[MPK • 25]

3.1K 121 4
                                    

"Maaf saya harus akhiri pertemuan ini karena ada urusan mendadak. Silahkan buat makalah yang sesuai dengan materi yang saya sampaikan tadi, kumpulkan lusa. Ada yang ingin ditanyakan?" Tanya seorang dosen yang sedang mengajar di kelas Rachel. Dea menunjuk tangannya ke atas,

"Ya, saudara Dea. Silahkan bertanya," ujar dosen bernama Ramdan. Mempersilahkan Dea bertanya,

"Maaf, pak. Tapi bapak belum menjelaskan materi sampai selesai. Saya belum paham di materi akhir,"

Dosen tersebut mendengus dan memijit pangkal hidungnya, "Ya sudah, kamu bisa bimbingan sama saya."

"Ada lagi yang ingin bertanya sebelum saya tutup pertemuan ini,"

Setelah dirasa tidak ada yang bertanya, dosen berumur kepala tiga tersebut mengakhiri pertemuan di jam kedua dan ia keluar dari ruangan. Rachel merasa dirinya bebas, karena dosen tadi sangat killer dan tidak ada toleransi jika ada mahasiswa yang melanggar aturan sedikitpun.

"Chel, kantin kuy." Ajak Mika pada Rachel. Rachel menguap dan menggeleng, "Gue ke perpus aja, Mik. Sorry ya. Lo bareng sama si Santi aja,"

Mika menghela nafas, "Ya sudah. Eh eh, tapi kan lo belum makan dari sebelum matkul pertama dimulai. Lo sakit nanti, gue yang disalahin sama suami lo ntar,"

"Tapi gue lagi gak laper, Mik."

"Bukan masalah lapar atau engganya, Chel. Lo gak sadar, diperut lo lagi ada siapa? Calon anak lo kan? Yaudah mendingan makan dulu."

Mika terus memaksa Rachel agar mau ke kantin dan makan untuk mengisi perutnya yang memang belum diisi apa-apa kecuali susu hamil yang Gino buatkan tadi pagi sebelum berangkat kuliah.

"Gue pesenin nasi kuning dulu. Tunggu sini,"

Setelah mengatakan itu, Mika pergi ke salah satu penjual nasi. Ada nasi goreng, nasi kuning, dan nasi uduk. Santi datang seorang diri,

"Sendiri aja, Chel?" Tanya Santi lalu duduk di kursi yang kosong dekat Rachel. Rachel menggeleng, "Tuh, sama si Malika kedelai hitam. Lo sendirian aja? Mana si kudanil?"

"Gak tau, aku belum ketemu dia hari ini. Dia masuk kan?"

Karena sekelas, akhirnya Rachel mengangguk, "Iya masuk kok. Tadi dia lagi sibuk ngerjain revisi makalah dari pak Adi. Sekarang ada di perpustakaan,"

"Ya sudah, nanti aku susul. Btw gimana kandungan kamu? Sehat kan?"  Tanya Santi sambil mengelus perut Rachel,

"Allhamdulilah, San. Ya masih muda, jadinya masih rata hehe." Jawab Rachel sambil menyelipkan rambut ke belakang telinga.

"Syukurlah, aku seneng dengernya. Oh iya, aku kesana ya. Mau mesen sosis bakar. Lagi laper," pamit Santi pada Rachel. Rachel mengangguk dan sekarang ia sendiri lagi. Ia mendengus, melihat ke arah Mika yang masih menunggu pesanan. Padahal kantin tidak begitu ramai.

Setelah lima menit berlalu, akhirnya Mika datang dengan nampan berisi satu piring nasi goreng dan satu piring nasi kuning lengkap dengan telur rebus dan orek tempe.

"Beli ginian doang lama amat, Mik. Kayak ngantri sembako," ujar Rachel seraya mengambil sendok dan garpu yang ada di atas meja. Mika mendengus, "Itu, bude tadi bilang orek tempenya lagi dimasak. Itu baru mateng tempenya." Jawab Mika sambil menunjuk orek tempe yang ada di nasi kuning Rachel. Rachel hanya ber-oh ria dan mulai memakan nasinya.

"Tadi gue sempet liat Santi ngobrol sama lo. Kemana tuh bocah?" Tanya Mika, Rachel menunjuk gadis berhijab ungu muda datang ke arah mereka membawa dua sosis bakar pedas kesukaan Santi. Santi duduk bersama dua sahabatnya,

"Demen amat sama sosis bakar, San." Komentar Mika melihat Santi asik memakan satu tusuk sosis bakar di tangannya. Santi terkekeh, "Iya. Favorit aku banget."

Gino & Rachel [✔]Where stories live. Discover now