ZERO

99 41 43
                                    

"Jangan tidur terlalu malam Miyoung sayang, besok kamu harus berangkat pagi-pagi."

Suara ibuku terdengar jelas meskipun aku sedang menyetel film dengan volume yang kencang. Waktu sudah menunjukan pukul 11 malam, tetapi aku sama sekali belum mengantuk. Pantas saja ibuku menegurku. Padahal aku harus berangkat pukul 5 pagi untuk mengikuti acara pengenalan siswa baru di sebuah SMA. Ngomong-ngomong, tak terasa, liburanku setelah lulus SMP pun sebentar lagi sudah selesai.

Aku lulus dengan nilai yang baik. Baru rasanya kemarin aku menjahili Sooyoung, melihat foto yang lucu bersama Yuri, dan belajar bersama dengan Hyoyeon dan Sooyeon. Setelah lulus dari SMP, kami pun memutuskan untuk bersekolah di tempat yang berbeda. Hyoyeon dan Sooyeon masuk SMK. Sedangkan aku,Yuri dan Sooyoung masuk SMA.

Aku benar-benar menikmati masa SMP ku dengan indah, semuanya bisa kudapatkan dengan mudah. Jika aku lapar, aku tinggal meminta uang kepada si culun. Aku tak mau banyak menghabiskan uang jajan yang diberikan oleh ibuku. Lalu, jika aku sedang malas mengerjakan tugas, aku biasanya menyalin tugas dari si pintar. Kalau dia tak mau memberikannya? Ya seperti biasa, aku akan menyembunyikan tasnya di tempat yang tidak akan dia ketahui.

Aku selalu menatap murid-murid yang berpenampilan kurang update itu dengan tatapan sinis. Yang benar saja, berpakaian saja mengapa harus formal sekali. Dengan seragam yang dimasukkan dan kaos kaki yang setinggi lutut. Dan juga rok mereka mengapa posisinya tinggi sekali. Haishhh dasar bodoh.

Aku juga pernah membohongi guru, membuat guru yang terkenal killer bisa menjadi marah dan aku pernah membuat seorang siswa menangis hanya karena dia memacari seseorang yang aku incar saat itu. Sebenarnya aku hanya ingin memanfaatkan dia, tapi aku tidak senang jika aku memiliki seorang saingan. Jadi pada saat itu, aku menampar dan mengambil kotak makannya secara paksa. Beruntungnya, ada biskuit rasa coklat yang merupakan makanan favoritku. Lalu aku meninggalkan dia yang sedang menangis dan terdiam lesu di koridor kelas.

How lucky I am.

***

Make me feel so high michigess-eo nal meomchul sun eobs-eo~

Salah satu lirik dalam lagu Energetic yang kujadikan alarm itu berbunyi kencang. Sebenarnya aku ingin tidur lagi dan bangun nanti jam 1 siang. Semalam aku tidur jam 1 pagi. Bisa dibayangkan mataku sudah seperti seekor panda sakit jiwa. Dengan malas, aku pun bangun dari tempat tidur untuk bersiap-siap. Sebenarnya acaranya dimulai pukul setengah 7, tetapi karena jarak dari rumahku ke sekolah lumayan jauh, aku harus bersiap-siap 2 jam sebelumnya. Teman-temanku kebanyakan memilih sekolah yang dekat dari rumahnya, tapi bagiku, itu terlalu biasa. Aku ingin menantang diriku untuk sesuatu hal yang baru.

(flashback)
"Miyoung, kamu yakin mau bersekolah disini?" tanya ibuku saat kami ingin pulang dari SMA yang aku inginkan.

"Iya eomma." jawabku singkat.

"Seriusan? Lumayan jauh lho, kan di sekitar rumah kita ada sekolah juga."

"Eomma, aku tidak mau bersekolah di sekitar rumah lagi, bertemu dengan teman yang itu lagi itu lagi, dan aku pun jadi bosan karena jarak tempuhnya dekat sekali. Tinggal naik sepeda 5 menit, sampai. Aku ingin menjadi lebih mandiri lagi. Berangkat sekolah dengan kendaraan umum, bertemu dengan orang-orang baru, dan sekaligus ini latihan supaya jika aku sudah berkerja, aku akan terbiasa."

"Eomma suka jalan pikiran mu. Tapi ini bukan berarti supaya Eomma jadi lebih susah mengawasimu kan?" tanyanya dengan sedikit ragu.

"Hahaha tidak lah." jawabku yakin.

Padahal itu memang salah satu alasan ku memilih sekolah itu. Aku juga ingin agar ibuku tidak terlalu sering memantauku seperti ketika aku di SMP dulu. Banyak sekali orang tua yang datang ke rumah karena perbuatanku kepada anaknya. Ibuku hanya bisa menghela nafas setiap menanggapi mereka dan berkata bahwa ia akan membicarakan hal itu kepadaku. Ketika ibuku menanyakan hal tersebut, aku bercerita seakan-akan aku telah dituduh dan difitnah, padahal kenyataannya adalah sebaliknya. Aku hanya ingin lebih bebas lagi dibandingkan saat aku masih SMP, aku sudah malas untuk mengarang cerita layaknya dongeng di dunia fantasi. Kini saatnya aku bersekolah lebih jauh, agar jika nanti aku melakukan sesuatu, para orangtua dari mereka sulit untuk mendatangiku karena jarak rumahku yang jauh dari sekolah itu.

"Lah, mengapa aku daritadi melamun saja?" tanyaku dalam hati.

Aku pun berpamitan dengan ibu dan segera berangkat.

***

"Astaga!"  

To be continued...

____________________

Makasih karena sudah baca part pertama ini sampai selesai. FYI, ini adalah first work ku, semoga kalian suka yah. Minta vote dan commentnya yah guys, biar aku bisa liat seberapa suka kalian sama jalan ceritaku ini.

Maaf juga kalau misalnya ada kesalahan penulisan atau typo.

KILL ME, LOVE METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang