A Fairytale (?)

319 32 1
                                    

Cahaya lampu jalanan berwarna jingga menerangi sudut kota Seoul yang mulai gelap. Pukul delapan malam. Kulirik jam digital yang tengah berkedip di sisi tengah dasbor mobil yang kini tengah mengantarku pulang menuju kediaman orang tuaku.

Beberapa jam lalu, Jimin mengirim pesan kalau ada tamu yang harus ia jemput di bandara sehingga kedua buah hati kami harus dititipkan di rumah kakek dan neneknya. Dan sekarang hanya tersisa beberapa kilometer lagi aku akan segera sampai.

"Di sana," suara bariton familiar terdengar dari sisi kiri. Aku mengikuti arah suara dan melihat sang pemilik mengangkat tangan kirinya yang bebas untuk menunjuk persimpangan besar yang baru kami lewati, sementara tangan lainnya masih memegang setir mobil. "Saat kelas 3 SMA aku pernah ditilang polisi pada tengah malam karena lupa membawa surat ijin mengemudi. Awalnya aku hanya berniat pergi ke minimarket dan tak menyangka akan ada razia."

Tawa renyah menyusul setelah ia menyelesaikan ceritanya dan aku mengambil kesempatan untuk menatap sepasang matanya. Binar kebahagiaan itu telah kembali setelah beberapa saat lalu sempat menghilang.

Ya, saat kami menghabiskan waktu di kamar hotel tadi -- menumpahkan segala rasa penasaran dan kerinduan, sorot mata Kim Taehyung sempat meredup. Walau ia mencoba menutupinya dengan tetap memelukku erat dan membiarkanku bersandar di dadanya, aku tetap mampu merasakan perubahan pada dirinya.

Semua terjadi setelah ia mendapat video call dari anak perempuannya.

Ia memang sudah dengan gamblang memberitahu keluarganya kalau hari itu akan menginap dan tidak akan pulang ke Geochang. Namun pukul enam sore itu, sebuah panggilan video datang dari Park Chorong. Awalnya, ia tidak mau menjawabnya namun setelah sedikit memaksanya, Kim Taehyung memutuskan untuk menuruti desakanku.

Bersembunyi di kamar mandi selagi ia menjawab panggilan, tidak membuatku melewatkan obrolan antara ayah dan anak itu. Park Chorong memang tidak berbicara apapun, aku langsung mendengar suara gadis kecil dari seberang sana saat telepon sudah tersambung.

"Appa, Haeun rindu sekali... kenapa appa hari ini tidak pulang? Haeun tidak bisa tidur kalau tidak bersama appa..."

Suara gadis kecil itu bergetar, terdengar jelas bahwa ia tengah menangis.

"Maafkan appa, sayang. Hari ini appa masih ada pekerjaan yang harus diselesaikan. Besok sore appa sudah kembali kerumah dan akan membelikanmu banyak oleh-oleh dari Seoul, Haeun dan Joeun oppa pasti suka."

"Haeun tidak mau oleh-oleh! Haeun cuma mau appa pulang malam ini!"

"Haeun sayang, appa harus--"

"Haeun tidak mau dengar apapun alasan appa. Pokoknya appa harus pulang malam ini!" Isak tangis yang kencang pun terdengar menggema dari ruangan yang hanya berbatasan dengan tembok tipis dengan kamar mandi tempatku kini berdiam diri. Tak berapa lama, suara wanita dewasa terdengar mengambil alih telepon.

"Kau disana saja dulu, jangan khawatirkan Haeun. Aku akan mengurusnya,"

Itu pasti suara Park Chorong. Terdengar tenang dan stabil walaupun tangisan putrinya begitu mengiris perasaan di belakang sana.

"Ya, terimakasih."

Itulah akhir dari percakapan keluarga Kim Taehyung yang mau tidak mau harus ikut aku simak. Memastikan kalau panggilan sudah benar-benar diakhiri, aku perlahan mengintip keluar dan melihat Kim Taehyung memang sudah tidak menggenggam ponsel dan menaruhnya ke posisi semula.

Ia yang semula masih bersandar di badan divan, langsung duduk tegak tatkala melihatku keluar.

"Kau sudah memakai pakaianmu?" Tanyanya dengan intonasi suara tenang seperti semula.

Secret Love Story (KTH)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang