BAGIAN 8

485 18 0
                                    

Meski tidak begitu yakin akan dugaannya, tapi Rangga menyempatkan menyelidiki tempat tadi. Firasatnya mengatakan, bahwa perempuan itu bersembunyi di tempat ini. Dan dugaannya ternyata tidak meleset. Di bawah sana atau tepatnya di daerah pekuburan, samar-samar terdengar suara orang bertarung. Rangga tidak bisa memastikan, siapa saja orang-orang itu. Maka disuruhnya rajawali raksasa sahabatnya untuk turun.
"Terima kasih, Rajawali! Sekarang terbanglah tinggi-tinggi, tapi jangan jauh-jauh. Aku masih membutuhkanmu," ujar Rangga sebelum mereka berpisah.
"Khraaagkh...!"
"Jaga dirimu baik-baik, Rajawali!" seru Rangga sambil melambaikan tangan begitu sahabatnya telah membubung tinggi ke angkasa.
Setelah tidak terlihat lagi, Rangga langsung berlari cepat ke arah pertarungan yang dilihatnya tadi dari angkasa. Lereng Gunung Setan memang merupakan tempat angker. Bukan saja karena suasananya yang mencekam, tapi juga banyak terdapat kuburan tua. Pohon-pohonnya besar dan telah berusia ratusan tahun. Juga, terdapat sebuah cerita rakyat tentang bersemayamnya seorang tokoh sesat yang berilmu silat sangat tinggi. Dan selama malang-melintang di dunia persilatan, dia belum menemukan tandingan.
Tapi cerita itu telah terkubur puluhan tahun yang lalu. Bahkan lebih dari satu abad, sehingga sudah mulai dilupakan orang. Namun keangkeran lereng Gunung Setan tetap saja membawa ingatan yang menakutkan bagi siapa saja. Apalagi, konon tidak ada seorang pun yang selamat bila melewati tempat itu.

***

Sementara itu, Ki Wisnu Perkasa banyak mendapat penjelasan dari sahabatnya yang bernama Ki Bangkalan. Orang tua itu sejak menjadi abdi kerajaan, memang jarang berkecimpung dalam dunia persilatan. Padahal, dulunya dia termasuk pendekar muda yang disegani. Persahabatan di antara mereka masih terus terjalin sampai sekarang. Kini, mereka sedang berjalan menuju arah yang jauh di depan terlihat bukit-bukit kecil. Salah satunya terdapat lereng Gunung Setan. Dan agaknya, itulah yang menjadi tujuan mereka.
"Apakah kau merasa yakin kalau perempuan iblis itu bersembunyi di sana?" tanya Ki Wisnu Perkasa.
"Murid-muridku telah kusebar kemana-mana. Termasuk, mengawasi tempat itu dari kejauhan. Kau tahu sendiri, Ki Wisnu? Perempuan itu adalah Bidadari Dasar Neraka sesungguhnya. Dia telah menjadi gadis cantik, sejak hidup sezaman dengan kita...."
"Tapi, kenapa wajahnya seperti gadis remaja?"
Ki Bangkalan terkekeh. "Itulah yang sejak tempo hari ku pikirkan. Saudara seperguruanku yang bernama Ki Balung, juga beberapa orang muridnya, telah tewas. Aku baru tahu kalau dia Bidadari Dasar Neraka, dari sisa murid Ki Balung yang masih hidup. Mulanya, aku tidak yakin. Tapi ketika mendengar bahwa tempat persembunyiannya di Gunung Setan, maka dugaanku semakin kuat Setan Kayangan, yang memang bersemayam di tempat itu pasti menurunkan kepandaiannya, sehingga kemajuan Bidadari Dasar Neraka begitu pesat"
"Kita akan menemukan lawan tangguh kalau ternyata dia memang masih hidup, Ki."
Ki Bangkalan kembali terkekeh. "Kalau Setan Kayangan masih hidup, dia sudah tua renta dan tenaganya sudah lemah!"
"Bisa saja kau bergurau, Ki...."
"Coba lihat!" Ki Bangkalan tiba-tiba menunjuk ke suatu arah, begitu telah tiba di pekuburan tua itu. Dan memang, mereka melihat gadis yang dicari-cari keluar lewat sebuah pintu di dinding bukit terjal di belakang pekuburan. Di pundaknya, terlihat sesosok tubuh yang sudah tidak bernyawa, dan langsung dilemparkannya begitu saja ke dalam sebuah lubang yang telah tersedia.
"Perempuan iblis! Kiranya betul kau bersembunyi di sini!" bentak Ki Bangkalan sambil melompat ke hadapan gadis itu, di susul Ki Wisnu Perkasa.
Gadis berbaju tipis berwajah cantik dengan rambut panjang terurai itu terkejut sejenak. Tapi kemudian cepat bisa menguasai diri sambil tersenyum-senyum.
"Hm.... Dua kakek bangkotan rupanya yang mengunjungiku. Ada apa gerangan?"
"Bidadari Dasar Neraka! Perbuatanmu sudah kelewat batas. Kau harus mempertanggung jawabkannya hari ini juga!" dengus Ki Bangkalan.
"Hi hi hi...! Kata-katamu seperti malaikat maut yang menentukan kematianku. Ki Bangkalan dan kau Ki Wisnu Perkasa. Dahulu saja, kalian tidak mampu mengalahkanku. Apalagi sekarang, setelah aku mempelajari warisan Setan Kayangan. Dengan sekali kebut, kalian akan menyesal!"
"Heh? Jadi benar kau mewarisi kepandaian Setan Kayangan?!" kata Ki Bangkalan, terkejut. Tapi orang tua itu buru-buru menepis keterkejutan di wajahnya, dan kembali menunjukkan sikap garang.
"Hi hi hi...! Kenapa? Kau terkejut? Nah, menyingkirlah dari sini sebelum kesabaranku habis. Aku sedang tidak berselera menyambut kalian. Bidadari Dasar Neraka lalu berbalik, bermaksud masuk ke dalam gua di perut bukit. Tapi saat itu juga...
"Bidadari Dasar Neraka! Kau pikir seenaknya saja melakukan perbuatan iblismu tanpa ada tanggung jawab? Biarlah kukorbankan jiwa kroposku ini, daripada mendiamkan perbuatanmu yang semakin merajalela!" bentak Ki Wisnu Perkasa.
"Hiyaaat..!" Dengan cepat, tubuh Ki Wisnu Perkasa yang tinggi besar itu melesat menyerang Bidadari Dasar Neraka. Tampaknya dia tidak mau sungkan-sungkan lagi untuk menggunakan senjatanya yang aneh. Panjangnya seperti pedang. Tapi matanya, berlekuk-lekuk seperti keris.
Wajah Bidadari Dasar Neraka tampak beringas. Dengan cepat tubuhnya bergerak menghindar. Langsung dibalasnya serangan itu dengan sepasang pedang pendek dari perak.
"Hm. Sebenarnya aku tidak ingin membunuh orang. Tapi kalian terlalu memaksa. Biarlah, hari ini ku bungkam orang-orang sok pahlawan seperti kalian. Yeaaah...!"
Ki Wisnu Perkasa terkejut melihat gerakan perempuan itu. Pandangannya yang selama ini cukup terlatih, ternyata mendapat sedikit kesulitan melihat lawan berkelebat demikian cepatnya. Maka, cepat-cepat senjatanya dibabatkan.
Trak!
"Akh!"
Terlihat percikan bunga api ketika senjata mereka berbenturan. Kembali Ki Wisnu Perkasa mengeluh ketika tangannya terasa perih dan ngilu. Perempuan itu betul-betul tidak memberi kesempatan sedikit pun. Bahkan kini tiba-tiba ujung pedang pendeknya berkelebat ke arah tenggorokan. Ki Wisnu Perkasa cepat bergerak ke samping. Dan...
Bret!
"Akh!"
Ujung pedang berhasil merobek pinggang Ki Wisnu Perkasa. Dia berteriak kesakitan. Namun serangan Bidadari Dasar Neraka tidak berhenti sampai di situ. Bahkan ujung pedangnya yang sebuah lagi, menderu deras ke jantung lawan.
"Bidadari Dasar Neraka, lihat serangan!" Ki Bangkalan berteriak nyaring sambil melompat menyerang, pada saat-saat jiwa sahabatnya terancam.
