~

80 7 2
                                    

'Kenapa...kenapa hidupku seperti ini? Kenapa harus aku yang menerima penyakit aneh ini?! Gara-gara sindrom sialan ini, hidupku selalu dalam kesengsaraan dan penderitaan. Dijauhi semua orang, merasa jijik kepadaku, bahkan kadang aku selalu dibully. Sudah bertahun-tahun aku menahannya. Karena itu aku berpikir untuk mengakhiri hidupku saja.'

Seorang anak laki-laki berumur 17 tahun yang bernama Yukihira Yukio mengidap sebuah sindrom aneh, yaitu jika ia menyentuh atau bersentuhan dengan lawan jenisnya secara langsung atau tidak, kepribadiannya akan berubah 180 derajat. Bahkan ia sempat tidak masuk sekolah atau tidak keluar rumah selama beberapa bulan. Memang sangat merepotkan memiliki sindrom ini. Ia mengidap sindrom tersebut sejak ia berumur 12 tahun, 5 tahun yang lalu. Entah apa yang membuat ia mengidap sindrom tersebut, tidak ada yang tahu pasti penyebabnya.

Yukio yang memiliki keputusan untuk mengakhiri hidupnya pun akhirnya ia lakukan. Dengan menjatuhkan diri dari lantai tiga gedung apartemen milik orang tuanya. Ia sempat koma selama 5 minggu di rumah sakit. Keluarga terutama orang tuanya selalu dihantui rasa cemas dan takut setiap harinya. Tak lama kemudian, keajaiban pun muncul dan berpihak pada Yukio, akhirnya ia terbangun dari komanya. Sungguh benar-benar suatu keajaiban.

Perlahan tapi pasti mata Yukio terbuka. "Aku...dimana?" Kata pertama yang ia ucap.

"Sayang! Akhirnya kamu bangun juga dari koma! Ibu sangatlah mencemaskanmu. Kamu adalah anak ibu satu-satunya, jadi jangan pernah meninggalkan ayah dan ibu ya, nak!" terdengar suara ibunya yang begitu ketakutan hingga menangis. Ibunya sangat menginginkan untuk memeluk putranya, sudah kurang lebih 5 tahun ia tidak pernah menyentuh bahkan memeluk anaknya sendiri. "Sekarang kamu sedang berada di rumah sakit, nak. Kamu koma selama 5 minggu, ibu khawatir, cemas, dan selalu takut jika kamu tidak bangun lagi!" Sang ibu akhirnya mengeluarkan air matanya.

"Kenapa aku masih hidup..." mata hijau laki-laki itu terlihat kosong dan hampa seperti orang yang tidak memiliki tujuan atau keinginan untuk hidup. Kulitnya pun begitu pucat, saat ini keadaannya benar-benar seperti mayat hidup. "Lebih baik aku mati saja kan, bu...?"

"Tidak sayang! Jangan pernah berpikiran seperti itu, ibu mohon...ini adalah suatu keajaiban! Kamu diberi kesempatan untuk hidup, nak. Ibu selalu menasehatimu bahwa jangan pernah melakukan bunuh diri bagaimanapun masalah yang kamu alami, karena bunuh diri bukanlah solusi dan tidak akan bisa menyelesaikan masalah. Ibu sangat memohon padamu, jangan pernah berniat untuk melakukan bunuh diri!" Mata ibu menatap tajam anaknya.

"Tapi...jika aku seperti ini selamanya bagaimana bisa aku menjalani kehidupanku? Terutama saat dewasa nanti, mana mungkin aku sama sekali tidak menyentuh perempuan yang kucintai? Aku tidak boleh berharap, mana ada perempuan yang menyukai orang seperti diriku ini? Aku lelah! Aku lelah hidup seperti ini! Aku lelah selalu berhati-hati jika keluar rumah dan bersentuhan dengan perempuan. Jika diluar rumah aku terlihat seperti orang gila yang sangat mengindari lawan jenis agar kepribadianku yang satunya tidak terbangun, selama 5 tahun ini hidupku hanya dipenuhi rasa was-was. Aku tidak kuat lagi! Dan lebih tepatnya mungkin ini adalah sebuah kutukan, bukan penyakit ataupun sindrom. Membayangkan tentang masa depanku saja membuatku buntu, bukankah lebih baik aku mati saja?!" Yukio sedikit membentak ibunya.

"Yukio...ibu mengerti apa yang selalu kamu rasakan, penderitaanmu selalu terasa pada ibu. Ibu sudah melakukan segala hal yang ibu mampu untukmu, nak. Tidak menikah pun tidak masalah bukan? Jika kau menginkan anggota keluarga, ibu bisa mengadopsikanmu adik atau kakak laki-laki untuk dirimu. Tidak bekerja pun sebenarnya tidak masalah bagi ayah dan ibu, karena kamu bisa mengandalkan orang tuamu, walau ibu tau kamu bukan tipe orang yang suka merepotkan atau membebani orang lain. Pokoknya ibu dan ayah akan selalu berada di sisimu dan akan selalu melindungimu, memberimu apa pun yang bisa kita beri padamu, semua demi dirimu Yukio. Asalkan kau tidak akan berniat untuk meninggalkan kita semua." Si ibu tersenyum sangat tulus pada anaknya.

Kutukan Inilah yang Membawaku PadamuWhere stories live. Discover now