Jadi tak apa jika itu aku?

1.6K 93 37
                                    

.

.

.

.




.


Lan JingYi mengernyit dalam kala sinar fajar masuk dari sela jendela dan jatuh menyinari wajahnya. Ia baru saja ingin menghalangi cahaya yang masuk dengan selimutnya, sampai suara ketikan keyboard terdengar jelas.

Ia segera bangkit dengan malas dan duduk sambil mengeluarkan ringisan, menyebabkan selimut gelap yang menutupi tubuh telanjangnya, merosot mengungkapkan bahu mulus dengan taburan bitemark semerah darah. Ia mengucek pelan matanya, mencoba menyesuaikan dengan cahaya pagi yang terang.

Dengan mata yang samar-samar, ia melihat pria yang duduk disamping berpakaian rapih, dan segera bertanya dengan suara serak setengah mengantuk, "ShiZui, mau kemana?"

Pria tampan yang duduk disamping ranjang menjawab tanpa mengalihkan perhatiannya dari ponsel, "hari ini libur," ia menjeda dan sibuk mengeja bacaan pada ponselnya sambil sesekali tersenyum kecil, "ah, aku ingin mengajak A-Ling kencan."

Lan JingYi tak bereaksi selama beberapa detik, hanya menatap Lan ShiZui yang tidak mempedulikannya dengan diam. Pria ini memang memiliki wajah ramah, namun amat jarang JingYi melihat ekspresi bahagia seperti itu diwajahnya. Dengan senyuman manis dan ekspresi seperti itu, Lan ShiZui nampak lebih tampan.

Ah, tapi ... Senyuman itu, bukan karena dirinya ataupun untuknya.

Lan JingYi menurunkan sudut bibirnya, ia segera menjatuhkan tubuhnya di ranjang sambil memeluk bantal guling erat, berbalik dengan posisi membelakangi Lan ShiZui.

Suara ketikan keyboard masih berlanjut selama beberapa menit kedepan, sesekali suara kekehan renyah yang menggetarkan hati Lan JingYi terdengar.

"Iya, sayang ... Aku akan kesana."

ShiZui nampaknya membuat pesan suara untuk Jin Ling. Suara baritonnya yang terdengar seksi dan lembut penuh kasih sayang, membuat Lan JingYi tanpa sadar meremas bantalnya.

Setelahnya, deritan ranjang terdengar menggema dalam suasana hening.

Lan ShiZui berdiri, memasukkan ponselnya ke dalam saku celana dan melirik sebentar pria mungil yang masih terbenam malas dalam balutan selimut.

"JingYi, aku pergi dulu."

JingYi terdiam sebentar, menarik nafas, ia menjawab, "Mm."

Segera, suara langkah kaki yang perlahan menjauh serta suara pintu terbuka dan tertutup memasuki indranya.

Lan JingYi mengangkat wajahnya yang terbenam dalam bantal, memandang pintu yang tertutup rapat dalam diam. Sudut matanya memerah, dan di detik berikutnya tetesan sebening kristal muncul.

Sudut bibirnya melengkung ke bawah, menahan isakan yang bisa meluncur kapan saja.

Kenapa? Kenapa selalu begini?

.






.





.





.






.







.







.








.







.






Oneshoot FanFictionWhere stories live. Discover now