Tanah Juang

9 1 1
                                    

Eh rek yuk latihan sudah ditunggu Pak Hadi.” ajak Lana dari seberang musala. Aku, Salsa, dan Virgin yang tengah berbincang-bincang langsung berdiri dan menuju ke tempat dimana Lana memanggil kami. Kulihat Iza sedang asik menghitung uang yang ditemani beberapa lembar kertas yang bertuliskan nama dan asal kelas anggota pramuka gugus depan SMP 1 Kota Baru. Aku dan Lana langsung mengambil beberapa batang bambu yang sudah dipotongi sepanjang tiga puluh senti dan berbentuk lingkaran serta benang kasur yang digunakan untuk mengaitkan batang-batang ini menjadi sebuah mini pionering yang kokoh. Dalam ajang ini, kami membuat miniatur robot. Memang sebetulnya yang di lombakan adalah pionering, tapi guru kami berkata lebih baik membuat yang kecil dulu baru besar. Alhasil kami mengikuti arahan dari beliau. Sedangkan Salsa dan Virgin tengah sibuk menghafal beberapa materi kepramukaan untuk cabang lomba cerdas cermat. Memang kali ini, lawan kami adalah super. Karena baru kali ini kami akan bertempur dengan lawan-lawan se-karisidenan. Untuk itu, belajar dan semangat yang kami gunakan untuk menguatkan mental kami nanti. “Eh ini gimana sih Nad?” tanya Lana yang tengah kebingunan menghafal simpul.

“Lan itu pakai simpul jangkar oi...” ujarku kepadanya.

“Walah iya, makanya kok jadinya kek gini. Hehehehe..” ujarnya sembari melepaskan simpul pangkal diganti dengan simpul jangkar.

“Pada sudah bikin nih, maaf ya tadi Pak Hadi masih menyuruh menghitung uang.” ujar Iza yang tiba-tiba datang diantaraku dan Lana.

“Alah biasa, anaknya Pak Hadi.” celotehku dengan sedikit senyum.

Itulah guyonan yang selalu kami lakukan. Di samping menghilangkan penat ketika latihan juga bisa dibikin cerita nantinya.

Dua jam berlalu miniatur kami akhirnya jadi juga. Kami langsung menyetorkan kepada Pak Hadi yang tengah ngobi dan ngerokok itu. Namun, aku berhenti melangkah ketika melihat Virgin dan Salsa tengah seru tebak-tebakan materi. Aku langsung menghampirinya. “Wah sudah siap nih kayaknya?” celetukku yang mengejutkan mereka berdua.

“Astaga Nad, sejak kapan di sini?” tanya Virgin terkejut.

“Sejak lahir. Hahaha..” ujarku dengan tertawa yang diikuti mereka berdua tertawa.

“Eh sini coba aku yang tanya. Mana materimu?” tanyaku kepada mereka berdua.

“Nah..” ujar Salsa sembari menyerahkan beberapa buku.

“Buset dah, ini semua kalian hafalin?” tanyaku yang terkejut karena lebih dari sepuluh buku mereka serahkan kepadaku.

“Hehehe itu mah baru separo Nad, mau lagi?” tanya Virgin dengan mencari buku lainnya.

“Sudah-sudah ini aja, kalau aku jadi kalian tinggal kumasukin ke blender terus diminum aja, hehhehe..” ujarku dengan membolak-balikkan buku.

“Ya bener. Habis itu masuk rumah sakit gara-gara keracunan tinta. Hahahaha...” ujar Salsa menambahkan disusul kami berdua tertawa puas.

“Sudah yuk masuk materi guyon saja.” ujarku dengan membuka salah satu buku.

Lalu disusul pertanyaan-pertanyaan yang juga membuatku senang, karena mereka berdua dengan mudahnya menjawab tanpa berpikir lama. Aku yakin, nanti kita akan memenangkan lomba itu, ujarku dalam hati.

****

Hari itu terjadi, aku dan teman-teman lainnya sedang sibuk menurunkan barang-barang untuk keperluan makan, lomba, dan tidur. Kini aku telah sampai pada bumi perkemahan Kota Santri. Sapaan demi sapaan yang baru dari beberapa teman yang nantinya menjadi lawan dari regu kami. Kami mendapat tanah kavling yang berada agak jauh dari pintu gerbang bumi perkemahan. Tempat yang lumayan menyeramkan karena berada di belakang pojok dan di bawah pohon yang begitu besar. Yang kulakukan hanyalah mengucapkan doa-doa yang telah guru ngajiku ajarkan.

Selepas kami memasang tenda, kami berbagi tugas. Aku dan Iza berada di dalam tenda untuk bagian menata dan menghias dalam tenda, Virgin, Salsa, dan Lana tengah memasang pagar dan gapura di depan tenda kami. Kerlap-kerlip lampu tumbler mulai terlihat apik, ditemani oleh gugusan bintang yang bertaburan di langit bumi perkemahan ini. Memang kami berangkat malam, karena chek in-nya memang malam. Besuk pagi sudah harus sudah apel pembukaan jam enam. Gila apel apa senam itu. Alhasil kami harus mengikuti aturan yang ada dalam lomba.

“Prit...prit.... ” suara peluit telah ditiup, pertanda waktu apel akan segera dimulai. Aku dan kawan-kawanku langsung berlari terbirit-birit menuju lapangan depan tenda. Kami berbaris di samping regu yang telah siap untuk apel. Aku berada di barisan bagian belakang karena aku wapinru. Yah, semua peserta apel mengikuti serangkaian apel pagi dengan baik. Ada kalanya kami mendengdangkan lagu himne pramuka, megucap dasa dharma yang selanjutnya disusul oleh panduan dari kakak pembina untuk memasang tanda pengenal. Kami peserta apel serentak memasang id card yang telah terlukiskan nama kami masing-masing. Selepas apel dibubarkan, kami per regu bergantian menunjukkan kekompakan melalui yel-yel pagi. Yah, itu saja sudah membuat aku, Salsa,Virgin, Lana, dan Iza siap untuk melawan musuh-musuh.

Duapuluh menit berjalan, lomba sudah dimulai sejak lima belas menit berlalu, kini aku, Lana, dan Iza tengah berada tepat di bawah langit bumi perkemahan, ditengah-tengah lapangan beserta lawan-lawan lainnya yang melakukan hal yang sama. Aku benar-benar harus fokus, karena waktu yang diberikan sudah hampir berjalan setengah jam tapi badan robot kami belum juga selesai. Disamping itu, Lana juga kewalahan dan sering bertengkar dengan Iza. Memang dua orang itu suka sekali berdebat. Mendengar mereka berdebat membuatku pusing dan tak fokus. Apalagi disaat yang bersamaan, badan robot yang sudah hampir jadi ini tongkat bagian utama patah, talinya juga putus. Aku yang melihat keadaan robot itu langsung melempar tali yang sedang kupegang. Kacau sudah, aku dan kawan-kawan harus mengulang dari awal, padahal waktu sudah tinggal setengah jam lagi. Lana dan Iza yan melihatku kesal itu seketika berhenti berdebat, membantuku dan tak berani mengeluarkan suara. Yang mereka lakukan hanyalah menali, menali, dan menali.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 25, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Tanah JuangWhere stories live. Discover now