1

1K 83 1
                                    

Ini beneran short story, jadi alurnya juga otomatis cepet ehehehe. But Happy reading!

ʕI trust youᏊ
.
.
.

Jeongyeon bukan-lah satu untuk orang, ia sangat sulit untuk berbaur dengan yang lain

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jeongyeon bukan-lah satu untuk orang, ia sangat sulit untuk berbaur dengan yang lain. Ia juga sulit untuk menyesuai-kan diri bahkan bersosialisasi.

Apakah itu karena jeongyeon seorang yang pemalu dan canggung jadi dia sulit untuk bersosialisasi?

Ah, itu-lah alasan kenapa Jeongyeon menentang keputusan kedua orang tua-nya untuk pindah rumah.

Jeongyeon pikir jika pindah ia harus membiasakan diri dengan lingkungan baru-nya. Sedangkan dia, yang seperti itu, Apa gampang?

Tapi mau tidak mau jeongyeon akan tetap menurut, toh dia masih bergantung kepada kedua orang tuanya. Uang, pakaian, makanan dan hampir semua-nya jeongyeon butuh-kan dari mereka.

Bagaimana pun juga jeongyeon itu seorang remaja, sekali lagi dan lebih tepat-nya remaja yang masih bergantung kepada kedua orang tuanya.

Oleh karena itu dia ada di sini, berdiri di depan teman-teman sekelasnya yang baru.

"H-hi aku Yoo Jeongyeon," napas-nya berderu kencang, bahkan ia tak bisa menormal-kan jantung-nya yang memompa sangat cepat. Orang-orang yang menatapnya malah membuat diri-nya jadi tidak percaya diri.

Tatapan itu, apa mereka tidak suka? Dengan penampilan yang jeongyeon kenakan? Ah ini sudah biasa bagi jeongyeon, ia hanya berharap bahwa mereka tidak melakukan hal fisik atau sampai bergerombol untuk membully-nya.

"Se-senang berkenalan dengan kalian semua! Ku harap kita bisa berteman de-dengan baik!" Tak ada yang menjawab, hanya sebuah deheman yang keluar dari mulut mereka. Padahal ini baru hari pertama, bagaimana kedepan-nya?

Seluruh mata masih tertuju pada-nya.
Keringat dingin terasa di tubuh jeongyeon, ia tak berani membalas tatapan itu jadi jeongyeon hanya menatap sepatu-nya.

Setelah beberapa menit, akhirnya sang guru memperboleh-kan jeongyeon untuk duduk. Ia bernapas lega.

Di dudukan-nya bokong jeongyeon ke kursi, ia sedikit lega karena mendapat-kan sebuah meja kosong untuk diri-nya seorang diri hingga,

"Ah... Ha.. ha. Ma-maaf pak.. saya terlambat... Ada rapat eskul tadi.."

Seorang pria bersurai hitam legam terlihat letih terengah-engah dengan keringat yang bercucuran di pelipis milik-nya. Manik hitam yang sama seperti surai milik-nya menarik perhatian jeongyeon, ia tampan.

"Ah iya silahkan duduk degan jeongyeon.." ingin rasa-nya jeongyeon mengetahui nama sang pria. "Um.." si pria terlihat bingung, ah bodohnya, dia kan belum tahu kalau ada murid pindahan. "Ah bapak lupa, ya sudah kau duduk saja dengan taehyung.."

.
[ I trust you ]
.

Selama jam pelajaran, hal yang jeongyeon lakukan adalah memperhatikan si pria yang baru saja ia ketahui nama-nya, Park Jimin.

Ia terlihat asik mengobrol dengan teman-nya, jeongyeon berpikir, apa wanita seperti-nya dapat dilirik oleh jimin?

Jeongyeon terus menatap, menatap dan menatap. Hingga bel berbunyi dan di saat itu juga mata-nya bertemu dengan milik jimin.

Jeongyeon tersontak kaget dan segera mengalihkan pandangan-nya kemana saja asal tidak ke arah jimin.

Ia sedikit melirik dari ekor mata-nya dan terlihat jimin yang masih memandang-nya dengan tatapan yang sulit untuk di artikan. Jeongyeon yakin jika jimin jijik pada-nya. Ia terlihat menyeramkan, menatap orang seperti itu. Itulah yang jeongyeon pikirkan.

Jimin. Pria itu menghantui pikiran-nya selama jam pelajaran dan Jeongyeon sedikit senang karena hal yang ia bayangkan tak terjadi di sekolah baru-nya. Tidak seperti disekolah lama-nya. Dia selalu di bully, di caci, bahkan di olok-olok karena style pakaian-nya yang bisa dibilang terlihat seperti pria.

Mungkin, bersekolah disini tak seburuk yang jeongyeon pikirkan. []

I trust you; Jeongmin [End]Where stories live. Discover now