dingin

2.3K 293 6
                                    

    Bel pulang sekolah berbunyi, pertanda jam pelajaran telah selesai. Jaemin dengan berat mulai membereskan buku-bukunya, beserta alat tulisnya ke dalam tas.

Bukan apa-apa. Hanya saja, Jaemin malas pulang ke rumahnya.

Rumahnya itu dingin. Selalu terasa dingin, bagai tak berpenghuni.

Kadang, Jaemin ingin pulang ke rumah dan disambut oleh orangtuanya. Ingin merasakan bagaimana rasanya mengadu kepada sang ibu.

Tetapi tentu saja, ia tak bisa.

Pekerjaan orangtuanya selalu menghalangi kebersamaan itu.

Jaemin selalu dapat merasakan maniknya seolah terhalang kabut, kabut ketidakbahagiaan sesaat setelah bel pulang berdentang.

Hanya satu orang yang selalu bisa mengusir kesepian itu—

“Jaemin-ah!” panggil sesosok pemuda yang kini menepuk bahunya.

Jaemin dengan refleks memasang senyuman palsunya lalu berbalik, berpikir mungkin Chenle maupun Renjun yang ingin menyampaikan selamat tinggal atau sampai jumpa besok.

Namun, Jaemin tidak pernah menyangka bahwa senyuman tipis milik Jeno-lah yang menyapanya.

“Ingin pulang bersama?” tawar Jeno ramah.

Jaemin dengan cepat mengangguk, berpikir seolah-olah seutas tali sedang diulurkan kepadanya,

yang nyaris tenggelam.

***

Hehehehe.

Kritik dan saran, ditunggu.

Kisah Cinta KlasikWhere stories live. Discover now