...

17 0 0
                                    

Terjangkit lagi sebuah penyakit menyerbu keadaan badan yang tak bisa di telaah nalar, semakin di tolak semakin menampakkan dirinya, apa yang salah dengan badanku suasana luar pun merasakan yang sama, ku kunjungi tempat yang menarik untuk merubah suasana hatiku berharap tempat itu memberi suasana yang baru untuk menjauhkan penyakit yang semakin memburu,

Langkah kaki akhirnya menampaki sebuah taman primadona kota, pasti ada sesuatu yang bisa memberiku obat disini, sebab kuliat banyak orang-orang yang beralu lalang yang menunjukkan bahagia, entah apa yang membuat mereka seperti itu, sampai-sampai aku geli jijik melihatnya. Tetap positif, aku kesini untuk merubah suasana hatiku, mungkin bagi mereka begitulah cara mereka menyalurkan rasa bahagia terhadap pasangannya, dengan menunjukkan sikap manjanya, keinginannya, perhatiannya, dan yang terpenting rasa kasih sayangnya. Oh tidak, aku semakin iri dengan itu lebih baik aku pergi dari sini,

Sebuah bangku kududuki dekat pohon yang mengarah ke air mancur, bila lebih di pandang lagi mata kan tertuju pada matahari terbenam, sungguh tempat yang sangat indah, mungkin dengan ini suasana hatiku akan kembali normal, aku ingin penyakit ini menghilang dariku. Aku tak tahan bila begini terus, aku juga masih punya senyum untuk menunjukkan bahagiaku, seperti orang-orang tadi, aku harus menghilangkan penyakit ini,

Sepertinya senja berpihak padaku, menunjukkan warna jingga menghiburku dan awan seraya mengerti senja menjauhkan dirinya dari pandangku. Senja pun semakin menampakkan dirinya membuat warna air mancur itu semakin indah, sungguh indah, pandangku mengisayaratkan pada hati bahwa sore ini sangat indah seraya menghibur tuk menghilangkan penyakit ini, namun tak ada perubahan, senja terus merayu namun tak ada perubahan, bagaimana ini, apalagi yang harus kulakukan, matahari semakin terbenam berganti malam, lampu-lampu taman pun mulai menyala, bagaimana ini?, aku tidak bisa mencari cara. Mungkin taman ini belum bisa membantu.

Berjalan menyusuri kota meninggalkan taman, walau tak banyak membantu aku tidak membenci taman itu, bila kubenci sekalipun masih banyak yang menyukainya, dia salah satu primadona di kota ini, terus melangkah menuruni tangga sambil berpikir bagaimana cara menhilangkan penyakit ini.

Semakin ku berusaha menghilangkannya semakin manampakkan dirinya, samar-samar namun tak bisa kulihat namun sangat di rasakan. Terus melangkah, mata ku tertuju pada sebuah ayunan, ada yang aneh dengan ayunan itu, samar-samar dua remaja berayun dengan ceria, aku tersentak, apa-apaan itu, lebih baik aku pergi dari sini

Lampu jalan semakin bersinar, kuliat jam menunjukan angka 8,00, namun ada yang menggangguku dua remaja tadi melewatiku, samar-samar mereka seperi sepasang kekasih, anehnya wanita samar-samar melihat padaku seraya tersenyum, aku tersentak, senyuman itu, seperti pernah melihatnya, senyuman yang manis pernah kuliat, tapi dimana semakin ku mengingat kepalaku serasa mau pecah. Ya, penyakit itu menyerbu kepalaku membuatku sakit dan sulit tuk mengingat. Tanpa sadar mereka menghilang dan aku menemui jalan buntu. Heran dan seharusnya mereka di depanku, kemana kedua remaja itu?.

Alih-alih memikirkan mereka aku lebih baik pulang, aku tak mau penyakit ini semakin parah, dari hati sampai pikiranku semakin tak karuan, menyesali hari ini, seharusnya aku tadi tidak keluar, lebih baik aku diam di rumah menikmati snack dan menonton tv acara komedi.

Sambil merutuk kesal, melihat kembali hari ini sungguh sia-sia kulalui hanya semakin membuatku sakit. Apa seharusnya kulakukan, bosan mulai menjadi teman dan heran semakin aneh merasuk, siapa wanita itu? semua samar-samar terkecuali senyum itu,

"BAYUU"

aku tersentak dan menoleh ke arah suara yang memanggilku, suara lembut yang pernah kudengar sangat familiar namun suara siapa itu. mataku tertuju pada seorang wanita, dia tersenyum aku mendengar panggilannya. Senyuman itu, senyuman yang sangat mirip dari wanita samar-samar tadi. Air mata menestes dari pelipuk matanya, dia kenapa? Apa aku berbuat salah?

Wanita itu mengahampiriku, namun aku masih sibuk dengan pikiranku, bertanya-tanya, siapa dia? Mengapa dia mengenalku? Kenapa dia sangat familiar bagiku? Terus bertanya-tanya siapa sebenarnya wanita ini, sakit kepalaku semakin sakit badanku mulai terhuyung-huyung dan malam semakin gelap, yang terakhir kuliat wanita itu panik menghampiriku.

Gelap, bau menyengat memasuki rongga hidungku, penyakitku semakin reda aku mulai merasa tenang, ku buka mataku, terang lampu pertama menyapaku, dimana aku? Pertanyaan pertama dalam benakku, aku merasa ada tangan menggenggam tanganku. Lembut bak seorang bayi. Rambut hitam terurai menenggelamkan wajahnya, diapun terbangun saat aku terbangun dan menampakkan wajah yang familiar bagiku. Dia wanita yang memanggilku tadi.

Wanita itu langsung merengkuh tubuhku dengan erat menangis sejadi-jadinya. Tak ada kata hanya tangis seorang gadis yang begitu menyedihkan, pelukan ini membuat penyakitku rasanya menghilang, setelah sadarku semua serasa mengalir pada sebuah tanya, aku merindukan seroang wanita. Wanita yang sangat kucintai yang mempunyai senyum manis dia adalah wanitaku.

"maafkan aku, aku tak ada saat kamu mengalami semua ini"

"maafkan aku, baru bisa menemuimu sekarang"

Tangis itu kembali pecah, pelukannya semakin erat, tak ingin aku pergi darinya sebagimana dia pergi meninggalkanku yang harus mengikuti ayahnya dengan tuntutan pekerjaan

28 april 2002

Setelah perpisahan SMA berpisah juga dua remaja, gadisnya harus pergi mengikuti ayahnya dan melanjutkan Pendidikan di tempat ayahnya, dia anak gadis satu-satunya dikeluarganya, begitu besarnya kasih sayang seorang ayah pada anak gadisnya dan gadis itu juga sangat menyayangi ayahnya dan mengikut perkataan ayahnya. Sungguh laki-laki itu cemburu walau sadar dia tak bisa mengguli ayah dari wanitanya. Dia juga sangat mencintai wanitanya dan sangat berat baginya melepas gadis pemilik senyum manis itu.

Ayunan itu tempat mereka berjanji akan terus menjaga hati dan selalu saling mencintai, jari kelingking mengikat janji mereka dengan hati berat melepaskan kepergian. Mengembangkan senyum untuk terlihat kuat tanpa memberi rasa khawatir dan ragu.

Hari terakhir bersama, mereka menyusuri kota dengan senyum dan tawa menghiasi mereka, remaja yang sedang dilanda cinta harus melupakan perpisahan hari ini membuat kenangan dengan hiasan bintang-bintang yang ikut terhanyut oleh perasaan kedua remaja itu, bergandengan tangan menyusuri kota tanpa memikirkan orang sekitar mereka terus menunjukkan Bahagia mereka untuk dikenang nanti.

Jam 9,00 malam, wanitanya harus pergi meninggalkannya dan kota seribu kenangan ini.

"aku akan pergi" gumam gadis dengan air mata tangis

"iya, jangan menangis sheila, aku akan selalu mengingatmu" kata bayu menenangkan gadisnya

"iya" memeluk bayu dan sulit untuk melepasnya

"aku mencintaimu sheil"

"aku juga mencintaimu bay"

.

.

.

Mengantar kepergian gadisnya dan akan selalu menjaga hatinya, bayu tak akan bisa melupakan gadis yang sangat dia cintai itu, air matanya jatuh tak tahan melepas gadisnya, selemah itulah laki-laki di belakang kekasihnya,

"tolonggg"

Belum selesai melepaskan gadisnya bayu mendengarkan orang minta tolong, wanita paruh baya sedang di todong tiga laki-laki.

"bu ani"

Bayu langsung menolong wanita paruh baya yang dikenalnya, bu ani yang tinggal dekat rumahnya pulang kerja. Walau harus melawan tiga laki-laki itu. Bayu tak gentar walau nasib yang harus ditelannya sangat pahit, dia berhasil menolong bu ani namun badannya di hujani oleh ketiga laki-laki penodong itu dan harus kehilangan ingatannya,

Rumah Sakit, 21 Desember 2002

"jangan menangis" suara lemah bayu dengan raut senyum

"hiks hiks"

"kata ibu kamu di hajar orang dan hilang ingatan" kata Sheila yang masih tersedu-sedu

"berkatmu aku mengingat semua kembali" senyum bayu setelah mengingat semua

Sheila Cuma terdiam senang dan terus memeluk bayu, dua remaja itu kembali berjumpa dengan memberi ingatan baru setelah banyak rindu yang menhinggapi hati sekalipun hilang ingatan, perlu sebuah raga untuk mengobati rindu dan cinta yang tulus akan selalu bersama mereka yang cintanya benar-benar merasakannya, tentunya kepada kekasih sejatinya...

rinduWhere stories live. Discover now