Bag 1

271 27 1
                                    

Seungyoun mengumpat pelan saat melihat pesan di ponselnya. Lagi-lagi lagu-lagu buatannya ditolak tanpa alasan yang jelas oleh agensi. Dan ini adalah yang kelima kalinya di bulan ini. Seungyoun mengusak rambutnya kasar. Pikirannya buntu saat ini.

Ia butuh uang sementara tabungannya mulai menipis. Ia tak bisa mengandalkan gajinya dari pekerjaan paruh waktu yang tak seberapa. Sementara sudah beberapa bulan belakangan ini lagu-lagu buatannya sering ditolak oleh agensi tempatnya bernaung sehingga sulit baginya untuk menghasilkan uang.

Sebenarnya permasalahan utama bukan pada lagu yang ia buat, tetapi pada permintaan agensi yang belakangan tak lagi sejalan dengannya.

Seungyoun itu suka kebebasan. Ia suka belajar dan mencoba berbagai jenis musik. Tetapi para atasannya menginginkan lagu pop yang tengah marak di masyarakat. Dalam artian, mereka menginginkan Seungyoun untuk membuat lagu yang bisa diterima dan disukai banyak orang dengan mudah. Seperti yang dulu sering ia buat.

Seungyoun kembali membuka ponselnya dan menghubungi temannya. Butuh waktu cukup lama sampai teleponnya dijawab.

"Halo, Nath. Sepertinya proyek kita berikutnya harus ditunda sampai bulan depan." Ucap Seungyoun tanpa perlu berbasa-basi. Bahkan sosok diseberang belum sempat menyapa.

"Lagumu ditolak lagi?"

Seungyoun mendesah pelan. Sahabatnya satu ini memang selalu tau kondisinya bahkan tanpa perlu ia menjelaskan apapun.

"Begitulah. Jadi aku arus mulai fokus membuat lagu baru yang sesuai dengan keinginan Nam sajangnim."

Kali ini sosok diseberang sana yang mendesah pelan meski masih bisa Seungyoun dengar. "Bukankah sudah kubilang, lebih baik kau keluar Youn-ah. Bergabung denganku atau Eden hyung. Tak perlu terikat dengan agensi manapun dan bebas membuat lagu seperti keinginanmu. Apa kau tak lelah?"

Seungyoun menggigit bibir bawahnya dengan frustasi. Jujur saja ia sangat lelah. Terus menerus ditekan dan dikontrol. Padahal ia hanya seorang produser, bukan idol atau penyanyi yang harus patuh pada aturan agensi. Bahkan ia merasa bahwa para idol di agensinya tak dikontrol seketat dirinya.

"Aku sudah terlanjur menandatangi kontrak. Terlebih ini keinginan mendiang ayahku untuk bekerja di agensi ku saat ini. Tak apa. Aku akan bertahan. Kontrakku hanya tinggal satu tahun lagi dan setelahnya mungkin aku keluar."

Kemudian keduanya terdiam beberapa saat. Perbincangan ini selalu saja terasa sulit bagi keduanya.

"Baiklah, semoga kau tidak menjadi gila sebelum kontrakmu berakhir." canda Nathan sembari tertawa pelan. Berharap bisa sedikit menaikkan kembali mood sahabatnya itu.

Dan cukup berhasil. Seungyoun ikut tertawa pelan dan merasa sedikit lebih rileks. "Terimakasih Nathan. Sampaikan maafku pada Jimin, ya."

"Tenang saja, akan kujelaskan padanya nanti situasimu. Sudah lebih baik sekarang kau segera kembali ke studio dan buat lagi lagu baru. Uang tak akan datang begitu saja, bukan?"

Seungyoun tersenyum lalu berbasa-basi kecil sebelum menutup teleponnya. Setelahnya, ia bergegas bersiap untuk kembali ke studionya. Mungkin ia akan mampir ke toko buku dan toko kaset terlebih dulu untuk riset.

Tak apa kali ini ia mengalahkan egonya terlebih dahulu. Kenyataan memang terkadang bisa sangat keras.

.

.

.

.

.

.

Seungyoun menyapa kasir di toko buku yang biasa ia kunjungi saat senggang. Kakinya langsung menuju ke rak paling depan. Tempat dimana biasanya buku-buku paling laris dan paling di minati diletakkan. Dan yah bisa ditebak, buku-buku percintaan yang paling mendominasi. Kebanyakan berkisah tentang kisah cinta yang manis dan sedikit monoton.

MODELSWhere stories live. Discover now