Goodbye 17th (3)

16.3K 978 4
                                    

"SELAMAT ULANG TAHUN RANI!" teriak sekretaris gue dari depan pintu ruang kerja gue.

ASTAGA!

"Merlyn! Katanya kamu pergi karena ada masalah sama proyek kita, kenapa kamu ada di sini?!" pekik gue kaget, sambil menatap sekretaris kebanggaan Dad dengan tidak percaya.

Di tangan Merlyn ada kue blackforest dengan lilin angka satu dan delapan bertengger di atasnya. Ya Tuhan, gue bahkan sudah lupa dengan ulang tahun gue sendiri!

Selama ini gue terus bekerja dan bekerja dan bekerja. Gue ga mengenal namanya pagi, siang ataupun malam kalau Merlyn ga ada di samping gue. Bahkan gue nyaris lupa makan, kalau Merlyn ga tinggal bareng gue dan selalu mengingatkan gue untuk makan.

Gue langsung bangun dari kursi gue dan memeluk Merlyn dari samping dengan erat.

"THANK YOU MERLYN!" teriak gue.

"Iya iya iyaaaa! Ini, tiup lilinya dan make a wish!" kata Merlyn sambil mendekatkan kue ke arah gue.

Saat gue memejamkan mata, ratusan memori selama setahun ini langsung menusuk kepala gue. Kejadian saat ulang tahun gue yang ketujuh belas, sehari setelah kejadian tersebut Mom meninggal, lalu sebulan setelahnya Dad masuk rumah sakit jiwa, gue diperkosa, Rangga koma..... rasanya ga percaya!

Bahkan sekarang gue seorang CEO yang cukup diakui di bidang bisnis perhotelan dan pariwisata ini. Rasanya cukup lelah saat gue harus berkali-kali menghadapi para pemegang saham yang kaget karena gue hanya seorang anak kecil baru lulus SMA. Gue harus setengah mati membujuk para investor, memimpin rapat dengan orang-orang yang lebih tua dari gue, tegas terhadap semua pegawai gue yang menganggap gue anak kecil, dan semua ini rasanya BERAT!

Merlyn adalah satu-satunya yang membantu gue melewati semua ini dengan sukses! Walau perbedaan umur kami sepuluh tahun, tapi gue merasa hubungan gue dan Merlyn itu seperti sahabat yang seumuran.

Gue berharap, di umur gue yang delapan belas tahun ini, gue akan lebih baik lagi! Semoga Rangga bangun dari koma dan kembali bersekolah. Semoga Mbok Ijah sehat selalu. Semoga Dad cepat sembuh dan dapat kembali bersama-sama dengan kami semua. Semoga delapan belas akan lebih baik dari tujuh belas!

AMIN.

Gue meniup lilin ulang tahun gue.

"Jadi, dua bulan dari sekarang kamu udah mau balik ke Jakarta lagi?" tanya Merlyn saat kami berdua lagi menikmati kue ulang tahun di sofa ruang kantor gue.

Gue sedikit kaget. Gue bahkan sudah lupa kalau gue harus kembali ke Jakarta! Pekerjaan di sini membuat pikiran gue hanya terfokus pada satu hal, PEKERJAAN! Apalagi, gue ga melakukan komunikasi apapun dengan Mbok Ijah, Rangga ataupun Rico yang ada di Jakarta.

"Jangan bilang kamu lupa!" tebak Merlyn.

Gue hanya cengegesan mendengarnya. Tepat sekali!

"Kamu balik sekarang aja! Toh, aku udah siapin semua bukti taruhan kamu sama Om Deni. Nih!" kata Merlyn sambil melemparkan map biru yang baru dia ambil dari tasnya.

Gue langsung mengambil map tersebut dan membolak-balik map tersebut. LAPORAN KEUANGAN!

"Keuntungan perusahaan itu udah sepuluh kali lipat. kamu harus ketemu Rangga. Dia udah sadar!" tambah Merlyn.

RANGGA SUDAH SADAR?

"Kamu memang menutup diri dari informasi apapun di Jakarta, tapi aku mana mungkin bisa begitu! Mbok Ijah dan Erico sering banget nelepon buat nanyain kabar kamu. Lebih baik kamu telepon mereka balik!" tegur Merlyn.

Kalau Mbok Ijah yang menelepon, gue maklum. Dia pasti khawatir sekali dengan keadaan gue yang ga pernah tinggal sendiri. Tapi Erico?

"Hei, aku rasa Erico itu suka sama kamu. Aku sampai bosen, dia telepon tuh seperti makan nasi! Tiga kali sehari! Dan waktunya selalu SAMA! Aku yakin sebentar lagi dia bakal telepon." Kata Merlyn sambil melihat ke arah jam tangannya.

Tiba-tiba hp Merlyn berbunyi.

Merlyn segera mengambil hpnya dan memberikannya kepada gue. Gue melihat caller IDnya.

ERICO!

"Kamu yang angkat aja! Dia pasti mau ucapin selamat ulang tahun. Tuh, kuenya juga dari dia. Sana!" kata Merlyn.

"DARI RICO?" kata gue kaget.

"Iya. Tadi pagi dia ingetin aku. Niat aku juga mau beli kue, tapi dia malah cerewet minta ampun supaya aku jangan sampai lupa." Kata Merlyn sambil memutar bola matanya.

Gue ragu untuk menjawab telepon tersebut, tapi gue tekan juga tombol berwarna hijau itu. Merlyn langsung beranjak pergi dari ruangan gue. Profesionalitas huh?

Gue mendekatkan hp Merlyn ke telinga gue.

"Mer, kamu udah kasih kue ulang tahunnya? Apa Rani inget ulang tahunnya?" Tanya Rico sebelum gue bilang 'halo'.

Gue terdiam. Rico tahu ulang tahun gue dari mana? Rico ga pernah lihat KTP gue, yang ada malah gue yang lihat KTP Rico.

"Merrr!!!" panggil Rico.

Gue harus jawab apa?

"MERLYN!!!" teriak Rico yang sukses membuat gue menjauhkan hp sepuluh senti dari telinga gue.

"RICOOOOOO! JANGAN TERIAK-TERIAK! TELINGA GUE SAKIT!!!" teriak gue kesel.

Walau gue ga lihat, tapi gue tahu kalau sekarang Rico pasti kaget luar biasa. Bahkan dia sampai diam seribu bahasa.

"Maharani?" tanya Rico ragu.

"Iya! Ini gue. Kenapa?" Tanya gue dingin.

"Lu.... baik-baik aja?" Tanya Rico.

"Baik." jawab gue singkat.

"Lu.... " kata-kata Rico putus begitu saja.

'Rico suka sama kamu'

Kata-kata Merlyn tiba-tiba masuk ke dalam pikiran gue. Apa iya?

"Selamat ulang tahun, Ran." Kata Rico akhirnya.

"Thanks!" kata gue singkat.

"Hei... Mmmhh.... Rangga udah sadar." Kata Rico.

"Dari kapan?" kata gue tetap tenang.

"Seminggu setelah lu pergi. Dia baik-baik aja sekarang, dan lagi ujian untuk naik kelas tiga." Jawab Rico.

"Kapan dia selesai ujian?" tanya gue.

"Besok. Lu mau bicara sama dia? Gue lagi di depan kamar Rangga." Jawab Rico.

Gue tersenyum miris. Rasanya ingin sekali mendengar suara Rangga.

"Ngga usah. Dia harus ujian besok. By the way, thanks buat kue ulang tahunnya. Bye." Kata gue lalu langsung mematikan sambungan telepon tersebut.

Gue langsung menyender ke sofa. Astagaaaaa, lelah rasanya! Sepuluh bulan ini rasanya sangat melelahkan. Gue ingin ketemu Dad dan Rangga. Ingin ketemu Mbok Ijah. Gue kangen!!!

"Nih, buat kamu! Hadiah ulang tahun dari aku." Kata Merlyn yang tiba-tiba sudah di depan gue dan melempar sebuah amplop.

Gue langsung mengambil amplop tersebut dan mengeluarkan isinya. Tiket pesawat?

"Tujuan ke Jakarta. Besok. Jam sepuluh pagi. Aku juga ikut!" kata Merlyn.

Gue ga percaya!

"Kita butuh liburan, darling! Sepuluh bulan kita kerja keras dan sekarang waktunya untuk liburan satu bulan!!!" seru Merlyn.

Gue tersenyum lebar dan langsung memeluk Merlyn erat! Thank you so much Merlyn!!!

I have to be STRONG!Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