I know him

15.2K 1K 59
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


🌷🌷


Aku memasukkan earphone ke telingaku, meresapi lagu yang terlantun dengan begitu indah, membuatku nyaman dan melayang. Kereta api hari ini sangat padat, dan sedikit menyesakkan. Tapi aku memilih tetap berdiam dan duduk selama berjam-jam. Menghindari pulang ke rumah setelah pulang sekolah adalah kebiasaanku. Itu lebih baik daripada mendengar pertengkaran kedua orang tuaku.

Aku mendesah lalu membuka mata, bunyi peringatan telah sampai distasiun berikutnya telah dikumandangkan. Orang-orang keluar berbondong-bondong, lalu beberapa orang lagi masuk dan duduk di dekatku. Aku memejamkan mataku lagi, ini kesekian kalinya aku harus merasa sedih saat aku mendengarkan lagu rock, begitu konyol, telingaku mendengar musik tapi pikiranku memutar pertengkaran ayah dan ibuku. Ini menyebalkan, aku membutuhkan pelampiasan, atau mungkin aku hanya membutuhkan seseorang untuk menampung keluh kesahku.

Peringatan sampai di stasiun baru terdengar lagi, aku berdecak karena seorang wanita paruh baya baru saja menginjak kakiku.

“Maaf nak,” ucapnya lalu pergi keluar dari kereta.

Mataku memutar jengah, dan berhenti di satu titik. Seorang pria dewasa yang duduk di depanku dengan mata memejam dan ponsel putih di tangannya. Dia sudah lama berada di kereta. Lebih lama dariku, saat aku masuk tadi, dia sudah duduk di sana. Apa dia ketiduran hingga melupakan stasiun pemberhentiannya?

Kulihat pintu kereta hampir menutup, ini gawat!

Aku memutuskan mendekati pria itu lalu membangunkannya.

“Paman..” pria itu membuka matanya dengan begitu cepat, membuatku terkejut ketika mata kami bertemu. Matanya sangat tajam namun mengerjap lugu saat melihatku berdiri di depannya.

“Apa?” tanyanya singkat.

“Paman tidak turun? Ini sudah di stasiun donggo,” kataku memberi tahu.

“Hah?”

DUGH!

Ini kesalahanku sendiri karena berdiri tegak tanpa memegang sesuatu, dan saat kereta melaju dengan cepat aku langsung terjatuh.

Tapi tidak sakit.

“Kau tidak apa-apa?”

Aku membuka mata, pria itu ternyata menangkapku dengan kedua tangannya. Itu melegakan.

Aku bergeming menatapi wajahnya, aku tidak tahu mengapa aku terpaku. Wajahnya tampan, bibirnya merah muda, tidak seperti beberapa pria yang pernah kukenal, rambutnya berantakan, tapi tetap membuatnya begitu rupawan.

“Hei kau-”

“Ah, ya.” Aku bergerak canggung, lalu dia mengangkatku agar duduk di sampingnya.

“Terimakasih paman,” tuturku mengulum senyum.

“Jangan memanggilku paman..”

“Lalu?”

_IS IT_✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang