04 : Teman Sebangku Ily

2.4K 212 108
                                    

Menyusuri jejak dalam sunyi, meninggalkan seuntai kata yang bergelombang dalam frekuensi.

Sosoknya perlahan terbang dibawa angin lalu tenggelam ke dalam perut bumi.

Kring! Kring!

Tak lama dari itu ia terjaga. Diusapnya peluh yang membanjiri raga dan jiwanya.

"Ah, mimpi sialan itu lagi."

Ily menatap pantulan dirinya di depan cermin dengan tatapan menelisik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ily menatap pantulan dirinya di depan cermin dengan tatapan menelisik. Alisnya terpaut lalu ia menyisir rambut panjangnya dan mengukur hingga sebatas mana.

"Udah batas pinggang. Nanti potong aja deh, ribet," monolog Ily lalu tangannya menyambar sebuah tas punggung berwarna merah marun.

Ily turun dari tangga rumahnya dan mendapati Inah selaku asisten rumah tangga yang sedang menyapu lantai bawah. Sementara itu, Inah tersenyum menatap anak majikannya yang menurutnya terlihat sangat cantik.

"Pagi, Non Ily," sapa Inah ramah.

"Aduh, Bi! Kan udah Ily bilang jangan panggil Non." Ily mendengkus sebal.

Inah terkekeh kecil melihat ekspresi menggemaskan Ily. Ya, saat awal pindah, Ily memang sudah menyuruh pekerja di rumah untuk memanggilnya dengan nama saja tanpa ada embel-embel Non atau Nona.

"Iya, Ily. Bibi tadi cuma lupa aja kok ehe." Inah tampak menunjukkan cengiran lebarnya.

Ily tersenyum ala kadarnya saja. "Papa udah berangkat, Bi?" Ily celingak-celinguk mencari sosok sang ayah.

Inah mengangguk samar-samar. "Iya, Ly. Bapak udah berangkat dari subuh buat ke Bandung. Katanya ada pertemuan penting dengan klien," jawab Inah. Lalu Ily dan Inah berjalan menuju pintu untuk keluar rumah.

"Bapak bilang kalo Ily jangan lupa belajar yang bener. Makan tepat waktu supaya maagnya gak kambuh." Inah menyampaikan pesan dari Reihan kepada Ily.

Sambil manggut-manggut, Ily langsung membuka pintu mobil. "Oke, Bi! Kalo gitu, Ily berangkat dulu ya. Takut telat kayak kemaren," ujar Ily lembut seperti biasanya.

"Hati-hati ya, Ly," balas Inah.

"Iya, assalamualaikum." Ily melambaikan tangannya ke arah Inah.

"Waalaikumsalam."

Ily tersenyum lalu ia duduk di kursi belakang. Sementara itu, Liam selaku supir Ily tampak melirik ke arah nona mudanya melalui kaca di atasnya.

ILYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang