BAB 17

8.4K 985 104
                                    

Cinta adalah ketika kebahagian seseorang lebih penting dari pada kebahagian diri sendiri.

Kepala Sasuke terasa berputar. Keningnya dipijat pelan untuk mengurangi rasa sakit. Alkohol memang tidak pernah menjadi kawan di dalam kamus hidup Sasuke. Total 4 gelas Sake sudah Sasuke minum dan semua bukan gelas miliknya melainkan Hinata. Serius dari pada Hinata mabuk dan merepotkan Sasuke nantinya dia memilih mengorbankan diri menggantikan minum Sake. Tentu secara diam-diam menggunakan Genjutsu. Sasuke masih waras untuk menggantikan Hinata terang-terangan. Apa perlu Sasuke meminta ucapan terima kasih dari Hinata?

Sasuke mempercepat langkah kala jaraknya dengan Hinata makin dekat. Dia siap meraih tangan Hinata sebelum Sakura datang dan menarik lengannya pelan.

"Sasuke," panggil Sakura, memohon. Hinata sudah masuk ke dalam toilet perempuan. Dia bersembunyi di balik dinding. Menguping pembicaraan Sasuke dan Sakura. Hinata tahu kalau diikuti oleh Sasuke. Dia sengaja ingin membuat Sasuke menunggu di luar. Panggilan Sakura menggurungkan Hinata untuk membasuh wajah.

"Bisa kita bicara di luar kedai?"

"Maaf Sakura, tapi kau bisa bicara di sini. Aku sedang menunggu Hinata."

Sakura terlihat kecewa.

"Kenapa?" Sakura menatap Sasuke terluka. "Kau memilih Hinata?"

"Tidak ada yang spesial. Hanya Hinata yang menerima tawaran misi." Sasuke tidak sepenuhnya berbohong. Hyuuga sendiri yang menawarkan Hinata padanya.

"Kau bisa memilihku yang sangat jelas mencintaimu."

Sasuke teringat pertengkaran kecil tempo hari dengan Hinata.

"Jika kau mencintai Sakura dan memilih tidak bersama. Berhenti memberinya harapan. Jangan tatap Sakura seperti itu. Semua wanita akan salah paham."

Sasuke tidak ingin mengatakan dengan jelas bagaimana perasaannya pada Sakura. Dia tahu hal itu akan menyakiti Sakura. Sasuke pikir dengan mengabaikan Sakura akan membuatnya tersadar. Tapi, Sasuke rasa perkataan Hinata ada benarnya. Sasuke harus menjelaskan posisi dan perasaannya pada Sakura.

"Dengar Sakura. Aku memang menyayangimu namun tak lebih dari keluarga dan teman. Aku tidak bisa memberi jawaban yang pasti karena kau pasti akan terluka."

Mata Sakura bergetar menahan tangis.

"Kau berharga untukku Sakura."

Hinata berdecak sinis mendengar penuturan Sasuke.

"Karena itu aku tidak ingin memposisikan kau dalam bahaya. Misi ini mengutungkan kedua belah pihak. Jika aku memilihmu, kau hanya menjadi pihak yang dirugikan."

Sakura ingat ketika Kakashi memberitahu soal misi Sasuke dan Hinata. Pria itu berkata jika mereka mendapat keuntungan dengan menjalani misi. Namun Sakura tidak tahu apa keuntungan yang dimaksud.

"Setelah selesai misi. Bukankah kita bisa bersama?" Sasuke terdiam menatap Sakura. Gadis di depannya ini terlihat putus asa. Sasuke memang brengsek. Dia penyebab utama Sakura menjadi tidak bisa berpikir jernih.

Jantung Hinata berdebar menanti jawaban Sasuke. Meski tahu jawaban Sasuke tidak akan memberi harapan sesuai ekspetasinya. Entah kenapa Hinata tetap berharap ada jawaban lain keluar dari mulut Sasuke.

"Tidak, Sakura."

Ada kegembiraan kecil di dada Hinata.

"Kenapa? Kau sudah terbebas dari misi."

"Meski aku berpisah dengan Hinata. Bukan berarti aku akan memilihmu."

"Brengsek kau Sasuke!" Sakura memukul dada Sasuke lemah.

AURORA [TAMAT]Where stories live. Discover now