White Lies

378 72 24
                                    

Mino tahu, rasa cemburu itu memang akan selalu hadir disetiap sebuah hubungan percintaan. Cemburu itu nyata adanya, dan akan selalu ada seiring jalinan kisah romansa setiap manusia.

Karena memang cemburu itu tanda sebuah cinta.

Mino yang begitu mencintai Irene, sampai hari ini berusaha memendam seluruh rasa cemburu nya. Sekuat ia bisa. Semampunya, Mino tahu kalau ia melepaskan semua rasa cemburunya begitu saja ia hanya akan menyakiti perempuan itu. Dan Mino, sudah berjanji pada Tuhan untuk tidak pernah menyakiti perempuannya. Wanita yang sudah sah menjadi istrinya.

Tapi Mino juga manusia, sekuat apapun ia menyembunyikan rasa cemburunya, sifat laki-lakinya terkadang muncul begitu melepaskan Irene sendirian ke kampus. Mino rasanya ingin sekali bersikap egois. Tapi ia sadar, logika harus tetap berjalan diatas semua nya.

"Nanti selesai jam berapa?" Tanya Mino begitu Irene menutup pintu mobilnya, perempuan itu bahkan terlihat semakin cantik dengan dandanan casualnya. Walaupun Mino bersikeras melarang Irene memakai make up berlebihan dan hanya mengizinkan Irene memakai riasan seadanya tampilan Irene justru lebih mengesankan dengan kondisi sesederhana itu.

"Sore, kaya biasa. Kenapa?" Tanya Irene pelan, santai dan ringan. Seolah tidak bisa membaca gesture kecemburuan yang jelas tercetak dari wajah suaminya.

"Aku jemput. Jam 5 sore aku usahain sampai disini" Jawab Mino cepat. Irene menaikkan satu alisnya dengan heran tapi sejurus kemudian ia menghela nafasnya dan mencoba tersenyum.

"Ga kecepetan? Biasanya kamu beres jam 6 sore--"

"Kenapa? Ga mau aku jemput?" Tanya Mino mulai tidak sabar melihat respon Irene yang begitu santai. Perempuan Bae itu mematung sejenak dan buru-buru menggelengkan kepalanya begitu suara Mino berubah lebih dalam dan serius dari intonasi yang biasanya ia pakai.

"Engga gitu sayang, kenapa emangnya? Tumbenan?" Tanya Irene pelan, mencoba menjangkau sisi emosi Mino yang sepertinya merambat naik. Pria Song itu hanya mengedikkan bahunya dan memperbaiki kaca mata yang ia pakai. Sadar sudah membuat pagi ini sedikit kelabu Mino mencoba berdehem menetralkam nada suaranya yang mungkin sedikit terdengar sinis ditelinga Irene.

Padahal sungguh Mino hanya tengah berusaha meredam rasa cemburunya.

"Aku ... Ga mau kamu nunggu aja Rene" Ujar Mino sedikit melunakkan suaranya. Menurunkan tempo nada suaranya senormal mungkin sementara Irene akhirnya merubah raut wajahnya dan mengulurkan satu tangannya meraih jemari Mino yang ada diatas kemudi. Pria Song itu membalas remasan jemari Irene dan menggenggamnya dengan erat, seolah tidak rela melepaskan Irene masuk dan membiarkan istrinya ini kembali berjumpa serta berinteraksi dengan Choi Minho.

Belum-belum Mino bahkan sudah merasa tidak karuan membayangkannya.

"Hari ini bukan jadwal aku bimbingan sama Dosen Choi sayang... Kamu tenang aja" Sahut Irene akhirnya, dengan senyuman yang merekah sempurna.

Seolah membuka tabir kelabu pada hati Mino yang sejak tadi sudah mendung dengan awan cemburu. Pria Song itu sejenak mematung dan menyeringai serba salah ditempatnya. Sikapnya berubah canggung begitu informasi singkat itu jelas sekali bisa merubah mood nya secepat itu. Senyuman lepas perlahan muncul diwajah Mino. Senyuman bahagia yang berbeda jauh dengan senyuman yang ia berikan pada Irene.

Wanita nya itu hanya tersipu melihatnya. Merasa geli dengan kenyataan kalau ternyata suaminya tengah memendam kecemburuan yang begitu nyata.

"Kamu ga bohong kan?" Tanya Mino, santai. Seolah memastikan sekali lagi kalau yang Irene ucapkan itu memang nyata tapi reaksi yang Irene tunjukan malah berbeda jauh dengan harapan Mino. Wanita nya itu mempoutkan kedua bibirnya dengan sikap jengah. Nafasnya tercetak dengan helaan yang jelas-jelas menunjukan kalau ia sedang kesal.

HARU [ Mino x Irene ] FINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang