O3: manis

65 13 2
                                    

O3: manis, itu kamu.

Yuna mengketuk-ketuk meja, wajahnya menumpang diatas kedua tumpuan tangannya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Yuna mengketuk-ketuk meja, wajahnya menumpang diatas kedua tumpuan tangannya. Matanya tak lepas fokus dari sosok berpostur mungil berisi disampingnya, Eric Sohn. Tak perlu bertanya, Yuna sudah tahu.

"Berhenti memandangiku begitu, aku tahu aku tampan." Kikik pemuda rahang tajam itu seraya membetulkan posisi duduknya yang melorot akibat kakinya yang agak jenjang— iya agak, Eric tidak terlalu tinggi juga.

Yuna terkekeh, geli rasanya mengetahui fakta tak asing bahwa ia kepergok mengamati seseorang. Kemudian ia benarkan rambutnya, diselipkan ringan dibalik kupingnya. Kenapa dia jadi gugup, sih?

Eric menoleh, guratan senyum kaku di bibir tipisnya terlihat begitu menawan bila dilihat-lihat. Yuna tak mau bohong, senyum Eric memang menawan; tapi tawa Eric jauh lebih memikat.

"Ku dengar, Kangmin mengajakmu berkencan. Benar?" Suara itu merobek keheningan, goresan demi goresan yang dibuat Yuna kini turut berhenti seiring sang pencipta mengikuti lantun alam. Berhenti secara naluriah, seolah suara berat Eric adalah mesin pengorek otaknya.

"Itu.. bukan urusanmu." Cibir Yuna seraya membuang wajahnya, siapa yang akan menjawab lugas kalau pertanyaan yang diluar kendalinya melesat bebas kearahnya? Oh tentu, bukan Yuna yang ada diantara belasan orang di bumi ini.

Eric tersenyum simpul, "tentu saja itu menjadi bagian dari urusanku. Kamu temanku, aku temanmu. Kita teman. Kau tidak ingin berbagi? Aku tahu kamu selalu gusar, suara ketukan yang monoton diatas meja, dan caramu menggigit kukumu. Itu tidak biasa."

Yuna tercenung. Eric seolah tahu banyak tentang gusarnya.

"—dan, aku baru dengar berita ini tadi pagi. Dari anak voli, tim mainmu, hm?" Sambungnya, Yuna hanya diam. Tak ada gairah untuk menjawab, tangannya justru melepas genggaman dari batang grafit yang ia gunakan.

Sesaat, mereka saling membiarkan senyap menjadi teman mereka berteduh dalam ruang pikir masing-masing. Suara guru yang memaparkan material hanya melantun lewat kuping mereka.

Yuna masing termenung, pikirannya masih berhimpun puluhan pertanyaan yang hendak ia ajukan pada Eric. Namun sepertinya urung, mood-nya jatuh karena Kangmin things yang ia dengar.

Entahlah, memikirkan sedikit hal begitu saja sudah membuat Yuna nyaris kehilangan energi candangannya. Perutnya merintih, menagihnya untuk hutang makanan.

Eric melirik sekilas. Sejurus kemudian, pemuda itu tampak tersenyum. Kerutan di dahinya lenyap, kedua matanya melipat.

Tangannya mengatup, terlipat seolah tengah berdoa. Wajahnya meredup, bibirnya merapat, maniknya mengkilat. Sulapan cahaya renta itu terbias diantara manik tajam Eric. Hanya saja, Yuna tak menyadari itu.

Tuk!

Kedua mata Yuna mengerjap pelan bagai anak kucing yang kelaparan, pikirannya kosong. Sejak kapan ia menyimpan bungkusan roti pandan di loker mejanya?

Hei, makanlah. Aku menyiapkan ini karena aku tahu kamu pasti lapar. Berhenti menggigit kukumu jika lapar.
- E.S


Yuna menoleh, wajahnya seolah menerka-nerka sang pemilik roti adalah sosok disampingnya. Eric hanya meliriknya seraya tersenyum tipis.

"Makanlah."

Bisikan ringan itu mampu membuat Yuna tersenyum, bisikan penuh syukurnya tak pernah menyangkut di lidah; selalu terlepas otomatis yang membuat Eric tersenyum semu.

Manis.

Kalau Yuna bisa mendeskripsikannya, maka Yuna akan memilih satu kata yang mewakili segalanya yang ada pada sosok Eric; manis.

Eric itu manis. Dari sikapnya, caranya berbicara, dan tentu saja— parasnya. Yang mampu membuat segala macam gadis akan takluk pada paras pangerannya. Yuna tersenyum memikirkan hal itu.

Seberapa beruntung kekasih Eric kelak? Ah, Yuna berharap orang itu akan segera bertemu Eric. Menjalin kisah asmara yang manis dan klasik, sama seperti sikap Eric padanya.

Mungkin, kini Yuna bisa menikmati waktu sesaat bersama Eric. Apa itu tampan tanpa perasaan? Yuna hanya butuh peduli.





Dan hanya pada Eric, Yuna menemukannya.






MY DEAREST,

diary, mungkin selama ini dugaanku salah. Aku pikir, materi adalah segalanya. Tapi kurasa tidak sekarang. Eric mengajarkanku hal baru yang tak pernah akan aku lupa.

SYN for angelric👼

//

kangen yuric, apapun akan aku lakukan :D

2020 • worteul-ssi

nails-bitingWhere stories live. Discover now