8. Kapankah Jatuhnya Puasa Hari Syak dan Haramkah Hukumnya?

5 1 0
                                    

Kapankah Jatuhnya Puasa Hari Syak dan Haramkah Hukumnya?

Wed 13 May 2015

Pertanyaan : 
Assalamu 'alaikum wr. wb.

Ustadz Ahmad Sarwat, Lc., MA yang dirahmati Allah. Semoga antum sekeluarga dan keluarga besar Rumah Fiqih Indonesia selalu mendapat inayah dan keberkahan selalu, amin.

Mohon izin menyampaikan pertanyaan. Sebentar lagi kita masuk bulan Ramadhan. Saya pernah mendengar tentang puasa hari syak. Mohon penjelasan dari ustadz :

1. Sebenarnya apa yang dimaksud dengan puasa pada hari syak? Kapan waktunya atau tanggal berapa?

2. Adalah dalil-dalil dari hadits nabi terkait dengan puasa pada hari syak ini?

3. Tentang hukumnya, apa hukumnya orang berpuasa di hari syak itu? Apakah hukumnya haram total atau hanya makruh saja. Bagaimana menurut para ulama mazhab empat masalah hari syak ini.

Terima kasih 

Wassalam

Jawaban : 
Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, 

A. Pengertian Puasa Syak

Secara bahasa, kata syak itu berasal dari bahasa Arab asy-syakku (الشك) bermakna ragu-ragu, bimbang dan tidak merasa pasti. Lawan dari al-yaqin (اليقين) atau keyakinan.

Namun secara istilah, yang dimaksud dengan hari syak adalah tanggal 30 Sya‘ban, yaitu manakala orang-orang merasa ragu tentang awal bulan Ramadhan karena hilal (bulan) tidak terlihat pada tanggal 29 sehari sebelumnya. Saat itu tidak ada kejelasan apakah sudah masuk bulan Ramadhan atau belum. Ketidak-jelasan ini disebut syak.

B. Dasar Larangan Puasa Syak

Dasar larangan atas puasa pada hari syak diantaranya hadits Rasulullah SAW berikut ini :

لاَ تَقدَّمُوا رَمَضَانَ بِصَوْمِ يَوْمٍ أَوْ يَوْمَيْنِ إِلاَّ رَجُلٌ كاَنَ يَصُوْمُ صَوْماً فَيَصُوْمُهُ

Janganlah kalian mendahului bulan Ramadhan dengan berpuasa sehari atau dua hari sebelumnya. Kecuali bila seseorang memang terbiasa melakukan puasa sunnah, maka silahkan melakukannya. (HR. Bukhari dan Muslim)

مَنْ صَامَ يَوْمَ الشَّكِّ فَقَدْ عَصَى أَبَا الْقَاسِمِ 

Orang yang berpuasa pada hari syak maka dia telah bermaksiat kepada Abul Qashim (Rasulullah) SAW. (HR. Tirmizy)

C. Kesimpulan Hukum Para Ulama

Meskipun hadits-hadits di atas secara tekstual menyatakan larangan, namun apakah larangan itu berstatus haram atau makruh, ternyata para ulama berbeda pendapat.

Secara hukum sebenarnya yang secara tegas mengharamkan puasa para hari syak adalah mazhab Asy-Syafi'iyah. Sedangkan mazhab lainnya seperti Al-Hanfiyah, Al-Malikiyah dan Al-Hanabilah umumnya hanya memakruhkan saja. Mari kita rinci satu persatu apa fatwa di masing-masing mazhab : 

1. Mazhab Al-Hanafiyah

Umumnya para ulama di kalangan mazhab Al-Hanafiyah hanya memakruhkan puasa di hari syak.

Ibnul Humam (w. 861 H) yang menjadi ulama di kalangan mazhab Al-Hanafiyah di dalam kitabnya  Fathul Qadirmenuliskan sebagai berikut :

ولا يصومون يوم الشك إلا تطوعا وهذه المسألة على وجوه: أحدها: أن ينوي صوم رمضان وهو مكروه لما روينا، والثاني: أن ينوي عن واجب آخر وهو مكروه أيضا والثالث: أن ينوي التطوع وهو غير مكروه

Dan jangan puasa di hari syak kecuali puasa sunnah. Ada tiga bentuk dalam hal ini. Pertama, puasa dengan niat puasa Ramadhan maka hukumnya makruh sebagai kami riwayatkan. Kedua, puasa dengan niat puasa wajib yang lain dan hukumnya makruh. Ketiga, puasa dengan niat puasa sunnah dan hukumnya tidak makruh.[1]

2. Mazhab Al-Malikiyah

Ibnu Juzai Al-Kalbi (w. 471 H) yang merupakan ulama mazhab Al-Malikiyah menuliskan dalam kitabnya Al-Qawanin Al-Fiqhiyah sebagai berikut :

والمكروه: صوم الدهر وصوم يوم الجمعة خصوصا إلا أن يصوم يوما قبله أو يوما بعده وصوم يوم السبت خصوصا وصوم يوم عرفة بعرفة وصوم يوم الشك وهو آخر يوم من شعبان احتياطا إذا لم يظهر الهلال

Puasa yang makruh : puasa selamanya, puasa hari mengkhususkan Jumat -kecuali puasa sebelum atau sesudahnya-, puasa khusus hari Sabtu -kecuali puasa sebelum atau sesudahnya-, puasa hari Arafa dan puasa hari syak, yaitu hari terakhir bulan Sya'ban, demi kehati-hatian apabila tidak nampak hilal.[2]

3. Mazhab Asy-Syafi'iyah

Mazhab Asy-syafi'iyah umumnya mengharamkan puasa di hari syak, khususnya puasa sunnah yang tidak ada sebabnya.

Al-Khatib Asy-Syarbini (w. 977 H) yang merupakan salah satu ulama rujukan dalam mazhab Asy-Syafi'i ketika mensyarah perkataan An-Nawawi tentang hukum puasa sunnah pada hari syak, di dalam kitabnya Mughni Al-Muhtaj menuliskan sebagai berikut :

ولا يحل أي يحرم ولا يصح التطوع بالصوم يوم الشك

Dan tidak halal alias haram dan juga tidak sah berpuasa sunnah pada hari syak.[3]

4. Mazhab Al-Hanabilah

Ibnu Qudamah (w 620 H) yang jadi salah satu ulama rujukan dalam mazhab Al-Hanabilah menuliskan di dalam kitabnya Al-Mughni sebagai berikut :

وكره أهل العلم صوم يوم الشك واستقبال رمضان باليوم واليومين لنهي النبي صلى الله عليه وسلم عنه

Para ahli ilmu memakruhkan puasa para hari syak, juga menyambut Ramadhan dengan puasa sehari atau dua hari sebelumnya, lantaran larangan dari Nabi SAW atas hal itu.[4]

Demikian jawaban singkat dan sederhana terkait dengan pengertian hari syak, dasar larangannya sekaligus perbedaan pendapat para ulama dalam status hukumnya.

Wallahu a'lam bishshawab, wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, 

Ahmad Sarwat, Lc., MA
____________

[1] Ibnul Humam, Fathul Qadir, jilid 2 hal. 314

[2] Ibnu Juzai Al-Kalbi, Al-Qawanin Al-Fiqhiyah, jilid 1 hal. 78

[3] Al-Khatib Asy-Syarbini, Mughni Al-Muhtaj, jilid 2 hal. 163

[4] Ibnu Qudamah, Al-Mughni, jilid 1 hal. 306

🌺🌺🌺

ملخص الفقه الإسلامي {٤} - كتاب أحكام الصيام ✓Where stories live. Discover now