01

4.3K 639 153
                                    

Namanya Haura, usia 28 tahun, dan berdarah campuran, cina-melayu serta kulit putih. Dia sebenarnya lebih terlihat seperti orang asia, tapi di beberapa kesempatan juga bisa terlihat seperti orang bule. Terutama saat wajahnya terkena sinar matahari, yang membuat bola mata coklat terangnya, serta rona merah di pipinya jadi terlihat jelas.

Entah kenapa bisa begitu, Taeyong pun merasa takjub sendiri tadi saat melihatnya.

Sayang, pesona wajahnya harus tertutup luka dan memar, serta topi seragam kerjanya.

Dan yang lebih disayangkan lagi, sudah menikah, bahkan sudah punya anak berusia enam tahun. Yah, dia menikah di usia muda. Yaitu dua puluh dua tahun. Dan begitu menikah, langsung dikaruniai seorang anak laki-laki yang diberi nama Matthew.

Hanya sebatas itu yang Taeyong tahu tentang Haura. Sementara Taeyong, malah cerita macam-macam pada Haura.

Haura tipe orang yang mudah memancing lawan bicaranya untuk banyak bicara. Meskipun dia sendiri sebenarnya condong pendiam.

"Ya lalu kenapa kalau sudah menikah? Aduh, pikiranku ini. Memangnya berteman saja tidak bisa?" oceh Taeyong selama menyetir.

Ia tiba-tiba mengingat coklat berwarna merah muda, berbentuk segitiga, yang dihiasi bunga mawar kecil di atasnya, dan dibungkus plastik mika tebal. Katanya itu hadiah untuknya, atas keberaniannya mengajak berteman. Setelah Taeyong mengaku kalau sebenarnya dia pemalu dan kesulitan memulai pertemanan.

'Aku jadi diperlakukan seperti anak-anak sih, tapi senang,' batin Taeyong, sembari tersenyum tipis. 'Padahal aku lebih tua lima tahun darinya. Yah, seringnya wanita lebih dewasa dari pria, entah kenapa. Apa lagi jelas dia seorang ibu. Tapi apa aku terlihat imut, jadi diperlakukan seperti anak kecil?'

Tak terasa, ia akhirnya tiba di apartemennya. Setelah memarkirkan mobilnya di parkiran, Taeyong bergegas naik ke lift, menuju lantai delapan, tempat dimana unitnya berada.

•••

Taeyong menatap ponselnya, sembari menggigiti kuku ibu jarinya.

'Hubungi, tidak? Hubungi, tidak?' batin Taeyong. 'Akh, hubungi saja. Kan hanya lewat pesan,'

To: Haura
Halo...

Satu menit, dua menit, tiga menit... belum ada jawaban juga.

Taeyong menghempaskan tubuhnya di kasur, sembari menatap cemas ke layar ponselnya.

"Hah, apa memang salah ya menghubunginya?" batin Taeyong. "Bagaimana kalau dia tadi hanya merasa tidak enak, makanya menerima tawaranku untuk berteman. Tapi kalau memang begitu, dia tidak akan memberikan nomor ponselnya 'kan?"

Berbagai macam prasangka jadi berputar di benak Taeyong.

Ia pun menghela napas, dan akhirnya memilih bangkit dari kasurnya untuk mandi. Semoga saja setelah mandi nanti, akan ada jawaban masuk di ponselnya.

•••

Matthew menatap Haura yang tampak sedang melamun sepanjang perjalanan pulang ke rumah. Ia bisa merasakan tangan ibunya yang menggandeng tangannya, mengeluarkan keringat.

I'm here | Lty & Jjh ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang