malunya.

Aku sudah melepaskan, tetapi hati ini tak mampu untuk merelakan, masih menyimpan banyak hal tentangnya. Tak mampu untuk melupakan, walau tidak ada lagi luka yang kurasakan ketika orang lain menyebut namanya tepat di hadapanku.

Luka itu belum sepenuhnya sembuh, tetapi setidaknya aku sudah baik-baik saja. Dia dan segalanya kenangan kami tidak lagi membuatku menangis sendirian, merasakan di campakkan ataupun di tinggalkan.

Tidak lagi seperti dulu. Aku bukan lagi pria itu yang merasa frustasi dan menjadi hilang arah ketika ia tak ada. Meskipun ada sedikit kekosongan yang masih dapat terasa. Namun, segalanya bukan lagi tentang dia.

Aku hanya merasa rindu, merindukan saat-saat kami bisa menghabiskan banyak waktu di sini. Melihatnya melakukan kebiasaan anehnya dan mengamatinya dalam diam.

Senja, secangkir kopi dan juga buku romansa itu adalah ketiga hal yang selalu mengingatkanku tentang pria itu. Sampai sekarang aku masih belum tahu mengapa phi Singto menyukai sesuatu yang pahit seperti itu, masih juga belum paham mengapa ia gemar membaca novel-novel romansa yang sama sekali tak cocok untuknya, melewati senja dalam dunianya sendiri tanpa memperdulikan sekitarnya. Pria itu tahu bagaimana cara untuk menghargai diri sendiri, tidak seperti aku.

Ketika rindu menyapa aku menginginkan ia disisiku tetapi tak pernah berharap rindu akan menjawabnya. Tidak. Seperti ini cukup, merindukan tanpa balasan, melakukan hanya untuk kesenangan sendiri. Mengenangnya untuk kenyamanan sendiri. Tak perlu orang lain tahu tentang hal itu.

Kisahku dan dia mungkin sudah lama berakhir, beginilah hidup tak akan ada cerita yang berakhir abadi. Segala hal di dalam dunia fana ini memang terkadang sangat menyakitkan, tetapi tidak semua hal harus berakhir dengan kebahagiaan yang tak masuk akal. Yang terpenting kami tahu, sejauh apapun jarak yang membentang aku tak akan pernah melupakannya, begitu juga sebaliknya.

Segalanya akan mudah jika aku mengatakan terus terang tentang apa yang aku rasakan, tetapi tanpa hal itu harusnya sebenarnya ia paham tanpa aku perlu mengucapkan banyak hal. Tahu bagaimana hatiku padanya. Aku yakin itu, ini pilihannya untuk pergi dan meninggalkan. Hubungan seperti ini memang tak cocok untuk kami. Orang lain mungkin mengganggapnya mudah hanya saja ketika ada dua pilihan bersama atau berpisah. Hanya pilihan akhir yang akan aku dan dia pilih. Untuk melindungi satu sama lain.

Yang aku lakukan bangkit dari sana, mengambil benda persegi yang entah sudah berapa lama aku telantarkan, memasukannya ke dalam saku, sebelum melangkah pergi.

Suara ribuan gemericik air pun tertangkap indraku ketika membuka pintu kafe itu. Jalanan yang basah bahkan menimbulkan beberapa genangan air membuat tatapanku terpaku dalam diam. Mencoba untuk menunggu. Hal yang bisa kulakukan dengan ahli sedari dulu.

Ketika rintikan itu perlahan mereda, tak tumpah ruah seperti beberapa menit lalu, kuputuskan untuk melangkah pergi, menapakkan kedua kaki ini pada jalanan basah dan lembab, udara dingin itu seolah tengah ingin mencekik tubuh di balik pakaian tipis yang aku kenakan.

Tidak pernah ada yang berjalan baik. Beginilah hidupku penuh dengan banyak hal, bahkan lebih melodrama di bandingkan beberapa judul series yang pernah aku mainkan. Bedanya segalanya berakhir bahagia, bersama seseorang yang mereka cintai selama-lamanya. Namun, pernakah orang lain berpikir jika itu mustahil?

Mereka tidak bahagia seperti yang orang lain pikirkan, tetapi melangkah pada awal babak baru kisah mereka, hanya kedua tokoh utama itu yang akan tahu, pastinya banyak suka serta duka, manis dan pahit cerita cinta. Itu yang sebenarnya orang lupa, bahkan akhir buruk pun mungkin suatu saat nanti akan mendapatkan kebahagiaannya, karena sebenarnya tingkat kebahagiaan seseorang itu tidak ada yang bisa mengukurnya, setiap orang punya takaran masing-masing untuk itu.

Lama aku berkutat dengan jalanan pada malam yang dingin ini di tengah keramaian. Dari kejauhan kedua mataku menangkap sesuatu, siluet seseorang yang sangat familiar untukku. Pria itu melangkah kakinya dengan tenang dari seberang jalan, aku mengenalinya. Sungguh.

Bahkan walaupun kami sudah lama tak bertukar kabar, bahkan saling menjauhkan diri, aku masih bisa mengenalinya. Ia kembali, sosok pria itu. Seseorang yang pernah menorehkan perasaan sedih dan bahagia pada waktu yang bersamaan pada kenangan kami.

Mungkin rindu menjawab segala harapan dan pertanyaan yang sempat terucap, tetapi pilihanku akan tetap sama. Tidak akan pernah berubah. Selagi aku tahu jika ia baik-baik saja. Itu sudah cukup untukku, cukup untuk kami berdua.




Tentang RinduWhere stories live. Discover now