Part 12

1K 109 1
                                    

"Yang Mulia, Pangeran Leonidas ingin bertemu dengan anda."

"Biarkan dia masuk, Shellen. Dan buatkan minuman serta bawakan cemilan untuknya." Calla membuka matanya, merubah posisi duduknya dan menurunkan kakinya dari tempat duduk.

"Apa yang membawamu kemari, Pangeran?" Calla menatap Leonidas yang kini berdiri satu meter darinya. "Ah, aku harusnya mempersilahkanmu duduk. Dimana etikaku. Silahkan duduk, Pangeran."

Leonidas duduk di depan Calla, "Bagaimana dengan bahumu?"

"Jangan katakan kau datang kemari karena mengkhawatirkan aku."

Leonidas tersenyum kecil, "Yang Mulia pandai sekali menebak."

"Astaga, aku hanya asal bicara tadi." Calla bicara sejujurnya. Tadi dia hanya berniat menggoda Leonidas bukan ingin menebak. Dia berpikir mana mungkin sahabat baik suaminya mengkhawatirkan dirinya. Tentu saja sahabatnya itu membencinya.

"Jadi bagaimana bahumu? aku yakin cengkraman Yang Mulia Raja tadi menyakitimu."

Calla memegangi bahunya yang tertutup oleh gaun kebesarannya.

"Aku berbohong jika tidak sakit. Tapi sekarang sudah baik-baik saja." Ia tersenyum pada Leonidas. Tanpa ia sadari senyumannya telah membuat dada Leonidas berdebar tak karuan.

"Syukurlah kalau kau sudah baik-baik saja."

Shellen masuk, membawa minuman dan cemilan.

"Karena kau sudah ada disini maka kau harus menikmati jamuanku. Ini adalah ramuan khusus untuk kesehatan yang hanya bisa ditemukan di istana ratu. Silahkan dinikmati, Pangeran." Calla memperlakukan Leonidas dengan baik. Dia tak menemukan kesalahan dari Leonidas, oleh karena itu dia tidak melakukan apapun pada Leonidas.

Leonidas dengan senang hati menikmati jamuan Calla. Ia menenggak ramuan yang rasanya sangat melegakan tenggorokan beberapa tegukan.

"Sepertinya kau suka bermain catur, Yang Mulia." Mata Leonidas tak sengaja melihat catur bekas main Calla dengan kemarin malam.

"Ah, itu. Aku memang menyukainya."

"Kau pasti pandai memainkannya."

"Kau harus mencoba bermain denganku dulu, baru kau bisa menilai pandai atau tidaknya."

Leonidas tertarik untuk bermain catur dengan Calla tapi sayangnya tidak bisa sekarang karena dia memiliki sebuah pekerjaan.

"Mungkin kita bisa bermain catur besok sore, Yang Mulia. Tidak sopan mengajakmu bermain di jam seperti ini."

Calla akhirnya menemukan seseorang yang bisa ia ajak bermain catur selain Shellen. Itu baik untuk menghilangkan kejenuhannya mengalahkan Shellen. Ia yakin otak Pangeran Leonidas lebih baik dari otak Shellen.

"Aku akan menagih ucapanmu, Pangeran."

"Aku tipe pria yang memegang kata-kataku, Yang Mulia."

Calla tertawa kecil, sebuah tawa yang membuat Leonidas tanpa sadar mengembangkan senyuman.

"Aw, berapa banyak wanita yang kau buat terpesona dengan kata-katamu itu, Pangeran?"

Leonidas tertawa menanggapi lelucon sekaligus sindirian dari Calla, "Aku jarang membuat janji, Yang Mulia. Gadis-gadis mendatangiku tanpa aku harus berkata manis."

"Waw, kau terlalu sombong, Pangeran. Tapi, dengan wajahmu, ya kau bisa berkata sombong seperti itu."

"Itu artinya anda mengakui jika wajahku tampan."

Calla lagi-lagi tertawa. Sudah beberapa bulan sejak kematian raja dia tidak memiliki teman bicara selain Shellen dan kali ini Leonidas cukup banyak membuatnya bicara dan tertawa.

Eternal Love (Repost)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang