[9] Arti Hadirmu

242 29 4
                                    

Ruang auditorium penuh dengan dosen baru. Mereka baru lulus CPNS dan akan menjadi dosen tetap di lingkungan Universitas Islam Darussalam. Zhavia dan Xing ada di antara puluhan formasi yang diterima tahun ini. Satu sisi, ada kebanggaan bagi Zhavia berada di sini. Berjuang bersama puluhan ribu di bawah naungan Kementerian Agama untuk mendapat satu posisi yzng diperebutkan. Posisinya miris, katanya putra daerah diutamakan. Saingan kuatnya tergelincir di Seleksi Kemampuan Bidang.

Beberapa dosen senior yang akan mendampingi dosen baru juga ada di sana. Zhavia melihat Zayn di bangku depan. Zayn sempat melihat Zhavia di bangku perempuan saat masuk ke ruangan.

Ketika nama-nama diperkenalkan. Zayn menarik napas panjang. Keputusannya, apakah sudah tepat? Pada diri sendiri dia bertanya.

Gundah.

Zayn pikir pendampingan akan berlaku ketika semester baru dimulai. Ternyata sekarang pun sudah dimulai pendampingan. Dosen pendamping diminta berkumpul dengan para bimbingannya.

Di ruangan itu dia melihat Kiara. Perempuan itu melirik dengan tatapan tidak senang pada kelompok Zayn. Dia tahu, penyebabnya karena Zhavia ada di sana.

Ada rasa bersalah ketika Zayn mencium aroma tidak sedap akan terjadi di antara mereka. Seketika ia merasa perlu memberi perlindungan pada Zhavia. Medkipun dia tahu, Zhavia akan lebih aman jika bersama Xing. Namun sebagai lelaki dia marasa perlu memberikan tangannya untuk membantu.

Ah, pikiran macam apa ini?!

Zayn mengutuk dirinya berulang kali. Keputusan yang sudah diambil ini bukan keputusan yang bijaksana. Mungkin, setidaknya untuk saat ini.

❤️❤️❤️

"Siakad itu apa, sih?" Tanya Zhavia yang langsung dipelototi oleh Zayn dengan sinis. Tiga dosen muda bimbingan Zayn menahan tawa.

Tentu saja, bagi mereka tidak asing dengan nama siakad. Sebelumnya mereka memang dosen. Sudah terbiasa dengan nama itu. Berinteraksi dengan teknologi dan halaman bernama siakad.

"Kamu tolol banget atau sebegitu tololnya?" Tanya Zayn berbisik. Dia tahu yang lain tidak mendengar.

Tubuh Zhavia seketika menegang. Matanya menyapu sekeliling. Zayn bertanya sadis padanya. Ya, pada Zhavia.

"Zhavia, kamu serius nggak tahu siakad itu apa?" Gemina yang duduk di dekat Xing tertawa.

Zhavia menggeleng lemah, "Aku tidak pernah menjadi dosen sebelumnya. Jadi, dunia akademik memang sangat asing buatku. Serius. Aku tidak pura-pura."

Gemina tertawa kecil cenderung mengejek, "Fresh graduate? Are you sure?"

Rona wajah Zhavia berubah. Zayn menangkap itu. Dia berdehem untuk mengambil semua perhatian.

"Bu Zhavia bukan fresh graduate kalau yang bu Gemina maksud beliau baru lulus dan tidak punya pengalaman kerja sama sekali. Bu Zhavia seorang PR di perusahaan periklanan besar. Di Jakarta. Sama sekali tidak ada kaitannya dengan dunia akademik. Jadi, kalau bu Zhavia tidak paham soal siakad. Bukan hal aneh apalagi memalukan. Bisa saja," Zayn membela.

Gemina diam. Zayn melirik Zhavia yang menarik nafas lega.

"Saya juga tidak paham siakad itu apa. Bisa dijelaskan, Pak Sa.. Fir?" Pinta Xing.

Zayn mengangguk, "Siakad itu adalah portal untuk kegiatan akademik. Mulai dari kegiatan mahasiswa, juga segala hal yang berkaitan dengan aktivitas dosen. Anda semua akan menemukan absen mahasiswa di sana. Termasuk mengisi nilai dengan metode daring. Paham?"

Zhavia mengangguk. Dia meliril Xing dzn mata mereka bertemu. Xing mengedipkan mata.

I saved your life.

Xing masih sama. Seperti Xing yang pernah dia kenal di Tokyo dulu.

❤️❤️❤️

"Ada penelitian yang bisa kita ikuti," Zayn meletakkan selembar kertas di atas meja Zhavia. "Saya memeproleh informasi akurat kalau kamu punya track record dalam penelitian."

Zhavia membaca semua ketentuan. Topiknya memang agak berat untuk Zhavia. Melihat cara Zayn menantangnya, adrenalinnya tertantang untuk membuktikan diri.

"Bisa, saya akan ikut!" Kata Zhavia.

"Kita," tegas zhavia.

"Kita?"

"Kamu belum bisa melakukan penelitian tunggal. Kamu tahu kan? Karena kamu masih berstatus CP.."

"Oke! Kita! Deal!"

Zayn dzn Zhavia menarik nafas panjang. Sama-sama menahan emosi masing-masing. Kalau saja dia bisa menahan egonya sedikit.

"Persiapkan topik. Kita akan diskusikan nanti, pertemuan selanjutnya akan aku kabari." Zayn meninggalkan Zhavia di ruangnya.

Di luar dia bertemu Kiara. Zayn membuang muka.

"Kenapa harus memaksakan ayam terbang jika masih ada burung yang hakikatnya memang di udara. Kamu salah memilih orang, Safir." Kiara menjajari langkah Zayn.

"Maksudmu?"

"Kamu tahu maksudku, Pak Safir. Jangan memaksa orang yang nggak ngerti dunia akademik. Masih banyak dosen lain yang lebih berkompeten."

"Aku nggak ngerti maksudmu. Jangan terbelit-belit. To the point!"

Kiara menarik nafas panjang sebelum mengeluarkan kata-katanya, "Kenapa kamu memilih Zhafia untuk partner penelitian? Manusia itu... Siakad saja tidak tahu!"

"Oh!"

"Apanya yang oh?!"

"Aku nggak punya waktu untuk berdebat."

"Kamu pikirkan itu. Kamu salah memilih orang!"

"Terus... Yang benar apa? Saya pilih kamu?"

Kiara diam.

Zayn melanjutkan, "Dengar, Bu Kiara. Dosen baru itu boleh tidak tahu Siakad. Itu karena dia tidak pernah menjadi pengajar tetap sebagai dosen. Asal kamu tahu, penelitiannya jauh lebih bagus dan banyak dibandingkan dengan Anda. Kalau alasan Anda menghentikan saya dengan alasan itu,  saya sudah jelaskan!"

Zayn diam. Kiara menahan geram.

"Kamu kenapa, sih?" Tanyanya dengan suara rendzh dna bergetar.

Zayn tidak menjawab, tapi meninggalkan Kiara yang berdiri seolah semua tulang terlepas dari tungkai kakinya.

❤️❤️❤️

Dear Olivers,
Minggu ini saya lagi malas update walaupun kita semua diwajibkan stay at home dan work from home. Haduh, efek terlalu banyak rebahab kali, ya..

Btw, share pengalamanmu selama di rumah aja, dong.

Salam sayang,

Olivia Ailinna

Zayn ZhaviaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang