3.

595 87 10
                                    

Jadi yang chp sebelumnya itu kayak perkenalan
And the story begin
.
.
.
.
.

Terlihat seorang pemuda dengan wajah manis terbaring di atas ranjang rumah sakit. Ia Kim Hoseok, isteri dari Kim Taehyung. Penerus klan mafia Red Hell, mafia terkuat di Asia.

"Tae~, hari ini Irene noona akan datang. Kenapa kau tidak bersiap?" Menatap lekat sang suami. Bibir boleh tersenyum, tapi jangan pernah meragukan sorot mata. Binar mata Hoseok terlihat penuh luka, kesakitan, dan ketidakrelaan.

"Once I said no, it's mean no." Tegas tak terbantahkan. Membuat si manis tak berkutik.

Hoseok hanya bisa menghembuskan nafas lelah. "Ini semua aku lakukan untuk kebahagiaanmu Tae." Tangannya ia angkat ke udara dan meletakkannya di atas tangan sang suami yang sedang mengupas kulit apel.

"Kita sudah pernah membahas ini Hoseok. Aku, Kim Taehyung, tidak membutuhkan yang lain selain Jung Hoseok untuk bahagia."

"Tapi Kim-"

"Kau ingin aku bahagia kan Hoseok? Satu hal yang kau perlu lakukan adalah bertahan sebentar lagi, okay."

'Aku inginnya juga begitu Tae, tapi aku tahu kehendak-Nya siapa yang bisa membantah?'

"Baiklah, tapi setidaknya cuci wajahmu. Kita akan kedatangan tamu tuan Kim" helaan nafas terdengar dari mulut Taehyung. Tidak ingin berdebat dengan istri manisnya, ia pun memutuskan untuk beranjak dari duduknya dan pergi ke kamar kecil.

Sepeninggalan Taehyung, Hoseok segera mengambil gawainya yang berada di samping ranjangnya. Membuka aplikasi chat, menghubungi nomor si kawan lama, Irene. Tak perlu menunggu lama telepon sudah menyambung dengan Irene.

"Ya Hoseok?"

"Noona jadi datang kan hari ini?"

"Kau bersungguh-sungguh ingin melakukan ini?"

"Keputusanku sudah bulat noona, aku tahu kau bisa ku percaya" tak dapat Hoseok pungkiri, hatinya sangat sakit untuk melakukan hal ini.

"Seok, aku bukannya tak ingin membantu. Tapi Tuan Kim tak akan bahagia jika itu bukan tanpamu." Irene tidak tega melihat kawannya seperti ini. Mungkin ada secuil rasa bahagia ketika Hoseok memberikan Kim Taehyung secara cuma-cuma padanya. Tapi, hati kecilnya berkata bahwa tindakan ini adalah salah adanya.

"Noona, please, setidaknya kita mencoba bukan. Aku tahu waktuku tidak lah lama lagi, aku hanya ingin memastikan bahwa Tae ada yang menjaga." Suara Hoseok memelan di akhir.

"Baiklah, aku akan segera ke sana"

Hoseok segera mengakhiri sambungan telepon saat tahu Taehyung sudah selesai dengan kegiatannya. Meletakkan gawainya kembali dengan tergesa, hampir saja mengenai gelas berisi air putih.

Taehyun duduk di samping ranjang Hoseok, mengelus anak rambut Hoseok yang menipis. Hoseok menolak menjalani kemoterapi, padahal Taehyung sudah bersikeras memaksa Hoseok. Mengangkat tubuhnya sedikit, membawa wajahnya mendekat wajah si manis, mengecup lamat kening Hoseok.

Hati Hoseok berdesir, rasanya masih sama. Semburat warna merah jambu menghiasi kulit pucat pipinya yang tirus. Membuat Taehyung terkekeh kecil, istrinya masih sama menggemaskannya.

"Don't stay awake for too long
Don't go to bed
Aku akan membuatkanmu secangkir kopi hitam agar kau tetap terjaga. Entah apa yang akan terjadi padaku seok kalau kau tidak ada." Tatapan Taehyung berubah sendu.

"I don't wanna fall asleep
I don't wanna pass away
Aku masih ingin menjalani hari-hariku bersamamu. Tapi sepertinya itu bukanlah kehendak-Nya. Aku harap kau juga bahagia walaupun tanpaku.
Te amo."

Suara pintu berdecit, menandakan ada seseorang yang membuka pintu itu.
"Permisi" itu Irene.




Tbc.
Makasih ya buat dukungannya.
Makasih buat yang nungguin, emang ada? Ada-lah, hehe.
Maaf kalau tidak sesuai ekspetasi...


❍ָིི۪⃕۫͜𝕯𝖊𝖆𝖙𝖍 𝕭𝖊𝖉 🏁Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang