BAGIAN 2

445 39 5
                                    

Hie berpisah dengan Arthur di depan rumah Zayd, ayah Aletta. Sebelum memasuki rumah yang terbuat dari kayu tersebut, Hie menghela napas panjang. Sebenarnya inilah pertemuan pertama mereka setelah insiden pertarungan mereka demi memperebutkan posisi alpha. Masih terngiang di ingatan Hie bagaimana ketusnya ayah Aletta bersikap di depannya kala itu.

Hie memberanikan diri mengetuk pintu setelah beberapa kali menghela napas. Benar yang dikatakan Arthur, walau bagaimana pun Zayd adalah ayah Aletta yang mana artinya ayahnya juga.

Dalam ketukan kedua akhirnya pintu terbuka, menampilkan sosok Zayd yang menatap datar pada Hie.

" B ... boleh aku masuk?" tanya Hie, meminta izin.

Zayd tidak memberikan jawaban, namun melihatnya bergeser memberikan jalan untuk Hie, Hie menyimpulkan tindakannya itu sebagai izin darinya. Lantas, dia pun masuk ke dalam tanpa ragu.

Hie menggulirkan bola matanya menatap sekeliling ruangan, inilah pengalaman pertamanya memasuki rumah yang ditempati Aletta sedari kecil.

" Ada apa datang ke sini?"

Hie yang sedang fokus melihat-lihat itupun terkesiap kaget, dia membalik badan, kembali berhadap-hadapan dengan Zayd yang berdiri di belakangnya sambil bersedekap dada.

Tiba-tiba Hie merasa gugup mendapati Zayd menatapnya tajam. Tatapan permusuhan itu masih begitu kentara di kedua mata Zayd. Hie masih tak mengerti kenapa sahabat baik ayahnya ini begitu membencinya.

" A ... aku ingin mengucapkan terima kasih karena anda mengembalikan ikat kepala ini padaku, Aletta memberitahuku bahwa ..."

" Ikat kepala itu milik leluhurmu, tentu saja harus ku kembalikan pada pewarisnya yang sah." Jawab Zayd, dia melangkah menghampiri kursi, dan duduk di salah satu kursi tanpa mempersilakan Hie untuk duduk.

" Hanya itu yang ingin kau katakan padaku?" tanya Zayd dengan kening mengernyit.

Tujuan Hie datang kemari memang untuk mengucapkan terima kasih dan sekarang dikala dirinya mendapat pertanyaan seperti itu, dia bingung menjawab apa. Awalnya Hie pikir pembicaraan di antara mereka akan mengalir dengan sendirinya seperti saat dia bicara dengan Arthur, nyatanya bicara dengan Zayd tak semudah yang dia kira. Atmosfernya terasa begitu berbeda. Pria di hadapannya ini jelas begitu membencinya, hanya dari tatapan tajam Zayd padanya, Hie bisa melihatnya dengan jelas.

" Zayd itu ayahnya Aletta, artinya dia juga ayahmu, Hie. Kau harus membiasakan diri memanggilnya ayah."

Ucapan Arthur tiba-tiba terngiang di ingatan Hie. Benar, dia harus berusaha menghilangkan kecanggungan ini. Jika Zayd membencinya, toh seiring berjalannya waktu hubungan mereka akan membaik jika sering bertemu dan bicara. Hie mencoba meyakini hal tersebut.

" Aku datang ke sini untuk membicarakan banyak hal dengan ..." Hie menjeda ucapannya, terasa canggung untuk mengatakannya. " ... ayah." Lanjutnya, akhirnya panggilan itu keluar dari mulutnya.

Zayd mendengus kasar, dia bangkit berdiri dari duduknya. " Ayah? Kau memanggilku ayah?" tanyanya, lantas tertawa lantang setelah itu. Hingga hanya suara tawanya yang terdengar menggelengar di dalam rumah.

" Anda ayah Aletta. Karena Aletta mate-ku, tentu saja anda juga ayahku sekarang. Maaf jika aku salah mengartikan."

" Jangan salah paham. Mungkin aku tak bisa memiliki pilihan lain selain menerimamu sebagai alpha pack ini. Tapi menerimamu sebagai mate putriku, aku tak bisa semudah itu menerimanya."

Hie memicingkan mata, tak menyangka akan mendapatkan penolakan secara terang-terangan dari ayah mate-nya. " Bukankah bagi bangsa kita pasangan mate memang sudah ditakdirkan Moon Goddes? Aku baru tahu bahwa restu orangtua masih berpengaruh." Sahutnya.

ALPHA'S FATEWhere stories live. Discover now