Bagian 3

231 13 0
                                    


Ayaan Pov

"Oh tidak, mati lah aku. Aku harus pergi"

Aku segera berlari tanpa memperdulikan ke empat sahabatku lainnya. Aku harus bersembunyi agar tidak di lihat oleh Monica. Aku tidak perduli apa pun saat ini. Dengan cepat aku memasuki ruang perpustakaan. Aku berharap Monica tidak akan datang ke sini.

Tapi harapan ku tidak tercapai. Monica dan teman-temannya juga sudah memasuki perpustakaan. Ia tidak waras hingga mengejarku seperti ini. Dengan mengendap endap aku mencari tempat persembunyian.

"Ayaan?" ucap seseorang dan seseorang itu adalah Zahra.

Aku langsung saja menutup mulut nya dan membawa jauh dari tempat itu. Aku takut jika Monica akan mendegar suara Zahra. Aku terus membawanya, hingga aku menemukan tempat yang tidak akan di ketahui Monica.

Perpustakaan ini cukup luas, hingga tidak memungkinkan Monica akan menemukankku. Aku merasa lega hingga membuatku menghembuskan nafas dengan pelan.

Aku baru menyadari bahwa tangan ku masih membekap mulut Zahra. Aku memandang Zahra saat ini. Dia sama sekali tidak merasa risih. Dia malah memandangku. Oh tidak, apakah dia Monica kedua?. Dengan cepat aku melepaskan tanganku ini.

"Maaf, aku melakukan ini cuma ingin menghindar dari seseorang"

"Tidak apa-apa" ucap Zahra sambil tersenyum malu.

Sekarang aku hanya menunggu waktu jam belajar akan masuk. Sesekali aku memandang jam tanganku ini. Aku juga merasa bingung mengapa Zahra tidak pergi saja. Ia malah tetap duduk bersamaku. dia sekarang sudah berada di hadapanku. Ia terlihat begitu serius membaca buku.

Zahra Pov

Oh my god.. Bolehkah aku berteriak. Saat ini aku sangat ingin sekali berteriak. Ayaan saat ini sedang menutupi mulutku dan membawaku ke tempat yang entah kemana. Jantungku rasanya ingin keluar. Hingga  akhirnya kami sampai bagian perpustakaan yang tidak ku ketahui.

Bahkan setelah sampai saja, Ayaan tidak melepaskan tangannya. Aku terus saja memandangnya. Dan kini ia juga memandangku. Di saat itu juga ia melepaskan tangannya itu.

"Maaf, aku melakukan ini cuma ingin menghindari seseorang" ucap Ayaan.

"Tidak apa-apa"

Dia tampak masih ingin bersembunyi di sini. Aku tentu tidak ingin meninggalkannya. Dan aku memutuskan agar menunggunya di sini. Aku menyibuki diriku membaca buku yang aku pegang sejak tadi. Mataku memang sedang melihat isi buku, tapi tidak dengan pikiran ku. Pikiran ku ini lebih tertarik untuk memikirkan Ayaan.

"Zahra, waktu belajar sudah mau di mulai. Ayo kita pergi dari sini", ucap Ayaan membuatku semakin bahagia.

Ini adalah panggilan pertama Ayaan kepadaku. Dan hari ini menjadi hari pertamaku berbicara dengan Ayaan. Aku ingin sekali melompat lompat, jika itu bisa aku lakukan.

Sekarang ini aku jalan bersamanya, tepat di sampingya. Gaya nya begitu cool, hingga membuat hatiku meleleh. Di lihat dari samping saja ia terlihat tampan, apa lagi jika di lihat dari depan.

Aku jadi ingat semasa dulu. Tanpa sadar aku sudah mengukir senyuman di bibirku. Rasanya aku ingin sekali memberitahunya tentang masa lalu. Tapi aku juga sudah berjanji kepada diriku sendiri. Sebelum Ayaan mengenali ku lebih dulu, aku tidak ingin memberitahu nya soal semua yang sudah terjadi.

"Zahra, Ayaan, Kalian dari mana saja?" tanya Faraz yang berada di depan pintu kelasku. Ishita, Alia dan Manav juga berada di sana.

"Kami dari perpustakaan, kalian tau? Aku bersembunyi di sana. Monica sudah tidak waras hingga membuat ku seperti orang idiot" jelas Ayaan kesal.

Love in Ayaan ZubairDonde viven las historias. Descúbrelo ahora