Bagian 2

63 34 0
                                    

Setelah sarapan pagi, aku langsung berangkat kuliah bersama teman satu pondokku Asma dan Nadia. Kebetulan kita satu universitas tapi beda fakultas.

Asma orang yang menyambutku di depan pintu gerbang kala itu, sedangkan Nadia orang yang mengajakku mengintip putra kyai di lubang kecil.

Kita bertiga menunggu bus di halte depan pondok. Tak lama, sebuah bus berhenti didepan halte. Kita bertiga menaiki bis tersebut. Karena penumpangnya tidak terlalu padat, kita pun bisa leluasa memilih jok untuk di duduki. Asma dan Nadia memiliki dekat pintu, aku memilih jok paling belakang. Karena dijok tersebut, akan mudah bagiku untuk turun dari bus.

Aku duduk disamping seorang pemuda. Memakai masker hitam, berkacamata, dia tampak sedang fokus dengan sebuah buku yang ia baca, sehingga dia tidak menyadari ada aku disampingnya.

Dia meraba seperti mencari sesuatu, tapi matanya tetap terfokus pada buku. Hingga dia menyentuh tanganku yang aku letakkan di samping paha.

"Ihhh..." pekikku sambil menghempaskan tangan pemuda itu

"Em maaf mba, saya ngga senagaja. Saya sedang mencari pembatas buku saya." ucap pemuda itu gugup, menoleh kearahku sembari membuka maskernya.

Tebar pesona atau gimana, pake buka masker segala. Ternyata eh ternyata, pemuda itu kalau dilihat sekilas manis juga. Dengan kemeja biru tua yang ia kenakan, sangat selaras dengan warna kulitnya yang putih cerah.

"Iya mas gpp, mas nya terlalu fokus sih."  ucapku tersenyum, dengan mata yang tak berkedip dibuatnya.

"Oiya? sekali lagi maaf ya mba." Ucapnya terlihat salah tingkah

Sedikit deg degan aku hanya melempar senyum sebagai balasan. Lalu aku menggunakan headset untuk mendengarkan musik lewat handphone yang aku bawa.

Beberapa menit kemudian, pemuda itu mencolekku. Aku melepaskan satu headset dari telingaku.

"Ada apa mas?" tanyaku

"Nama mba siapa?" Dia balik bertanya

"Fatimatuz Zahro, panggil aja Azza. Nama mas siapa?"

"Saya Yusuf mba,"

Namanya Yusuf, dia seorang mahasiswa fakultas manajemen disalah satu universitas yang sama.

Kita saling bertukar cerita, saling bercanda, dan tertawa. Walaupun beberapa pasang mata memandang kita dengan sedikit sinis.
Aku dan Yusuf memiliki persamaan, yaitu lebih memilih bus sebagai transportasi ke kampus, dengan alasan di bus kita lebih leluasa.

Keasyikan bercanda, tak terasa beberapa menit telah berlalu akupun sampai di kampus. Sebelum turun aku memanggil Asma dan Nadia, setelahnya aku langsung bergegas turun dari bus.

Kita bertigapun berpisah, karena prodi yang kita ambil berbeda. Asma prodi Bahasa dan Sastra Indonesia, Nadia prodi Ekonomi, dan aku prodi teknik informatika.

Aku merasa asing saat berada di kelas, tidak ada satu pun yang aku kenal. Tapi, untuk niat dan harapan yang ingin tercapai, aku harus tetap semangat dan giat dalam menjalani dunia perkuliahan ini.

Aku yakin, cepat atau lambat pasti akan menemukan teman dan sahabat di tempat yang baru ini.

Hari ini adalah hari pertama belajar setelah melaksanakan kegiatan ospek selama tiga hari. Mata kuliah pertama adalah Bahasa Indonesia, salah satu pelajaran yang aku gemari saat SMA. 

Mata kuliah B.Indoensia akan segera dimulai, semua mahasiwa dan mahasiswi di kelas duduk pada kursinya masing-masing.

"Selamat pagi semuanya." Dosen itu menyapa

"Selamat pagi, Pak." Terdengar balasan dari warga kelas

"Perkenalkan, nama saya Dede Saputra. Saya akan mengajar mata kuliah B.Indonesia di kelas ini." Dosen itu memperkenalkan dirinya

"Baik anak-anakku sekalian, pada mata kuliah Bahasa Indonesia ini kita akan membahas tentang karya ilmiah. ..." Dosen itu menjelaskan segamblang mungkin materi yang ia bawakan, sampai kelas selesai.

''Gurumu telah menempuh pendidikan sebelum mu beberapa tahun yang lalu, sehingga ia sudah cukup bijaksana untuk mengajarkanmu berbagai ilmu pengetahuan melebihi orang yang kau anggap pintar.''

Jejak LANGKAH PengukirInspirasiWhere stories live. Discover now