Terasa Enggan Berpisah

1.7K 48 2
                                    

Diam-diam memasang lukah,
Lukah dipasang di tengah muara,
Diam-diam hatiku gundah,
Enggan melepas wahai kau dara.

Jika runtuh si Gunung Gading,
Hancur ranap Pekan Lundu,
Jika denganmu aku bersanding,
Terbalas segala rasa rindu.

Anderson memakirkan keretanya di hadapan rumah Candelier. Namun sedari tadi, dia tidak membenarkan gadis itu keluar dari keretanya. Dia masih menggenggam erat tangan gadis itu.

"Aku masih mencintaimu, Candy. Lapan tahun, sedikitpun rasa cinta itu tidak pernah surut. Malah setiap hari, rasa itu semakin mekar," matanya tidak berkerdip menatap Candelier.

Gadisnya itu kelihatan sangat manis dalam keadaannya yang sedikit malu-malu. Pipinya kelihatan merona merah.

"Aku perlu turun, Andy," rengek Candelier manja.

Dia berusaha menghindari tatapan Anderson. Tatapan bekas kekasihnya itu tetap tidak berubah. Masih kelihatan begitu menggoda.

"Come, honey. Let me hold you for a while," dia meraih Candelier ke dalam pelukannya.

Meski Candelier cuba menolak, Anderson tidak memberi peluang kepada Candelier untuk melepaskan diri dari pelukannya.

"Let me go, Andy," katanya.

"Biarkan begini dulu. Aku masih ingin kita duduk berdua," kata Anderson, semakin mengeratkan pelukannya. Kini, Candelier langsung tidak lagi memberontak . Sebaliknya dia menenggelamkan wajahnya ke dada bidang lelaki itu.

"Aku merindukanmu, Candy," bisik Anderson sambil mengecup ubun-ubun gadisnya.

"Aku juga, Andy. Tapi malam sudah begitu larut. Dan aku harus turun," Candelier menolak lembut dada Anderson.

"Berikan aku ciuman rindu, Candy," Anderson sengaja menggodanya. Entah mengapa malam ini rasa rindunya pada Candelier benar-benar membuncah. Terasa tidak sanggup dia melepaskan gadis itu pergi.

"No, Anderson. I've to go," tangannya sudah mencapai gagang pintu kereta.

Namun sepantas kilat Anderson menahan tangannya.

"Pulang bersamaku, Candy. Please, just for tonight," namun Candelier menggelengkan kepalanya.

"I'm sorry, Andy. I just can't," katanya perlahan. Wajahnya terlihat sendu, penuh duka yang tersimpan di dalamnya.

Hanya dirinya dan Tuhan yang tahu betapa dia ingin menghabiskan malam panjangnya bersama lelaki itu.

"Malam ni saja, Candy. Tunaikan permintaan Angely. Aku janji, hanya demi Angely," Andy memandang tepat ke dalam mata Candelier.

"Aku tak boleh, Andy. Sorry."

" Kalau begitu, berikan aku satu ciuman," pintanya masih tawar-menawar.

"Sorry, Andy."

"Hanya ciuman, Candy. Just one kiss," pujuknya.

"No. Kita bertemu malam ini hanya sebagai teman, Andy," Candelier kembali menarik gagang pintu.

"One kiss and I'll let you go, Candy," Anderson memajukan wajahnya. Kini wajah mereka hanya berjarak beberapa sentimeter sahaja.

"Andy," Candelier menahan nafas. Dadanya berombak kencang. Debaran yang dirasakannya tika berdekatan dengan Anderson masih sama seperti debaran lapan tahun lalu.

"Izinkan aku menciummu, sayang," tanpa menunggu kata 'ya', Anderson menahan tengkuk Candelier dan memajukan wajahnya hingga bibir mereka bersentuhan.

Dari sentuhan lembut di bibir, ciuman Anderson bertukar kepada ciuman penuh ghairah yang mendamba. Lidahnya menyusup ke dalam mulut Candelier dan meneroka di dalam sana.

Lama..hingga suara desahan kecil terlepas dari sepasang bibir Candelier.

"Oh, my god! Aku menginginkanmu, Candy," Anderson mengusap bibir Candelier dengan hujung jarinya.

"Maaf, aku harus keluar," tangan Candelier kembali mencapai gagang pintu di sebelah kirinya. Kali ini Anderson tidak menahannya lagi.

"Good night, Andy."

"Good night, Candy," dia membalas dengan sedikit rasa tidak rela.

Candelier menutup pintu kereta seraya melambaikan tangannya sebelum melangkah meninggalkan Anderson.

Di dalam keretanya,  Anderson menahan butir air mata yang jatuh satu persatu. Lapan tahun dia menahan rasa patah hati. Lapan tahun dia memendam rasa cinta dan rindu pada Candelier.

"Maafkan aku, sayang. Maafkan aku kerana dulu tidak memperjuangkan cinta kita. Tapi ku mohon, beri ku kesempatan, Candy. Beri aku peluang untuk menyatukan kembali cinta kita," dia bermonolog sambil jemarinya menyeka air mata yang membasahi pipinya.

💕💕💕

" I love you, Andy. I miss you so much," Candelier tersandar di sebalik pintu.

Dia memejamkan matanya sambil menangis terisak. Dadanya terasa berat.

Hatinya menangis masih ingin menghabiskan waktu bersama Anderson. Beberapa jam bersama ternyata tidak cukup untuk mengubati rasa rindu yang sudah bertahun di pendam.

Namun semuanya tidak mungkin kembali kepada keadaan sebelumnya. Hatinya kini sudah ada yang memiliki. Ada cinta yang menunggu untuk dia memberikan jawapannya.

"Tuhan, maafkan aku kerana aku tidak dapat berhenti mencintainya," Candelier memeluk tubuhnya.

"Maafkan aku, Max. Maafkan aku," bayangan wajah Maxwell yang mengharapkan cintanya membuat dirinya merasa semakin bersalah.

Air matanya menitis kian deras. Lelaki yang begitu dirinduinya kembali setelah lapan tahun berlalu. Lelaki itu mengungkapkan kata rindu, persis seperti yang diharapkannya selama ini.

Namun, semua itu tidak semanis dalam bayangannya. Kata cinta dan rindu itu kembali diucapkan Anderson setelah dia memberi jawapan kepada penantian Maxwell.

Vote dan komen.
Selamat membaca.

Tbc...



The Past And The Future (✔️ Complete) Where stories live. Discover now