BAB 22

1.2K 220 5
                                    

Terima kasih untuk dukungan kalian dengan menekan vote. Dan terima kasih karena sudah mengikuti kisah ini yang sebentar lagi akan berada di penghujung. 

Jangan lupa akan ada COMING SOON KE-5 Fanbook di bulan April nanti. Ditunggu partisipasi kalian dan siap menerima cicilan, huhuhuhu~~ ♫♫♫

□■□■□■□■□

Mrs. Ethelbert langsung kembali menuju Kent. Berada di puri pribadinya. Ia mulai mengemasi barang-barang seperlunya tanpa bantuan pelayan yang hanya membeku di depan pintu kamarnya. Menyaksikan untuk pertama kalinya Mrs. Ethelbert sangat terpukul—bagi orang-orang baru di puri itu, ini pertama kalinya melihat nyonya mereka sangat marah dan memutuskan untuk pergi ke suatu tempat tanpa perencanaan matang.

Bagi orang-orang lama di puri itu, Mrs. Ethelbert pernah bersikap seperti itu setidaknya beberapa tahun yang lalu, ketika putrinya menghilang dan tak ada satu pun orang yang berhasil menemukannya. 

"Kenapa kau menyetujui anak sulungmu membawa adiknya tanpa penjagaan. Meski itu di area sekolah siapa pun bisa menculiknya." Katanya pada saat itu kepada suaminya. "Sekarang kau bilang hanya tinggal menunggu kastel kita mendapatkan telepon dari mereka yang meminta tebusan? Apa kau gila?" 

Sebagai seorang nyonya yang terhormat, Mrs. Ethelbert harusnya tahu. Memaki seorang suami bisa dibilang kesalahan besar. Namun pada saat itu setidaknya dia gelap mata. Putrinya menghilang. Sampai berminggu-minggu. Berbulan-bulan. Bahkan bertahun-tahun telah terlewat, anak itu tidak pernah kembali pada mereka. 

Sekarang, anak sulung mereka menjadi dalang di mana putri kecil itu menghilang. Mrs. Ethelbert sangat terpukul. Di sisi lain, dia tidak ingin merasa sangat kesal ataupun membenci anak sulungnya. Tapi yang dilakukan oleh Neji luar biasa keterlaluan. 

Sementara Neji hanya melihat ibunya dari luar kamar dengan pintu kamar ibunya yang terbuka lebar. Ia pernah memikirkan sekali jika dia ketahuan, mungkin ibunya akan menangis di kamarnya seharian. Dan, hal tersebut benar-benar terjadi walau sempat dia dapat mengenyahkan dan kembali tenang. 

Neji tidak punya cara untuk mencegah ibunya pergi dari puri dan meninggalkan tanggung jawabnya sebagai pemilik kastel di Kent, mengingat kondisi wanita itu berhak untuk membenci seluruh yang ada di sini, juga dirinya sebagai anak sulung penyebab utama tidak stabilnya keharmonisan hubungan antar ayah dan ibu tirinya. 

Bertahun-tahun sebelum kematian ayahnya, ibu dan ayahnya mulai terlibat perang dingin karena sang suami berada dalam ketidakbecusan sebagai pemimpin keluarga. Ayahnya bukan tidak tegas. Tapi ia memang tergolong dalam beberapa orang menganggap anak perempuan tidak akan bisa membangkitkan nama keluarga. 

Berbeda dari sang ayah, Neji justru merasa yakin, bahwa seorang anak perempuan bahkan bisa memimpin kerajaan seperti Ratu Elizabeth. Bagaimana ayahnya tidak memikirkan kemungkinan semacam itu?

Sebaliknya, Neji sendiri telah memikirkan sampai ke sana. Maka dari itu, dia tidak bisa membiarkan adiknya yang mendapatkan separuh kekayaan keluarganya lalu memiliki kemungkinan untuk memimpin yang dimiliki oleh Ethelbert. Karena perjanjian itulah dia membuang adiknya. Ia serakah serta iri secara bersamaan. Membuatnya tidak memikirkan kemungkinan atas kebencian dari sang ibu tiri yang disayanginya kelak jika ia ketahuan atas kebusukannya itu.

Neji kemudian masuk ke dalam kamar, menutup pintu kamar ibunya perlahan supaya pelayan-pelayan tidak mendengar interaksi mereka, juga pertengkaran mereka. 

SUGAR BROTHER ✔Where stories live. Discover now