Bʟᴜᴇ Sᴛᴏʀᴍ

2.3K 237 92
                                    

"Tertawalah..."
.
.
.
Thousand Cranes
Chapter 4: [Blue Storm]
.
Rate: T
.
Chara: Taufan. B, Halilintar. B
.
Warn: OOC, Typo, Error dimana-mana, Bahasa tidak baku
.

Segala hak cipta BoBoiBoy dipegang oleh Monsta, saya hanya meminjam karakternya saja.
__________


"Jadi, bagaimana sekarang?" Tanya Beliung sambil meratapi biskuit gosong hasil mahakaryanya dan Taufan.

"Aku tidak tahu, kan salah Kak Iung biskuitnya gosong begini..." ucap Taufan menyalahkan Beliung.

"Hey, mana kutahu bisa gosong begini—" ujar Beliung tidak terima.

"Makanya belajar, begitu saja tidak bisa." Kata Taufan dengan nada kesal.

Iya, mereka membuat biskuit, dan ya, biskuitnya gosong karena seseorang lupa mematikan oven dan mengeluarkan biskuitnya.

Tentu saja, kalian pasti tahu siapa dalang dibalik kegosongan biskuit yang sudah dibuat dengan jerih payah dan bekal ilmu memasak milik Taufan.

Siapa lagi kalau bukan Kak Iung kesayangan kita.

"Lalu, sekarang kita harus bagaimana?" tanya Beliung sambil mengambil biskuit berwarna kehitaman yang terlihat menyedihkan itu.

"Kalau itu ya... Aku ada solusinya. Kak Iung tenang saja," ucap Taufan dengan senyum ambigu miliknya.

___________

Beliung menatap Taufan kesal. Mereka diusir oleh Halilintar dari Rumah Sakit, karena biskuit yang Taufan berikan pada Halilintar.

Kalau seandainya Beliung bertanya kepada Taufan terlebih dahulu mengenai biskuit apa itu, mungkin mereka berdua tidak akan diusir Halilintar.

"Aku bingung dengan selera Hali... Biskuit buatan Yaya kan enak–" gerutu Taufan sambil mengambil biskuit lain dari dalam kantung plastik lalu mulai memakannya. "Rasanya memang unik, tapi tidak perlu sampai mengusirku juga..."

Oke, sekarang Beliung takut dengan selera Taufan. Kalau biskuit yang dijual di toko-toko terasa aneh dan tidak enak untuknya, ya syukurlah—setidaknya biskuit kualitas rendah itu memiliki rasa yang jauh lebih baik dari biskuit buatan teman sekelas Taufan yang bernama Yaya itu.

Bahkan Beliung sendiri bingung kenapa adiknya yang sangat terampil dalam memasak, apalagi membuat camilan manis ini bisa saja menyukai biskuit iblis berkostum malaikat keramat bin terkutuk itu.

"Fan—kamu tidak takut keracunan makanan?" tanya Beliung sedikit gemetaran, membayangkan benda-benda aneh seperti racun tikus atau makanan kucing yang dimasukkan ke dalam biskuit itu.

Taufan menggeleng mantap, "engga tuh, aku baik-baik saja. Oh, iya! Kak Iung mau? Biskuitnya ada banyak, tidak mungkin kuhabiskan sendiri." Tawar Taufan disusul dengan gelengan kencang dari Beliung.

"Aku heran dengan indra pengecapmu– tidak rusak kan?—"

"Pfft... Kak Iung—indra pengecapku baik-baik saja. Kau tahu, sebenarnya biskuit ini memang memiliki rasa yang aneh. Tapi bukankah itu hal yang bagus? Biskuit ini unik, dan aku mengapresiasinya dengan cara memakannya di saat orang lain tidak mau memakannya karena benda ini memiliki rasa yang berbeda dengan biskuit biasa!" Jelas Taufan sambil terkekeh kecil. "Terkadang kita harus menghargai hal kecil yang mungkin tidak penting untuk diri kita, tetapi sangat berarti untuk orang lain." Lanjut Taufan lagi dengan senyuman manis yang masih terukir di wajah tampannya yang dihiasi semburat merah yang terkesan pudar itu.

Thousand Cranes[✓]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz