Part 2

409 20 12
                                    

🐢🐢🐢
.
.
.

Sinar mentari pagi telah menembus gorden kamar milik seorang pria. Atau mungkin masih bisa disebut pemuda. Terserah. Manik mata ungunya perlahan terbuka tatkala sinar mentari tepat menyinari wajah tampannya. Ia menggeliat sejenak, dan setelahnya mengubah posisi menjadi duduk dengan bahu yg ia sandarkan disandaran ranjang. Tangannya terulur untuk mengucek-ngucek matanya yang masih terasa agak berat. Lalu setelahnya ia alihkan pandangan matanya kearah jam dinding yang tergantung ditembok kamar tersebut. Jam 08.00 AM. Masih pagi, menurutnya. Ya, karena hari ini ia masuk kuliah jam 03.00 sore. Perlahan ia menuruni ranjangnya dan melangkah menuju balkon. Kakinya berhenti menapaki lantai lantaran ia sudah sampai dibalkon kamarnya. Matanya disuguhkan dengan pemandangan kota Daedo yang terlihat sangat jelas dari sana. Apartemennya berada dilantai 7, makanya ia dapat melihat pemandangan kota yang sudah agak ramai ini. Kotanya masih terbilang asri. Pepohonan masih mudah dijumpai. Burung-burung masih terjaga habitatnya. Seperti saat ini, burung-burung berkicau dengan merdu dan sebagiannya berterbangan mengelilingi kota. Sebuah senyum tipis terukir diwajahnya yang terlihat dingin ini. Sesuatu yang langka melihat orang ini tersenyum. Akan tetapi, sebenarnya dia adalah pria yang baik dan hangat. Hanya saja dia enggan menampakkan sikap aslinya dihadapan banyak orang karena musuhnya ada dimana-mana, fangirl. Ya, orang ini membenci fangirl. Entahlah kenapa. Terserah. Sikap hangatnya hanya ia tunjukkan kepada orang-orang terdekatnya saja. Termasuk teman-temannya. Setelah cukup puas memanjakan matanya dengan pemandangan kota, kini ia kembali masuk kedalam kamarnya. Ia menapakkan kakinya menuju kamar mandi.

🐢🐢🐢

Setelah selesai mandi dan berpakaian, Dylan segera keluar dari kamarnya. Ia melangkahkan kakinya menuju kamar istrinya, Dolly. Pintunya terbuka sedikit, tak dikunci. Dengan perlahan Dylan membuka pintu tersebut. Takut si empu pemilik kamar terganggu dari tidurnya. Setelah melihat kedalam kamar, lagi-lagi senyuman tipis terukir diwajah tampannya. Ia dapati istrinya sedang tertidur pulas diatas ranjang. Kemudian ia menutup kembali pintu tersebut dengan perlahan.

🐢🐢🐢

Kini Dylan tengah duduk diruang makan. Tangannya terulur untuk mengaduk secangkir kopi dihadapannya. Sebuah senyuman terukir lagi diwajah itu. Langka. Hanya itu kata yang pas untuk momen saat ini. Perhatiannya teralih saat Dolly masuk kedalam ruang tersebut. Dengan rambut berantakan dan mata yang masih setengah terbuka. Manis, komentar Dylan dalam hati. Dia mendudukkan dirinya dikursi yang berada dihadapan Dylan. Kemudian kepalanya ia baringkan keatas meja yang berada dihadapannya.

"Bikinin gue kopi juga dongg... Gue pusing nih" Dolly mendongakkan kepala kearah Dylan, tak lupa juga dengan puppy eyes nya.

"Ini memang buat kamu kok" ucap Dylan sambil tersenyum. "Oh iya, hari ini kamu gak ada jadwal kuliah ya?"

"Gue masuk jam siang. Jadi gue mau tidur hari ini. Oh iya, lo gak ada jadwal kuliah gitu?" Dolly menerima secangkir kopi dari tangan Dylan dan menyeruputnya perlahan.

Sesuatu menghangat sekaligus berdetak kencang didalam tubuh Dylan. Hatinya terasa bahagia ditanya seperti itu.

"Aku masuk kuliah jam sore"

"Ooh"

Setelah itu tak ada percakapan lagi. Hening menghinggapi mereka. Hanya terdengar suara dari bibir mungil Dolly yang sedang menyeruput kopi. Suasana menjadi canggung.

1 menit...

2 menit...

5 menit...

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 28, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Bad Girl VS Good BoyWhere stories live. Discover now