Chapter 2 - Menjaga Lyodra

2.7K 238 45
                                    




"Entah semesta berencana apa hari ini, yang membuat pikiranku seketika kembali tertuju kepada kamu dan hanya ingin memastikan bahwa kamu baik-baik saja di sana."

Nuca, 2 April 2027



"Kamu ... apa kabar?"

Aku memejamkan mataku sekali, mencoba mereka-reka mengapa hanya sekadar bertanya kabar dari Lyodra bisa membuatku segugup ini. Tenang, Nuc, tenang. Mungkin, ini hanya efek karena sudah terlalu lama aku tidak berbicara dengannya, jadi agak kaget saat mendengar suara dia lagi. Ya, sudah hampir dua tahun kami tidak saling berkontak dan memang baru malam ini aku mencoba memberanikan diri untuk menghubunginya lagi.

Tak lama, dia pun menjawab, "Baik. Kak Nuca sendiri gimana?"

"Alhamdulillah, baik," jawabku sambil tersenyum, hasil kombinasi setelah mengetahui kabarnya yang baik dan bisa mendengar suaranya lagi. "... Udah lama, ya, kita nggak ngobrol."

Lyodra pun tertawa di ujung sana. Tawanya membuatku semakin tersenyum lebar, mempertanyakan sendiri apakah ucapanku barusan terkesan terlalu kaku atau tidak.

"Iya, tumben-tumbenan, lho, Kak Nuca telfon aku gini. Pakai acara muncul di live IG-ku tadi, lagi. Ada apa, nih, sebenarnya?" tanyanya balik, tawa kecilnya masih terdengar dari suaranya.

Aku pun berpikir. Aku memang belum jago dalam memberikan jawaban-jawaban dadakan saat sudah ditanya-tanya balik seperti ini.

"Hm, ya... aku cuman mau tahu kabar kamu aja, sih," jawabku lagi. Jawaban jujur yang memang berasal dari diriku setelah melihatnya muncul kembali di live Instagram pasca sempat menghilang karena peristiwa yang menimpa dirinya.

"Ooh," susul suara Lyodra lagi, "Makasih, ya, udah ditanyain kabarnya."

Aku pun terdiam sejenak. Mencoba merangkai kalimat untuk perbincangan berikutnya. "Kamu sekarang lagi di mana, Ly?"

"Aku ... lagi di Medan," jawabnya langsung. "Masih mau coba menenangkan diri dulu di sini sama Papa dan Mama. Dan ternyata benar, kan, hampir satu bulan bareng sama Papa dan Mama di sini bisa buat aku baikan sedikit."

Aku mengangguk-angguk sendiri. Sama sekali tidak berniat untuk menyinggung masalah tersebut, namun ternyata Lyodra sudah menyinggungnya sendiri. Tidak ingin membahas hal itu lebih lanjut, aku pun bertanya, "Kalau kabar Papa sama Mama gimana? Baik?"

"Baik, baik," jawabnya, "Lebih baik dari aku deh, kayaknya."

"Kamu harus sebaik mereka, dong," kataku langsung, sembari terselip doa bahwa ucapanku barusan bisa juga terwujud beneran. "Aku titip salam, ya, buat Papa dan Mama."

Ada jeda sedikit di ujung sana, hingga akhirnya suara Lyodra pun terdengar kembali namun tampaknya ia sedang menjauhkan diri dari handphone-nya.

"Paa, Maa, dititipin salam nih, sama Kak Nuca!"

Sontak, aku pun terkejut dan panik sendiri. "Eh, kok langsung disalamin, sih?"

"Ya gapapa, orang Papa sama Mama lagi ada di sini. Daripada aku keburu lupa, nanti," jawabnya enteng, persis seperti Lyodra yang kukenal dari dulu. Terang-terangan dalam berbicara dan lugas di setiap kata-katanya.

Tak lama, suara laki-laki lain pun terdengar dari handphone-ku.

"Nuca? Mana Nuca? ... Kamu lagi telfon sama Nuca? ... Mana, Papa mau ngomong ..."

Suara yang kukenal. Papa Lyodra.

"Iya, ini aku lagi telfon Kak Nuca. Eh, bentar, Pa, sabar, sabar .."

Location Unknown | Nuca LyodraWhere stories live. Discover now