Bidadari Dasar Neraka seketika menghentikan serangan. Dan tanpa menoleh, kakinya terayun menghajar dada Ki Wisnu Perkasa. Sedangkan tangannya memapak tongkat Ki Bangkalan yang menderu ke arah batok kepala.
"Akh...!" Ki Wisnu Perkasa terjungkal beberapa tombak sambil memegangi dadanya yang terasa nyeri akibat tendangan lawan yang begitu keras. Walau segenap tenaga dalamnya telah dikerahkan, tapi tetap saja Ki Wisnu Perkasa terluka dalam yang cukup parah. Dari mulutnya tidak henti-henti keluar darah segar.
Sementara itu, dengan geram Bidadari Dasar Neraka mencurahkan perhatian pada Ki Bangkalan. Lawannya ini sedikit memiliki kepandaian lebih tinggi dibanding Ki Wisnu Perkasa. Tapi hal itu ternyata tidak menyulitkannya. Puluhan tahun lalu, mereka memang pernah bertarung. Dan sampai saat ini, ternyata kemajuan yang dicapai orang tua itu tidak terlalu pesat. Sehingga dengan mudah serangannya dapat dibaca lawan, dan cepat dipatahkannya.
Dalam satu kesempatan, kedua pedang Bidadari Dasar Neraka berkelebat cepat, dan sulit dielakkan Ki Bangkalan. Maka sejadi-jadinya orang tua itu menangkis dengan tongkatnya. Tapi ketika ternyata mereka beradu, tongkat Ki Bangkalan putus menjadi tiga potong. Sementara itu, ujung pedang lawan yang satunya lagi ternyata langsung menyambar telak perutnya.
Bret!
"Akh!"
"Mampus!"
Ki Bangkalan mengeluh kesakitan dengan tubuh sempoyongan. Dan belum juga dia menyadari apa yang terjadi, Bidadari Dasar Neraka telah berkelebat untuk menghabisinya. Dan....
Trek!
"Heh!"
"Hiyaaat..!"
"Uts!"
Bidadari Dasar Neraka kontan menghentikan serangan ketika sebuah kerikil menghantam pedangnya. Dan tahu-tahu, di depannya terlihat seorang pemuda tampan berambut panjang. Bajunya rompi putih dengan pedang bergagang kepala burung tersembul di balik punggungnya. Melihat ketampanan pemuda yang tak lain Pendekar Rajawali Sakti, Bidadari Dasar Neraka mendesah kagum. Dan seketika, senyumnya terkembang.
"Hi hi hi...! Kukira tua bangka dari mana lagi yang akan menjadi pahlawan kesiangan. Tak tahunya, ternyata pemuda gagah yang kesasar di tempatku ini. Anak muda, siapa namamu?" kata Bidadari Dasar Neraka, genit
"Pendekar Rajawali Sakti! Oh, syukurlah...," desau Ki Bangkalan tersenyum lagi.
"Ow? Kaukah orangnya yang bergelar Pendekar Rajawali Sakti? Hm.... Kedua pembantuku telah bercerita banyak tentangmu. Dan, baru kali ini mereka tidak berdusta. Kau sungguh tampan dan cocok sebagai pendampingku," kata Bidadari Dasar Neraka dengan gerak-gerik genit dan kata-kata yang dibuat sehalus mungkin.
Rangga tersenyum kecil. "Oh! Jadi kaukah orangnya yang bergelar Bidadari Dasar Neraka? Pantas saja semua laki-laki bertekuk lutut padamu. Wajahmu demikian cantik jelita. Suatu kehormatan besar bagiku bisa menjadi pendampingmu. Kapankah aku memulainya?"
Ki Bangkalan dan Ki Wisnu Perkasa yang melihat sikap pemuda itu menjadi curiga. Kali ini, habislah harapan mereka karena ternyata Pendekar Rajawali Sakti bertekuk lutut melihat kecantikan perempuan iblis itu. Kalau mereka berpikir begitu, lain halnya Bidadari Dasar Neraka. Pemuda itu tidak terlihat sama sekali kalau sudah takluk. Kata-katanya dikeluarkan disertai rasa penuh percaya diri, seperti mengejek. Tapi, dugaannya itu disembunyikan.
"Hi hi hi...! Kenapa mesti tergesa-gesa? Kemarilah, Sayang. Sebagai pendampingku, kau akan kumanja dan kuberi kedudukan istimewa...."
Rangga mendekati perempuan itu dengan sikap waspada. Tampak Bidadari Dasar Neraka merentangkan kedua tangannya untuk memeluknya.
"Kemarilah, Sayang. Mendekatlah lagi, agar aku bisa menumpahkan semua kasihku padamu," ujar Bidadari Dasar Neraka dengan suara renyah dan mendayu.
Rangga terus mendekat Dan...
Plak!
Dugaan Rangga ternyata terbukti. Tangan kiri Bidadari Dasar Neraka bergerak cepat sekali, untuk menotok pundaknya. Tapi tangan kanan Pendekar Rajawali Sakti tidak kalah cepat dalam menangkis. Serangan wanita iblis itu ternyata hanya berselang beberapa saat saja, seketika tangan kanannya bergerak menotok kembali.
Rangga cepat memiringkan tubuhnya. Namun bersamaan dengan itu, lutut kiri Bidadari Dasar Neraka menghantam pangkal pahanya. Dan disertai teriakan nyaring, Rangga bergerak ke atas dan berputaran beberapa kali di udara. Kemudian kedua kakinya mendarat mulus di atas tanah, tanpa suara sedikit pun.
"Hi hi hi...! Ternyata dugaanku tidak keliru. Kau bukan pemuda sembarangan. Tapi, jangan harap bisa mengelabuiku, heh? Kau akan kutaklukkan di bawah telapak kakiku!" desis Bidadari Dasar Neraka, lalu kembali menyerang Pendekar Rajawali Sakti dengan sepasang pedang pendeknya.
"Hm.... Perempuan cabul, apakah kau pikir aku akan suka menyerah begitu saja? Kau boleh coba kalau mampu!" ujar Rangga, sinis.
"Kau pikir, siapa dirimu bisa berkata sombong seperti itu? Gurumu sendiri mungkin tidak akan segegabah itu!" kata Bidadari Dasar Neraka.
"Guruku memang tidak akan berkata seperti itu. Tapi, dia akan langsung menendangmu ke neraka!"
"Keparat!"
"Hm...."
Dalam kemarahannya Bidadari Dasar Neraka tidak tanggung-tanggung lagi. Kedua pedangnya menyambar cepat, dibayangi gerakan tubuhnya yang sangat cepat dan sukar diikuti pandangan biasa. Rangga cukup terkejut, tapi tidak gugup. Kecepatan lawan dalam bergerak memang luar biasa. Bahkan ketika jurus 'Sembilan Langkah Ajaib', telah dikeluarkan Bidadari Dasar Neraka masih juga mampu mengejarnya. Malah ketika jurus itu dimainkan penuh, gerakan Bidadari Dasar Neraka semakin cepat lagi.
Beberapa jurus telah berlangsung, namun Rangga tidak memiliki kesempatan untuk balas menyerang. Perempuan iblis itu betul-betul tidak memberi kesempatan sedikit pun untuk menarik napas.
"Baru kau rasakan sekarang kalau mulut besarmu hanya omong kosong belaka. Sebentar lagi, kau akan mampus di tanganku! Yeaaah...!"
Dalam suatu kesempatan, Bidadari Dasar Neraka mengelebatkan pedang pendeknya ke arah leher Pendekar Rajawali Sakti. Namun dengan gerakan merunduk, Rangga berhasil mengelakkannya. Hanya saja, sayangnya Rangga tidak memperhatikan pedang pendek yang satu lagi dari Bidadari Dasar Neraka. Karena begitu tubuhnya merunduk, pedang di tangan kiri lawan menyambar dadanya.
Cras!
"Aaakh!"
Dan sebelum Rangga memperbaiki keadaannya, Bidadari Dasar Neraka telah menyusuli dengan sebuah pukulan jarak jauh yang cukup keras!
Wusss!
"Aaakh...!"
"Aku tidak akan membuatmu mati enak. Tapi, kau harus bertekuk lutut dan menyembahku untuk memohon ampun!" dengus Bidadari Dasar Neraka.
Rangga saat itu langsung terjerembab dan berguling-guling di tanah. Dan tubuhnya terus berguling-guling ketika dari telapak tangan perempuan iblis itu menyembur sebuah sinar kuning kemerah-merahan seperti nyala api. Serangannya memang seperti sengaja diarahkan ke bagian tubuh yang tidak mematikan. Dan memang, hal itu disengaja Bidadari Dasar Neraka untuk menyiksa Pendekar Rajawali Sakti terlebih dahulu.
"Pukulan Api Kematian ini akan mengakhiri kesombonganmu! Hiyaaat..!"
Rangga cepat bangkit berdiri. Dan dalam kesempatan yang sempit itu, dia merasa sudah saatnya menghadapi lawan dengan pedang pusakanya. Maka ketika tubuhnya melenting ke atas untuk menghindari serangan lawan, pedangnya telah tercabut dari warangkanya. Maka, seketika sinar biru menerangi tempat itu. Bidadari Dasar Neraka kontan terkejut melihat kehebatan pamor pedang lawan. Apalagi ketika pedang dalam genggaman pemuda itu langsung melesat cepat bagai kilat ke arahnya. Perempuan iblis itu mencoba menangkis dengan kedua pedangnya yang telah dialiri tenaga dalam tinggi. Dan....
Trang!
Betapa terkejutnya Bidadari Dasar Neraka ketika melihat kedua pedangnya putus. Masih untung dia cepat menghindar dari sambaran pedang lawan berkat ilmu meringankan tubuhnya yang sudah begitu tinggi. Kini keadaan jadi berbalik. Bidadari Dasar Neraka harus mati-matian menyelamatkan selembar nyawanya dari serangan lawan yang gencar dan tidak henti-hentinya.
Sempat terlihat, kemarahan wajah Pendekar Rajawali Sakti begitu kaku dan membiaskan luar biasa. Ketika sinar biru yang keluar dari pedangnya menerangi sekitarnya. Dengan satu gerakan gesit, tubuh Bidadari Dasar Neraka melenting ke atas. Lalu dengan cepat, dia mempersiapkan ajiannya yang sangat dahsyat "Api Kematian'!
Yeaaah...!"
Tapi Pendekar Rajawali Sakti lebih cepat dan gesit menghindar. Bahkan tangan kirinya langsung mengusap batang pedang. Kemudian, telapak kirinya cepat disorongkan ke arah lawan.
"Aji 'Cakra Buana Sukma'...!"
"Heh!"
Glaaar!
Bidadari Dasar Neraka yang baru saja melepaskan ajian tidak sempat menghindar lagi. Seketika tubuhnya hancur dihantam pukulan aji 'Cakra Buana Sukma' yang mengeluarkan sinar biru berkilauan. Tanpa sempat mengeluh, nyawanya langsung melayang dari raga yang telah hancur.
Rangga berdiri tegak dengan sorot mata tajam memandang lawannya yang telah hancur. Lalu, pedangnya disarungkan ke warangka di punggung.
"Selamat Kisanak! Kau telah menghancurkan biang malapetaka yang sangat meresahkan rimba persilatan"
Rangga berbalik, melihat Raja Pedang Bermata Dewa telah berada di situ bersama seorang murid perempuannya.
"Maaf, Kisanak. Aku tidak sempat menyelamatkan muridmu. Dia telah tewas sebelum aku tiba...," kata Rangga sambil menunjuk ke sebuah lubang.
"Apa? Kakang Prana tewas?! Oh, tidak! Tidaaak..! Kakang Prana, jangan tinggalkan aku...!"
Utari berteriak sambil memburu ke lubang yang ditunjuk Pendekar Rajawali Sakti. Air mata gadis berderai ketika mengeluarkan sesosok tubuh pucat kekuning-kuningan yang telah tidak bernyawa lagi. Tangisnya begitu memilukan.
Sedangkan Raja Pedang Bermata Dewa tidak kuasa menatapnya. Ki Wisnu Perkasa dan Ki Bangkalan pun hanya menundukkan kepala, ikut berduka cita. Sementara itu Pendekar Rajawali Sakti telah melesat jauh, melanjutkan petualangannya.

***

TAMAT

🎉 Kamu telah selesai membaca 93. Pendekar Rajawali Sakti : Bidadari Dasar Neraka 🎉
93. Pendekar Rajawali Sakti : Bidadari Dasar NerakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang