Bab 2

6 0 0
                                    

Hari-hari seusai perjuampaan Sal im dengan Sefi terasa indah membuncah dengan energy menahan diri. Sal im tahu akan sangat sulit bertemu Sefi kembali. Terlalu absurd menurut Sal im akan kembali beretemu dengan Sefi di kota kecilnya. Terlalu absurd Sefi kembali datang berkunjung ke rumah Ayu; setidaknya tidak mungkin dalam waktu dekat. Mungkin Sefi akan datang lagi di pernikahan Ayu. Sal im melihat kemungkinan bisa bertemu kembali dengan Sefi bahkan mempunyai interaksi lebih dari ketemu dengan Sefi jika dirinya pergi ke Malang, mencari Sefi dan tinggal bersama, berdekatan. Tinggal bersama? Berdekatan? Gimana maksudnya? Bagaimana bisa mungkin? Ide yang absurd dari seorang yang sedang bergejolak.

Gagasan mengunjungi alias mencari Sefi di kota tinggalnya merupakan sebuah hal yang berusaha dijauhkan Sal im dari dirinya sendiri. Sal im yang dulu tidak akan menahan diri untuk setiap hal yang menarik dirinya. Sal im yang dulu pasti akan segera pergi saat itu juga memenuhi gejolak dalam dirinya. Sekarang tidak lagi. Memalukan tidak berfikir sebelum melakukan. Itu sekarang. Berfikir sebenatar saja, sedikit saja. Gak usah banyak-banyak. buat apa dipikir banyak-banyak, ndak melanggar hukum. Begitu pikir Sal im. Gak melanggar hukum, gak dipenjara, cuman kudu mikir buat orang lain enak apa gak enak. Itu yan dikhawatirkan Sal im; mengganggu. Karena dirinya adalah gangguan, gangguan untuk banyak orang. Sal im menyukai Sefi, Sal im tidak ingin membuat Sefi merasa tidak nyaman. Memikirkan dirinya akan membuat Sefi tidak suka, tidak nyaman saja membuat Sal im tidak tenang, juga mampu membuat Sal im menahan gejolak yang membuncah dalam dirinya.

Saat bergumul dengan rumput pikiran tentang Sefi tetap ada. Saat bercengkrama dengan hewan peliharaannya, kenangan bersama Sefi menggema. Saat sibuk dengan tanaman di halaman rumahnya, suara Sefi terngiang. Saat menikmati hasil berkebun senyum Sefi semakin bersinar dalam layar pikiran Sal im; ingin membagi hasil kebunnya dengan Sefi. Sal im juga memikirkan banyak hal yang berpotensi membahagiakan, disukai, disenangi Sefi dalam hal makanan, minuman, sikap dalam hal ini Sal im lebih mengarah pada pelayan-bagaimana melayani Sefi, membuatnya senang, membantu Sefi mendapatkan fasilitas hidup yang nyaman. Tentu saja fasilitas ini dalam konteks pemenuhan kebutuhan hidup dasar seperti masak, bersih-bersih rumah; bukan dalam arti membelikan jam tangan Rolex atau barang-barang lainnya.

Sefi seperti pusat gravitasi baru dalam hidup Sal im. Semeua energy Sal im tercurah dalam usaha menghadang magnet keinginannya benar-benar tertarik kuat cepat ke pusat gravitasi barunya. Sudah sebulan sejak pertemuannya dengan Sefi. Selama itu pula Sefi menjadi virus yang Sal im sendiri yang memasukkan ke dalam dirinya sendiri. Virus Sefi bukan virus yang membahayakan, virus Sefi hanya sebuah virus dengan tingkat gangguan memori ringan yaitu hadir kontinyu dan menyenangkan. Sal im menikmati virus itu seperti orang bodoh.

Virus memory Sefi perlahan mulai mengganggu saat memory tersebut menghadirkan sebuah gagasan tentang mendatangi rumah Sefi, berpetualang mencari Sefi dan mencoba hidup bersama-menjadi dekat dengan Sefi. Sal im membiarkan gagasan-gagasan bodoh tentang hal itu berkelebatan hingga akhirnya nangkring di pikirannya dan mulai membangun rumah di sana. Sal im membiarkan rumah itu hidup. Sederhana saja, karena begitulah Sal im memahami dirinya sendiri. Sal im paham dirinya sangat mudah tertarik dengan hal-hal seperti itu. Sal im paham jika dirinya tertarik dengan suatu hal, dirinya akan terus sibuk dan disibukkan dengan hal itu. Kesibukan itu juga dalam arti Sal im akan berusaha menuju pada hal itu dengan sekuat tenaga, sepenuh tenaga, sepenuh hati tanpa peduli apapun, siapapun bagaimanapun. Begitulah Sal im. Sal im sangat tidak sabar dengan detak jantungnya, debar jantuny yang berdetak, berdebar keras karena sesuatu. Sal im merasa harus melakukan sesuatu untuk menenangkannya. Tanpa harus merugikan orang lain. ya, sebuah kalimat sederhana, tidak merugikan orang lain, namun dalam kenyataannya seiring waktu berjalan, seiring begitu banyak yang terjadi, Sal im paham kalimat itu selalu sederhana, namun dalam realisasinya hal itu jauh dari kesederhanaan, kemudian selanjutnya kembali menjadi sederhana.

rejected proposalWhere stories live. Discover now