BAGIAN 1

860 22 0
                                    

Dua orang pemuda terlihat berlari kencang, seperti dikejar setan. Entah sudah berapa kali mereka menoleh ke belakang, seakan-akan ingin meyakinkan diri kalau tidak ada yang mengejar. Keringat telah mengucur deras membasahi baju, tapi mereka terus saja berlari tanpa mempedulikan keadaan. Tiba di suatu tempat yang agak sepi di pinggir hutan, pemuda yang usianya lebih muda menghentikan larinya dengan napas tersengal memburu. Yang seorang lagi ternyata juga menghentikan larinya. Tampak jelas sekali raut wajahnya mencerminkan kecemasan yang amat sangat.
"Jangan berhenti di sini, Jaran. Kita harus secepatnya tiba di desa yang terdekat. Kalau tidak, perempuan iblis itu tentu akan mengejar kita!"
"Aku sudah tidak kuat lagi, Pingkal! Napas ku akan putus rasanya!" sahut pemuda yang bernama Jaran dengan suara terputus dan tersengal memburu cepat.
"Kau ini bagaimana, Jaran...?! Kita harus secepatnya pergi dari tempat ini. Kalau sampai kita ditemukannya akan celakalah jadinya!" tegas pemuda yang lebih muda, dan bernama Pingkal.
Nada bicaranya terdengar setengah memaksa. Jaran menarik napas dalam-dalam, dan menghembuskannya kuat-kuat. Dicobanya untuk menguatkan diri, mengikuti temannya yang telah lebih dulu kembali berlari. Tapi baru saja berlari beberapa tombak, Jaran sudah berhenti lagi. Sedangkan Pingkal mulai tidak sabar melihat temannya ini.
"Ayo...! Kuatkan semangatmu, Jaran. Kumpulkan semua tenaga yang kau miliki. Ingat! Kita terancam bahaya!" seru Pingkal memberi semangat.
"Aku tidak kuat lagi, Pingkal...."
"Jangan mengikuti kehendakmu, Jaran! Paksakan terus," desak Pingkal.
Jaran benar-benar merasa sudah tidak kuat berlari lagi. Tapi mengingat bahaya yang masih terus mengancam, mau tak mau dia harus memaksakan diri kembali berlari. Namun baru saja berlari beberapa langkah, tiba-tiba saja....
"Hi hi hi...!"
"Heh...?!"
"Hah...?!"
Kedua anak muda itu jadi kaget setengah mati, begitu tiba-tiba terdengar suara tawa mengikik yang mendirikan bulu kuduk. Seketika, wajah mereka jadi pucat pasi. Dan mereka langsung berhenti berlari, berdiri merapat.
"Kalian pikir bisa menghindar dariku? Jangan harap, Cah Bagus!"
"Heh...?!"
"Celaka...!" desis Pingkal memaki.
Belum lagi hilang rasa terkejut mereka, tiba-tiba saja berkelebat sebuah bayangan begitu cepat. Dan tahu-tahu di depan mereka sudah berdiri seseorang bertubuh ramping. Wajah cantik bagai bidadari baru turun dari kayangan. Suara tawanya yang nyaring melengking tinggi terus terdengar menyakitkan telinga.
Perempuan itu mengenakan baju yang sangat tipis, hingga tembus pandang. Bibirnya yang berbentuk indah dan berwarna merah merekah, selalu menyunggingkan senyuman genit memikat. Tampak di pinggangnya yang ramping indah, terselip sepasang pedang pendek dari perak. Rambutnya yang hitam panjang dan lebat, dibiarkan terurai hingga ke pinggul. Sesaat kedua pemuda itu menelan ludah.
Sepintas saja setiap laki-laki akan terpesona melihat kecantikannya. Bahkan siapa pun bakal tergoda untuk memiliki. Namun, berbeda dengan mereka. Wajah Jaran dan Pingkal terlihat pucat pasi memancarkan ketakutan. Golok di pinggang mereka langsung dicabut, siap menghadapi perempuan itu. Sepertinya, mereka sedang menghadapi musuh besar yang akan mengancam keselamatan.
"Hi hi hi...! Kenapa mesti main-main dengan benda berbahaya itu, Cah Bagus? Kemarilah.... Tidakkah kalian ingin bersenang-senang denganku?" terdengar lembut dan genit sekali nada suara wanita cantik bagai bidadari itu.
"Perempuan iblis! Enyah kau dariku! Kalau tidak, golok ini yang akan bicara!" ancam Pingkal membentak garang.
Jaran pun ikut-ikutan memperlihatkan wajahnya yang tidak senang sambil mendengus sinis. Tapi perempuan berwajah cantik itu hanya tertawa kecil. Sedikit pun tidak terlihat perasaan takut di wajahnya melihat kedua pemuda itu sudah menggenggam golok masing-masing. Bahkan bibirnya yang merah menyala terus mengukir senyum begitu manis dan menggoda. Dan setiap mata laki-laki yang memandangnya, pasti akan menelan air liur. Tapi, tidak demikian halnya Jaran dan Pingkal. Bagi mereka, senyuman itu terlihat bagaikan sebuah seringai serigala yang hendak mengoyak tubuh mereka sampai lumat.
"Hi hi hi...! Agaknya kalian tidak bisa dibujuk secara halus. Tapi, biarlah. Kali ini, aku harus sedikit memaksa agar kalian tahu kalau Bidadari Dasar Neraka tidak main-main dengan niatnya. Apa yang kuinginkan, jangan harap tidak kudapatkan. Salah seorang dari kalian harus menemaniku. Malah, kedua-keduanya lebih bagus!" perempuan yang menjuluki dirinya Bidadari Dasar Neraka menunjukkan wajah kesal.
Kemudian, tiba-tiba saja tubuh Bidadari Dasar Neraka sudah melesat ringan sekali ke arah kedua pemuda itu. Begitu cepat dan ringan gerakannya, sehingga membuat kedua pemuda itu jadi terperangah sesaat. Namun....
"Hati-hati, Jaran!" teriak Pingkal memperingati.
"Yeaaah...!"
"Hup!"
Kedua pemuda itu cepat-cepat berlompatan, menghindari terjangan wanita cantik yang menjuluki dirinya Bidadari Dasar Neraka. Namun tanpa diduga sama sekali, Bidadari Dasar Neraka merubah gerakannya dengan kecepatan sulit sekali diikuti pandangan mata biasa. Dan belum lagi kedua pemuda itu bisa menyadari, tahu-tahu....
Tap! "Akh...!"
Kecepatan bergerak Bidadari Dasar Neraka sangat sulit diimbangi kedua orang pemuda itu. Dan tiba-tiba saja terasa ada angin menderu dan menghantam tubuh mereka. Saat itu juga, tubuh mereka terasa seperti dihantam sesuatu yang keras sekali.
Des! Plak!
"Akh...!"
"Ugkh!"
Jaran dan Pingkal terjungkal sambil mendekap dadanya yang terasa nyeri. Golok di tangan juga sudah terlepas entah ke mana. Tapi, mereka cepat melompat bangkit berdiri lagi. Dan pada saat yang bersamaan, perempuan berwajah cantik itu sudah melompat begitu cepat, hingga tahu-tahu sudah berada di depan kedua pemuda itu lagi. Bibirnya yang merah, terus tersenyum manis memikat. Tampak pada kedua tangannya tergenggam dua bilah golok kedua anak muda itu.
"Kau, ikut denganku!" Bidadari Dasar Neraka menudingkan kedua golok itu ke arah Jaran.
"Huh! Lebih baik mati daripada melayani perempuan iblis sepertimu!" dengus Jaran sengit, sambil menyemburkan ludahnya dengan wajah garang.
"Hi hi hi...!" Sambutan Jaran yang begitu ketus, hanya disambut tawa terkikik.
"Hup!" Baru saja Jaran mengatupkan bibirnya, tiba-tiba saja tubuh Bidadari Dasar Neraka sudah bergerak begitu cepat menyambar pemuda ini. Seketika Pingkal bermaksud menghalangi dengan mengayunkan sebelah kakinya, tapi tangan perempuan itu langsung menghantam tulang keringnya.
"Hiyaaa...!"
"Hih!"
Plak!
"Akh...!"
Pingkal menjerit kesakitan. Bekas hantaman Bidadari Dasar Neraka pada kakinya kelihatan berwarna merah kebiruan dan terasa sangat sakit. Mungkin tulangnya ada yang patah. Tapi dalam keadaan begitu, keselamatan temannya masih sempat dipikirkan. Dia berusaha bangkit, walaupun tertatih-tatih.
"Jaran...!" Pingkal jadi celingukan mencari-cari temannya.
Ternyata Jaran sudah tidak ada di tempatnya lagi. Begitu juga Bidadari Dasar Neraka. Mereka lenyap begitu cepat tanpa bekas sedikit pun juga. Seakan-akan, mereka adalah segumpal asap yang tersapu angin. Memang sungguh luar biasa kecepatan gerak Bidadari Dasar Neraka. Begitu tinggi ilmu meringankan tubuhnya, sehingga bisa bergerak secepat angin. Dan dalam sekejap mata saja, sudah tidak terlihat lagi hanya dengan sekali lesatan saja. Bahkan sambil menghalau Pingkal tadi, wanita itu cepat sekali menyambar tubuh Jaran. Lalu, Jaran dibawa pergi, sebelum Pingkal bisa menyadari.
"Perempuan keparat! Kembalikan temanku...!" teriak Pingkal keras.
Pingkal mencari-cari di sekitar tempat itu. Dia tahu betul, selain ilmu silatnya rendah, Jaran sebenarnya seorang pengecut. Apalagi setelah menyaksikan kesadisan perempuan itu. Kedua pemuda itu adalah murid Perguruan Silat Kembang Putih yang dipimpin Ki Balung. Tadi, mereka sedang dalam perjalanan pulang ke padepokan, setelah tugas mengantar surat undangan kepada Ki Bangkala yang mengetuai Padepokan Pedang Kilat.
Di tengah perjalanan, mereka melihat seorang perempuan cantik sedang membasmi habis suatu rombongan orang berpedati. Tadinya, mereka akan berlalu saja. Tapi kelakuan perempuan itu yang sungguh aneh, membuat mereka seperti terpaku untuk menyaksikannya. Mereka melihat, Bidadari Dasar Neraka menangkap seorang pemuda tanggung berwajah tampan.
Kemudian di balik semak-semak, pemuda itu dipaksa untuk berbuat cabul. Pemuda itu menjerit-jerit seperti orang kesakitan, dan kesudahannya diam tidak bergerak. Lalu, perempuan berwajah cantik itu tertawa puas sambil membenahi bajunya yang tipis tembus pandang. Dan saat itulah dia melihat Jaran dan Pingkal. Merasa tidak akan mampu setelah melihat kedahsyatan perempuan itu, keduanya langsung kabur menyelamatkan diri. Hingga akhirnya, terjadi hal seperti tadi.
Pingkal tidak tahu, apa yang harus dilakukannya. Hari semakin senja, dan sebentar lagi malam akan tiba. Disertai rasa putus asa, pemuda itu kembali ke padepokan. Ayunan kakinya tampak jadi terpincang-pincang akibat terkena pukulan Bidadari Dasar Neraka tadi.
"Huh! Apa pun yang akan terjadi, hal ini harus kulaporkan secepatnya...," dengus Pingkal.
Meskipun tertatih dan terasa nyeri, tapi pemuda itu terus saja berjalan cepat. Dengan sebatang tongkat kayu yang ditemukan di tengah jalan, ayunan kakinya jadi semakin cepat. Dan dia terus berjalan tanpa menghiraukan lagi rasa nyeri di kakinya akibat terkena pukulan Bidadari Dasar Neraka.

93. Pendekar Rajawali Sakti : Bidadari Dasar NerakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang