Padahal Masih Pagi

45 5 9
                                    

Ayam jago berbulu blink-blink itu asik berkokok dengan nada hip-hop. Dengan cekatan ia memainkan tempo nada sehingga setiap yang melintas membuat mereka berhenti lalu asik bergoyang bersamanya. Sementara itu, di pojokan yang tak jauh dari sana si bebek sibuk mencibir.

"Dasar laki, doyannya dugem mulu. Dijadiin ayam goreng, baru tau rasa lu. Awas aja pulang ke rumah mabok, gak akan gua bukain pintu! Hih!" Gerutu si bebek sambil lalu. Dengan sengaja ia berjalan sambil menggoyangkan pantatnya. Berharap ada yang khilap lalu mengajaknya mantap-mantap.

Suara ribut dari panci yang dengan sengaja dibanting membuat bebek terkejut lalu berlari ke arah semak-semak. Tak lama, setelah suara ribut itu terdengar teriakan yang cukup nyaring.

"Bang Toyiiibbbbb... Malem ini kan jatah ayeee... Kenapa abang malah nyungsep di kamarnye Si Lehaaaaa!!!"

Dengan tergopoh Toyib segera membuka pintu yang digedor Markonah istri ketiganya. Saat pintu dibuka terpampang muka Markonah dengan riasan wajah yang sudah berantakan.

"Aduh, Konah sayang. Jangan teriak-teriak ya, masih pagi, malu sama tetangga." Bujuk Toyib.

"Biarin! Biar semua orang tau. Kalo si Leha Nurleha ini udah nyerobot jatah orang! Mentang-mentang baru suntik botox!"

"Yeee... Baguslah, inyong suntik botox buat nyenengin suami. Daripada punya sampeyan, rata kayak jalan tol." Sahut Leha dari dalam rumah.

Markonah semakin geram dan berusaha masuk, namun ditahan oleh Toyib.

"Konah sayang, sabar ya. Nggak apa-apa rata, abang tetep cinta kok sama Neng Konah." Bujuk Toyib manja sembari menepuk pantat Markonah lalu sedikit meremasnya.

Amarah Markonah sedikit mereda.

"Ah, abang ini gombal mulu. Emang abang masih sanggup?" Ucap Markonah sambil berkedip manja.

"Oh, pasti dong! Buat neng Konah abang selalu Konak! Tapi mukanya dibersihin dulu ya biar abang makin semangat genjotnya."

"Genjot apa bang?" Bisik Markonah dengan nada menggoda.

"Genjot becak dong sayang, abang mau mangkal dulu ya. Biar duit abang banyak, istri-istri abang semuanya senang!"

Raut wajah Markonah kembali masam.

"Ya udah, pokoknya malem ini sama besok jatahnya Konah! Abang harus janji!"

Terdengar suara berdehem cukup keras.

"Hei hei hei... Siko jangan main serobot ya. Nanti malam itu, jatah ambo!" Ucap Hayasih dengan tegas.

Toyib terkejut saat Hayasih istri keduanya muncul ikut meramaikan paginya. Ditengah keramaian ketiga istrinya, dengan perlahan ia mendorong si Otong, becak kesayangannya pergi menjauh. Hatinya sungguh berbahagia, terlihat dari senyum lebar yang tersungging di bibirnya.

"Oh, senangnya dalam hati. Aku punya istri tiga. Seperti, dunia. Ana yang punya." Senandung Toyib sambil menggenjot pedal becaknya. "Oh, pastinya lebih senang lagi. Kalau aku punya istri empat. Seperti, dunia serasa di surgaaa..."

Mendadak rem becak diinjak dengan kasar oleh Toyib. Suara derit yang nyaring terdengar. Si Otong bergerak zig-zag seperti mobil sport yang dikendalikan dengan penuh gaya oleh pengemudinya.

"Eh, neng Anya. Baru aja abang nyanyiin, eh  neng muncul di hadapan sang pujangga." Goda Toyib.

Anya bergidik melihat tingkah norak Toyib.

"Neng Anya mau berangkat kerja ya? Yuk abang anterin kedepan, biar nggak telat." Tawar Toyib kembali. "Atau mau abang temenin ke KUA? Jadi istri abang aja, perempuan secantik neng Anya nggak boleh capek-capek kerja. Nanti cantiknya luntur."

Clash of BeautyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang