14. Ayo Memetik Bunga

1.5K 278 6
                                    

Jung Jaehyun menunduk, menatap busur panah di tangannya.

Sudah sejam sejak Johnny dan Doyoung pergi, dengan puluhan nasehat yang didengarkan dengan serius oleh Rose, dan sebaliknya, didengarkan sambil melamun oleh Jaehyun. Mereka berdua (lebih sering Johnny) bicara seolah Jaehyun akan berangkat berperang dan tidak akan kembali. Sungguh sebuah pengingat yang bagus bahwa dia bisa saja bertemu paman yang tidak pernah ia temui seumur hidup dan bertingkah mirip penyihir jahat dalam buku cerita anak-anak.

"Hindari kontak sekecil apapun. Kalau situasinya tidak memungkinkan, mundur."

"Kawan, kau masih punya hutang 26 ribu won padaku, jangan mati dulu sebelum melunasinya."

"Kalau tertangkap, berbohonglah. Karang cerita apa saja. Mereka akan membiarkanmu hidup jika mereka pikir kau punya rahasia yang berguna. Jangan gunakan panah itu, Jaehyun. Apapun alasannya."

Kalimat terakhir sebenarnya tidak perlu Johnny ucapkan karena setelah pengalaman pertama yang membuatnya jatuh gedebuk seperti sekarung beras, Jaehyun berharap ia tidak harus berurusan dengan panah ini lagi. Ada banyak hal ajaib di sini, mendapat penglihatan tentang leluhurmu yang sudah lama mati pastilah salah satunya, tapi berubah menjadi orang haus darah karena sebuah senjata, Jaehyun rasa kelewatan.

Pikiran-pikiran gelap itu, perasaan bahwa ia mampu menghabisi siapapun, Jaehyun tidak menyukainya.

"Mau buah beri?"

Rose muncul, memasukkan 1 buah bulat kecil berwarna ungu ke mulutnya. Di tangannya, ada buah serupa yang dia tawarkan pada Jaehyun.

"Dari mana kau mendapatkannya?"

Sejam pula ditinggal bersama gadis itu, Jaehyun telah melihatnya mondar-mandir mencari makanan dan makan dengan selera makan yang membuatnya jadi semacam keajaiban karena tetap kurus. Fakta tentang Rose : dia cinta makanan. Sangat.

Rose mendudukkan dirinya di samping Jaehyun. "Banyak tumbuh di sekitar sini."

Keduanya belum beranjak dari tepi sungai, belum berangkat karena menurut Johnny, lebih aman bergerak di malam hari. Kegelapan akan menyembunyikan mereka dengan lebih baik, jadi mereka masih punya sedikit waktu sebelum acara memetik bunga.

Atau mati.

Jaehyun benar-benar harus belajar untuk menyingkirkan pikiran negatifnya.

Dengan bibir yang tertular warna ungu beri yang ia makan, Rose kembali bicara, "Boleh aku bertanya sesuatu?"

Jaehyun melemparkan 1 beri ke udara dan berusaha menangkapnya dengan mulut. "Tanya saja."

Usahanya gagal, tapi berhasil membuat Rose tersenyum, menyaksikan si buah beri menggelinding dan jatuh ke air. "Siapa Dalnim?"

"Kau penasaran?"

Wajah Rose merona. "Maaf kalau aku terlalu blak-blakan. Aku ingin tahu karena Miyeon dan Doyoung membicarakannya."

Karena tak ingin menyia-nyiakan beri lain, Jaehyun makan dengan cara yang normal. "Kurasa kau sudah bisa menebak Dalnim adalah pacarnya Doyoung?" Rose mengangguk. "Dia sama denganmu."

"Apa?"

Jaehyun berdeham. "Sama-sama berdarah campuran. Doyoung tidak sering bercerita, tapi dia bilang Dalnim meninggal dalam sebuah konflik dengan Seelie. Teman-temannya pergi, lebih memilih kabur daripada menolongnya."

Rose terbukti adalah pendengar yang baik karena dia diam menyimak, tidak menyela atau bertanya.

Jaehyun fokus pada matanya, titik-titik gelap di matanya yang biru, sehingga terlihat bagai laut dalam dengan beberapa batu karang. Laut yang ganas, hidup, bukan tidak mungkin menenggelamkannya. "Sepertinya raja yang lama tidak menganggap Dalnim penting. Dia tidak mengindahkan protes Doyoung yang ingin mereka yang tidak menolong Dalnim dihukum. Dia bahkan meminta Doyoung tidak balas dendam karena itu akan memperpanjang masalah."

Morality : A Prince's Tale ✔️Where stories live. Discover now