Lacrimosa || Epic of Gilgamesh

💫 Epilogue 💫

"Enkidu..."

Kelopak mata tersebut membuka perlahan, menampakkan sepasang iris merah ruby yang membuat siapapun yang melihatnya, terpikat dan terperosok jatuh ke dalam iris tersebut.

"Ah? Mimpi itu lagi."

Gilgamesh mengusap kasar wajahnya. Gurat kesedihan terlihat jelas pada wajahnya, ketika ia mengingat dengan jelas mimpi yang selalu hadir di hidupnya. Mimpi tentang masa lalunya. Mimpi mengenai kematian sang sahabat, Enkidu.

Masih sedikit terlarut dalam kesedihan, ia baru menyadari bahwa saat ini, tubuhnya sedang menopang 2 servant kecil. Nursery Rhyme dan Jack the Ripper yang tertidur pulas.

"Mereka ini, apa mereka tidak tahu bahwa mereka sedang bersandar di tubuh siapa?" Gilgamesh sedikit tersenyum, mengingat bahwa dulu ia dan Enkidu seringkali saling bersandar satu sama lain.

King of Heroes itu bangkit secara perlahan dari sofa, tidak mau membangunkan dua servant kecil yang masih tenggelam dalam alam mimpi. Kemudian keluar ruangan. Nampaknya, ia cukup bosan sehingga memilih untuk berjalan mengelilingi lorong Chaldea. Berharap menemukan sesuatu yang menarik.

Ketika melewati sebuah ruangan, ia melihat masternya, Ritsuka Fujimaru, ditemani Mash sedang melakukan ritual pemanggilan servant.

Tidak ingin mengusik masternya, Gilgamesh hendak berjalan kembali, sebelum mendengar suara yang tak asing memenuhi indera pendengarannya.

"Servant, lancer..."

Suara yang selalu menenangkan syarafnya.

"Enkidu."

Gilgamesh menoleh. Kedua pupilnya melebar, tidak percaya akan apa yang dilihatnya. Melupakan statusnya sebagai raja, ia berlari kedalam-

"Your call has activated me."

-menerjang, dan memeluk erat sesosok bersurai hijau panjang yang sangat ia rindukan.

"Enkidu. Akhirnya, aku bertemu denganmu lagi."

Enkidu, yang sempat terkejut akan sosok yang tiba-tiba menerjangnya, tersenyum lembut. Ia membiarkan tubuh Gilgasmesh memeluk erat tubuhnya.

Secara perlahan dan lembut, Enkidu mengelus surai emas sang raja Uruk.

"Aku kembali, Gil."

F I N

Sebenarnya bagian epilog ini sudah kupikirkan lama. Hanya saja, aku tak sempat untuk mengetik bagian ini. Dan baru bisa mengetik serta mempublishkannya sekarang.