[ 5 ] Handle it

1.9K 414 141
                                    

Sanctuary : Magic Island

Written by chleover, 2020.










— ▪︎ — ▪︎ —











Suhu tubuhnya belum sepenuhnya normal setelah perjalanan pulang dari tempat lesnya, tapi Hyuka kini kembali berakhir di ruang musik.


Remaja laki-laki itu mengembuskan nafas kasar, memberikan tasnya pada asisten yang sudah menunggunya di depan pintu.


“Mrs. Oliv tidak ada. Jadi aku yang akan mengawasimu.”


Mendengar itu Hyuka menunduk, melonggarkan dasinya yang terasa mencekiknya semakin kuat. Lihatlah—bahkan Ia tak makan dan minum, apalagi mengganti baju seragam yang dipakainya semenjak matahari terbit hingga tenggelam beberapa jam lalu.


“Baiklah, Ma.”


Hyuka mendudukkan diri di kursi yang tersedia, berjarak lima kaki di arah jam dua—sang Ibu duduk menatapnya sambil melipat tangan di depan dada.


Metronom yang bergerak tidak seteratur detak jantungnya—suara itu seolah memacu debaran di dadanya dan menekan atmosfernya menjadi sempit.


Berulang kali Ia mencoba memuaskan keinginannya untuk bernafas dengan leluasa, tapi keadaan itu terlalu menekannya hingga jatuh dan terhempas.


Hyuka mengerjap pelan, meletakkan jari-jarinya di atas tuts. Tatapannya melekat pada buku tangannya yang masih merah dan berbekas.


Ini tidak akan dilaluinya dengan mudah dan Hyuka menyadari itu.


“Selesaikan latihan ini dan kau bisa beristirahat.”


Hyuka tak berucap apapun lagi setelah itu, Ia membuka lembaran partitur dan jari-jari lentiknya mulai menari di atas tuts.
Sakit. Itulah rasanya.


Tapi Hyuka tidak mungkin memperburuk rasa sakitnya dengan menghentikan permainan ini. Luka dan nyeri saat ini saja sudah cukup untuknya, tidak perlu ditambahi oleh sang ibu.


“Kai!”


Gertakan dari sang Ibu membuat Hyuka menjauhkan tangannya dari tuts piano—setidaknya jika Ia dimarahi, Ia bisa kembali memainkannya lebih baik dengan kondisi tangannya yang rileks.


“Kau masih punya waktu dua hari. Tapi lihatlah permainanmu yang mengabaikan temponya?! Ikuti tempo yang ada di partitur!”


Sang ibu meninggikan suara di akhir ucapannya, membuat Hyuka tidak berkutik di posisinya.


“Akan kuulangi.”


Hyuka pun melanjutkan permainannya. Sementara ibunya masih mengawasi pergerakan dan permainan anak itu. Hyuka merasa kacau saat jari-jarinya kembali terasa nyeri dan kaku—sementara Ia belum menyelesaikan permainannya. Sudah berusaha semaksimal mungkin—namun nyatanya itu tetap saja di luar batasnya.


“Terserah denganmu. Jika kau membuatku malu dengan penampilan yang kacau di acara itu, lihat saja nanti.”


Ibunya melengos pergi—sementara Hyuka menatap kosong mengikuti arah perginya sang ibu.


“Kapan semua ini berakhir?”

——



“Bagaimana sekolahmu?”


Beomgyu mengangkat pandangannya, menatap sang ayah yang juga menatapnya tegas. Remaja laki-laki itu kemudian tersenyum kaku, “Seperti biasa, semuanya berjalan baik, ayah.”

Sanctuary : Magic IslandWhere stories live. Discover now