Rahasia Samuel, Tujuh belas

3K 197 9
                                    

Fajar telah menyapa, bulir-bulir embun masih menempel pada dedaunan, suasana paginya sangat menyejukkan.

Pagi ini Samuel sudah di perbolehkan untuk pulang, tapi lebih tepatnya dia yang memaksakan untuk pulang kerumahnya. Ia bosan berada diruangan yang bau obat seperti ini.

Dan akhirnya sekarang ia terbebaskan dari rumah para obat itu. Dan pada pagi ini pula ia memaksa untuk pergi ke sekolah, ya walaupun wajahnya masih terlihat pucat, tapi ya tak apa.

Samuel sekali lagi mengikat tali sepatunya, lalu menyambar tasnya dan kunci motornya, ia selempangkan tasnya pada bahun kanannya. Lalu ia mulai melangkah pergi sekolah, yang sempat ia pikirkan kemarin.

Hari ini sampai selanjutnya, oma dan opahnya sudah tidak bisa menemaninya, entahlah sampai kapan, karena mereka sudah pulang ke surabaya.

Katanya beliau akan kembali lagi ke sini entah kapan itu ia tak tahu, dan tak mau tahu. Ia melangkahkan kakinya menuju bagasi rumahnya, hendak menaiki kuda besinya tapi niatnya urung karena ponselnya yang berdering. Ia mengambil ponselnya yang berada didalam saku celana, dan melihat nama yang tertera disana.

Setelah melihat nama yang kenal, akhirnya ia menggeser ikon berwarna hijau itu, dan menempelkan ditelingannya.

"Hallo ada apa?" Tanya Samuel.

"Lo udah berangkat belum? Kalo belum mampirlah kerumah gue bentar."

"Buat?" Tanyanya lagi.

"Ya buat nebeng, hehehe. Boleh ya.. motor gue lagi disita bokap, gegara motornya lecet, lo taukan bokap gue gimana?"

Samuel berdeham.

"Nah makannya lo jemput gue ya.. please,"

"Emang kakak lo kemana, paul?"

"Kak Fany lagi males berangkat sama gue, lagi badmood dia sama gue." Ucap anak itu lirih.

"Iya iya.. gue jemput lo!" Ucapnya pasrah sambil merotasikan bola matanya.

Lalu ia mulai menyalakan motornya dan pergi meninggalkan perkarangan rumahnya.

Beberapa menit berlalu, Samuel sampai di depan rumah Zidan. Anak itu sepertinya sedang beradu mulut dengan kakaknya, terlihat dari sini Zidan yang sedang menatap sengit kakaknya itu.

Samuel membunyikan klaksonnya. Masih tak ada sautan dari sang pemilik rumah.

"Kakak, kenapa sih ih, badmood mulu kek cewek?"

"Emang gue cewek bocil! Lo nggak tau aja rasanya PMS gimana, sakit tau."

"Trus kenapa marahnya ke Idan kak? Cape tau nggak sih, dimarahin tanpa sebab sama kakak, kuping Idan sakit kak!" Sarkas Zidan, sambil memegangi kupingnya.

"Karna kamu itu suka jailin kakak, gimana kakak nggak marah sama kamu hah!"

Samuel masih mendengarkan perdebatan mereka.

"Trus tuh ya, kenapa kamu kemarin makan coklat kakak?"

"Yakan aku nggak tau kalo itu coklat kakak? Trus Idan tanya mama, mamanya aja nggak tau, jadi ya Idan makan, lagian pelit banget sih sama adek sendiri!"

"Ya kenapa kamu nggak bilang kakak dulu? Kan ntar kakak nggak marah kaya gini."

Samuel sudah tak tahan, akhirnya ia membunyikan klaksonnya lebih kencang lagi.

Zidan dan Fany menoleh, melihat itu Samuel mengrembuskan napas jengah.

"Mau berangkat apa gue tinggal?" Tanya Samuel dengan nada dinginnya.

RAHASIA SAMUEL  ✓ (SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now