🏷 Kanker Tiroid (Folikuler)

1.6K 59 2
                                    

.
.
.
.
.

Terlihat seorang gadis berjalan lemas ke arah pintu masuk Medical Center, wajahnya pucat dan sedikit mengeluarkan keringat---Saat membuka pintu, ia terjatuh di lantai. Membuat perawat di sana bergegas untuk menolong pasien itu.

"Mbak, mbak..." panggil perawat itu, sedangkan yang satu lagi lari untuk memanggil dokter

Tidak berkata-kata lagi, Gavin mengangkat pasiennya dan membawanya ke ruangan.

Di sisi lain, Esther baru saja menyelesaikan operasi pada pasien lansia. Ia melihat Gavin yang membopong wanita lain itu.

"Please, dia pasien. Gak boleh cemburu. Oke?" ucap Esther pada dirinya sendiri

Setelah mencuci tangannya dengan sabun antiseptik, Esther melongok pasien yang dibopong Gavin tadi. Sebelum dia masuk tidak lupa ia menggunakan hand sanitizer agar steril.

"Tolong siapin ruang operasi," suruh Gavin buru-buru

"Selin?" ucap Esther yang baru ngeh sama wajah pasien yang masih pingsan itu

"Kau kenal dia?" tanya Gavin

"Dia teman SMA-ku," jawab Esther

"Kau punya teman? Itu terdengar aneh," ujar Gavin yang masih bisa-bisanya ngeledek istrinya, untung Esther masih bisa sabar

"Jangan bengong! Siap-siap jadi babu," omel Gavin

"Tolonglah, aku baru saja selesai operasi tadi. Tanganku rasanya mau mati," ucap Esther mengeluh letih

"Tanganmu kan? Bukan nyawamu? Tidak ada dokter yang lemah. Cepat! Jangan lakukan kesalahan sedikitpun karena dia menghidap kanker tiroid folikuler," jelas Gavin

"Hah?! Selin inikah balasanmu menyiksaku gara-gara dulu aku sering nyontek ke kamu?" ucap Esther merenung

Kanker Tiroid : Kelenjar yang berbentuk seperti kupu-kupu di dasar leher, walaupun bentuknya seperti kupu-kupu penyakit ini tidak bisa diremehkan, harus ditangani dengan benar. Penyebabnya tidak bisa ditentukan, tetapi sering terjadi karena kelainan genetika.

Gejala : Pembengkakan di leher, sakit di leher, sulit menelan, sulit bernapas, batuk berlebih.

Gavin menyikat tangannya dengan detail menggunakan sabun antiseptik, setelah membilasnya ia mengangkat kedua tangannya dan masuk ke ruangan operasi---Esther mengasih lap untuk mengeringkan tangan Gavin, dan ia terpaksa harus jadi babu suaminya lagi.

Semuanya sudah siap, khusus Gavin ia hanya mau memakai pakaian warna hijau. Sedangkan asistennya memakai pakaian warna biru.

Alasan dokter mengenakan pakaian warna hijau atau biru di ruang operasi adalah agar mereka bisa merefreshkan penglihatan ketika mereka sudah muak melihat darah, alasan lain juga ada karena ketika darah terkena baju, maka akan mudah terlihat.

"Mess," ucap Gavin, Esther langsung mengasihnya dengan sigap.

Gavin membelek leher Selin dengan hati-hati, lalu ia merombak isi yang tidak diperlukan itu. Jujur saja, Esther masih jijik kalau lihat hal begituan---Dan entah kenapa kali ini, ia merasa seperti ada di ambang masa lalu, di mana ia baru mendobrak tubuh mayat.

"Penjepit," pinta Gavin, tetapi Esther tidak merespon

"Penjepit!" teriak Gavin yang sukses membuat Esther menitikkan air mata

"Heh heh! Jangan nangis, aku tabok ya!" omel Gavin

"Maaf," lirih Esther

Perawat yang lain malah jadi bingung, "Yang lain tetap fokus, kau gantikan Esther." tunjuk Gavin

Esther pun mundur, dan ia tidak bisa nahan tangisnya. Ia mengingat masa lalu yang begitu sulit dan dia juga mendapat bentakkan dari Gavin. Hatinya terlalu lemah mendengar bentakan.

"Keluar," suruh Gavin, dan Esther pun keluar

20 menit kemudian, Gavin berhasil menyelesaikan operasi pada pasiennya. "Kalian tinggal jahit. Aku tinggal." ucapnya lalu membersihkan diri

*

Esther menundukkan kepalanya, ia masih merasa sedih karena perlakuan Gavin---Penyebabnya datang dan menyodorkan sekaleng minuman kopi dingin tepat di depan wajah Esther. Tetapi Esther malah membalikkan badannya.

"Maaf," ucap Gavin yang duduk di sampingnya, entah kenapa Esther makin tersedu-sedu nangis

Gavin tidak mengira akan separah itu, ia pun berjongkok untuk menatap wajah istrinya yang cantik itu. "Ululuh, kok bengep gini makin cantik ya?" ledek Gavin sambil mengelap air mata Esther

"Pergi ah!" omel Esther kesal

Gavin tanpa ragu memeluk Esther, walaupun di depannya banyak pasien yang sedang duduk.

"Maafin aku, aku kasar banget. Kamu tahu kan kalau operasi itu gak boleh dianggap remeh? Aku tau kamu gak bisa dibentak orangnya. Tapi itu juga buat nyadarin ke diri kamu, kalau kamu kuat apa enggak di operasi itu. Maafin aku ya?" ucap Gavin yang masih memeluk Esther

"Hah au ah! Aku masih sebel, sebenarnya aku gak yakin sama operasi itu gara-gara kan kanker tiroid kalau di operasi malah bahayain. Aku gak tega sama Selin, dan kamu malah bentak aku terus." ujar Esther

"Terus aku harus kemotheraphy ajah, atau radiotherapy? Gak bisa Ther. Itu semua juga bahaya, daripada diam ajah kan mending dioperasi." ujar Gavin

"Lavaraskopi?" tanya Esther, pertanyaan itu membuat Gavin tawa terbahak-bahak

"Haduh, benar. Kau bukan dokter ternyata. Lavaraskopi itu khusus operasi ringan untuk bagian perut dan punggung sedangkan kanker tiroid di leher, creepy jadinya." ujar Gavin

Esther hanya membuang napas, ia merasa makin tidak berguna menjadi dokter.

"Tapi kau mana bisa secepat itu mendiagnosisnya, dan kau bukan professional. Kalau Selin tidak tertolong gimana dan kalau kondisinya semakin parah gimana?" tanya Esther nyerocos tanpa henti

"Lebih baik sigap daripada bengong," sahut Gavin santai

"Sigap jika teledor?"

"Buktinya, operasinya sukses kan?"

"Kau belum tau apa yang akan terjadi dengan reaksi tubuhnya nanti,"

"Setidaknya aku melakukan sesuatu,"

"Terserahlah, kau itu lebih cocok jadi pendebat!"

"Gak mau nanti mulutku capek, by the way gimana kalau malam ini kita ngewine?" tawar Gavin

Esther langsung menyiku perut Gavin, "Dokter tidak boleh mabuk-mabukkan!" bentaknya balas dendam, Gavin hanya mengulas senyuman di bibirnya

*

"Kamu seorang dokter? Dan suamimu dokter yang mengoperasiku?" tanya Selin yang masih terbaring

"Iya, dia cemburu pas aku membopongmu tadi pagi." ucap Gavin, Esther hanya menatap sebal ke arah Gavin

"Haha... Ya ampun, tenang saja aku sudah punya tunangan. Wah gila, baru kali ini aku melihat pasutri dokter secara langsung." ucap Selin

"Sebenarnya aku tidak selevel dengan dia, dia tidak tahu lavaraskopi haha..." ledek Gavin terus menerus

"Gavin, sebulan ini kamu tidur di luar." ucap Esther dengan mata yang membara

"Baiklah, kau sendiri yang bakal kangen kan? Aku gak bakal kangen sama kamu." ucap Gavin yang makin membuat Esther naik tensi

Plak!

Bugh!

Prang!

"Akh, ampun... Aku janji gak ngeledek kamu lagi." ucap Gavin yang rambutnya sudah gak jelas arahnya ditambah pipinya merah karena tamparan Esther, gak lupa pinggang Gavin yang nyetak cubitan setan, sedangkan Selin hanya tertawa melihat pasangan yang sedang bertengkar itu.

BARU SELESAI LANGSUNG PUBLISH :') STAY TUNE TEROS YANG LAGI DI RUMAH AJAH 💪 SEMOGA KALIAN TETAP SEHAT YA... 💚

I'm Not a DoctorWhere stories live. Discover now