Part. 30

32.9K 3.4K 215
                                    

Huhuhu, kemarin aku survey di dinging tapi nggak update. Aku minta maaf. Kalian maafin kan? Iya??? wah, makasih banyak.

Baidewei, aku thanks banget buat kamu yang ngingetin aku. Males aku tag karena nanti kamu geer. Dan yang nanya akun penyu-ku apa, search aja pake keyword a brother, kan mundul nanti upload-an suara cemprengku di sana. Nah, follow aja penguploadnya. Nama akunku sekarang itu Nindy (Bu Kris). Dilarang protes ya, karena orang yang suka protes adalah temennya setan, sahabatnya jin.

Kalau nggak cari pake kode nomor (tekan yang ada gambar mikroskop loh!) : 5335012513

Ingat, itu no idku, bukan no togel.

Btw buat kalian yang lumutan, di rumah aja, mulai merana karena nggak ada kerjaan dan mulai butuh hiburan, beuh pas banget.

Aku ada kenalan. KeiWinset. Karyanya banyak. Pendek pendek tapi okray punya. Mampir sono. Biar ada bacaan 🤣🤣🤣.


 Biar ada bacaan 🤣🤣🤣

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.



Okay, pokoknya begitulah. Selamat membaca, love yeah!!!


***

Suasana begitu tegang. Mawar duduk di kursi bersama dengan Kris. Tangan mereka saling menggenggam, tetapi itu tidak mengurangi ketegangan yang sedang wanita itu rasakan. Di sebelahnya, Kris pun merasakan hal yang sama. Sedari tadi dia bertanya pada Mawar, apakah istrinya itu baik-baik saja atau tidak. Menawarkan opsi untuk pulang saja karena lebih mementingkan keamanan dan kesehatan Mawar di atas segalanya—terutama karena istrinya itu sedang mengandung.

Ayah Kris keluar dari ruangan dan Kris pun langsung berdiri. "Bagaimana, Pa?" tanyanya.

"Tidak bisa dijumpai." Pria tua itu melirik kea rah Mawar, lalu wajahnya menegang kaget. "Dia hamil? Anak kamu?"

"Tentu saja!" Kris bersuara lantang. "Pertanyaan Papa tidak masuk akal dan bisa menyinggung perasaan Mawar!" Ketidak-sukaan tergambar jelas dari raut wajah pria itu.

"Bertahun-tahun tidak hamil dan setelah kalian berpisah baru hamil, wajar bukan, Papa bertanya?"

"Kris ...." Mawar memanggil dengan suara yang terdengar seperti rengekan. Tangan Mawar melingkari perutnya, memeluk dengan protektif. Bibirnya sudah bergetar dan matanya sudah basah.

"Kita pulang," ucap Kris cepat. Dia menghampiri Mawar dan menarik wanita itu agar berdiri dengan gerakan pelan. Hanya saja, Mawar memberatkan tubuhnya. Menolak tanpa kata. "Kata Papa, Mama tidak bisa ditemui. Buat apa kita di sini? Ayo pulang."

Mawar menggelengkan kepalanya. Kepalanya yang menunduk membuat rambutnya yang tergerai menutup wajahnya dengan sempurna. Namun, tangis wanita itu tetap terendus oleh Kris karena air yang jatuh dari mata Mawar mendarat di tangannya. Kris merendahkan tubuhnya tepat di depan Mawar, menarik wanita itu ke dalam pelukannya, dengan gerakan sedikit memaksa. Beberapa kali dia mengecup kepala samping Mawar sambil membisikkan kata-kata penghibur, tetapi nyatanya tangis Mawar menderas.

(masih) istri sahOnde histórias criam vida. Descubra agora