Chapter 11

5.5K 644 2
                                    

Semua yang ada diruangan terkejut, begitupun Jungkook. Ia terkejut mengapa kalimat itu bisa keluar dari mulutnya. Tak sempat meluruskan kata-katanya kepalanya terasa pening dan ia ambruk begitu saja.

"Astaga! Kau membunuhnya!" Ibu Taehyung panik melihat Jungkook yang pingsan setelah suaminya melempari Jungkook dengan vas bunga. Taehyung hanya bisa diam, ia tak tahu harus berbuat apa.

Ayah Taehyung tetap tenang, tidak peduli dengan Jungkook yang sudah tergeletak mengenaskan.
"Jangan percaya padanya. Mungkin saja dia pura-pura pingsan." Berjalan ke kamar meninggalkan Baekhyun yang terus memanggilnya.

"Chanyeol! Astaga, dosa apa yang pernah kulakukan di masa lalu." Memandang sekilas Taehyung yang masih diam terpaku. Dapat Taehyung lihat ibunya memandangnya dengan tatapan kecewa, hatinya sakit melihat raut wajah ibunya. Ia telah mengecewakan orangtuanya.

Setelah kedua orangtuanya pergi, Taehyung beranjak mendekati Jungkook yang masih tak sadarkan diri. Menepuk ringan pipi Jungkook, dan lelaki itu pun bangun sambil meringis merasakan sakit di kepalanya.

Membantu Jungkook untuk dapat duduk kembali.
"Maaf, pasti sakit sekali ya?" Jungkook hanya mengangguk pelan. Sungguh kepalanya masih sakit, bekas pecahan vas masih berserak disekitarannya.

Mencoba menyentuh kepalanya yang terasa basah. Ia dan Taehyung terdiam melihat darah menempel di telapak tangannya.

°○°○°○°

"Sayang, kau tak perlu seperti itu. Bagaimana pun juga ia punya niat baik untuk menikahi putra kita." Baekhyun mencoba menenangkan suaminya yang sedang dikuasai amarah.

Chanyeol tampak tak setuju dengan istrinya, hatinya masih dilingkupi kemarahan mengingat wajah Jungkook.
"Niat baik? Apa kau percaya? Ya Tuhan, bahkan hanya melihat wajahnya aku tahu dia bajingan mesum yang memaksa Taehyung untuk berbuat yang tidak-tidak."

"Kasihan Taehyungku, dia pasti tersiksa dengan keparat itu." Chanyeol melanjutkan.

"Aku tahu kau membencinya, namun kau tak bisa menilainya begitu. Kita tak tahu ceritanya seperti apa, sayang." Meskipun Baekhyun kecewa dengan mereka, namun sebagai seorang ibu ia dapat melihat ketulusan seorang Jeon Jungkook.

"AHHHH!!!!"

Keduanya terkejut ketika mendengar suara yang berasal dari ruang tengah dimana Taehyung dan Jungkook berada. Dengan segera Chanyeol mengambil tongkat baseball dan keluar untuk melihat apa yang terjadi bersama Baekhyun.

Keduanya terheran ketika melihat Taehyung dan Jungkook berteriak histeris. Baekhyun menghampiri putranya yang terlihat panik.

"Darah! Darah! Kepalanya berdarah!" Menunjuk-nunjuk kepala Jungkook yang mengeluarkan darah.

Ibunya segera berlari mengambil kotak P3K dan mengobati Jungkook. Ayah Taehyung merasa bersalah namun ia gengsi untuk minta maaf ataupun menunjukkannya, ia hanya duduk memperhatikan istrinya yang mengobati Jungkook.

Jungkook memperhatikan betapa lembutnya ibu Taehyung mengobatinya, tersenyum ketika melihat kecantikan ibu Taehyung. Sekarang Jungkook tahu darimana kecantikan Taehyung berasal.

"Berhenti memandang istriku."

Jungkook tersentak ketika mendengar suara ayah Taehyung. Hanya bisa menunduk dan berdoa semoga ia tidak lebih parah daripada ini.

"Apa benar kau hamil?" Chanyeol memandang Taehyung sambil mengulurkan tangannya menyentuh wajah anaknya.

"B-benar, appa." Taehyung yang sedari tadi diam merasa bersalah menjadi gugup ketika ditanya ayahnya.

Chanyeol tersenyum kecut.
"Kau tak perlu takut pada appa. Maaf tak bisa menjagamu."

Taehyung menggelengkan kepalanya ribut.
"Tidak. Appa tidak pernah bersalah. Disini aku yang bersalah."

Baekhyun dan Jungkook merasa tersentuh melihat pemandangan haru ayah dan anak didepan mereka.
Lalu kemudian Jungkook mendekati Taehyung.
"Aku juga bersalah dalam hal ini. Maafkan aku, Tuan Kim."

Chanyeol mendenguskan nafasnya kasar, sesungguhnya ia masih tak percaya akan yang sekarang terjadi. Putra manisnya dihamili orang. Namun ia bersyukur setidaknya Jungkook mau bertanggung jawab dan tidak meninggalkan Taehyung begitu saja.

"Siapa tadi namamu?" Jungkook yang semula menenangkan Taehyung dengan menggenggam lembut tangannya merasa terkejut ketika ayah Taehyung bertanya padanya.

"Jeon Jungkook, Tuan Kim." Mencoba menjawab dengan lantang meskipun rasanya keberaniannya telah menguap dari dirinya.

"Jungkook, kau tahu Kim Taehyung adalah anakku satu-satunya. Aku dan istriku sangat menyayanginya, seluruh perhatian dan kasih sayang kami curahkan padanya. Ia adalah anak yang penurut, tak pernah membantah ataupun mengecewakan kami." Chanyeol berhenti sejenak untuk memandang lekat wajah anaknya.

"Namun ketika lulus sekolah, ia meminta untuk diizinkan melanjutkan kuliahnya di Seoul. Sebagai orangtua, awalnya kami tak rela namun karena tekadnya yang kuat akhirnya kami mengizinkannya. Ketika ia lulus kuliah, ia mengabari kami bahwa ia dapat pekerjaan yang ia impikan di Seoul. Sesungguhnya kami ingin dia kembali ke Daegu, namun melihat antusiasnya akhirnya kami melepasnya lagi."

Jungkook menyimak semua yang dikatakan Tuan Kim, sementara Taehyung sedari tadi menahan tangis ketika ayahnya bercerita.

"Dan kini, kau Jeon Jungkook. Kau menjadi alasan kami melepasnya, melepaskan anak kami tercinta. Kumohon padamu cintai dan jaga Taehyung dengan sepenuh hatimu. Tak mudah bagi kami melepasnya, namun selama itu untuk kebahagiaannya, maka akan kami lakukan." Tangis Taehyung pecah mendengar persetujuan dari ayahnya dan Jungkook tersenyum bahagia ketika akhirnya mendapat restu dari tuan Kim.

"Jadi, kapan kalian akan menikah?"

.
.
.

Tbc

Until The Day I Die (Kooktae/Kookv)Where stories live. Discover now