jangan berubah ar..

63 25 2
                                    

"Kita memang tidak punya banyak tangan untuk menyumpal mulut orang yang membicarakan kita. Tapi kita punya dua tangan untuk menutup telinga kita dari pembicaraan mereka"

#quote 3

Aina pov

Hening. Pagi ini rumahku terasa sepi. Mungkin bapak sudah berangkat ke sawah. Aku juga tak mendengar suara ibuk memasak. Aku teringat, kalau hari ini pengumuman kelulusan.

Aku menyelonjorkan kakiku, meminimalisir rasa malas yang menguasai. Aku harus semangat. Aku harus bisa membuktikan pada bapak kalau aku bisa meraih impianku. Aku harus mendengarkan kata arkan. Aku harus bisa menjadi yang terbaik. Toh, arkan selalu menemaniku. Dia tak pernah meninggalkanku. Kalau bapak setuju aku kuliah jurusan sastra, aku akan tetap bersama arkan, dia kan sudah janji padaku.

Aku bergegas ke kamar mandi.
Setelah siap, aku mencari ibuk ke dapur. Tidak ada. Tidak ada siapapun dirumah ini. Terpaksa aku berangkat sekolah tanpa pamit.

Setibanya di sekolah, aku berlari menuju papan pengumuman, disana sudah banyak anak-anak berkerumun. Aku mencoba menyelip diantara mereka. Disana tertulis nama Aina Talita Zahran dengan keterangan lulus. Aku sangat bahagia. Aku mencoba mencari nama arkan, ternyata dia juga lulus. Dan tanpa aku duga ternyata dikertas lain terdapat pengumuman, kalau aku adalah siswa terbaik. Aku bahagia bukan main. Aku keluar dari kerumunan itu dan mencari arkan. Tapi sepertinya dia belum datang. Terpaksa aku menunggunya di gerbang. Setelah beberapa menit menunggu, dia datang. Aku langsung melambaikan tanganku, dia membalasnya. Dia memarkirkan motor lalu menghampiriku.

" Kenapa senyum-senyum gitu ai?"

ujarnya ketika sudah ada disampingku.

Aku memberitahunya kalau aku dan dia lulus dan aku menjadi lulusan terbaik. Tapi bukannya ikut bahagia, dia malah biasa-biasa saja. aku merasa ada yang beda dengan dia pagi ini.

Apa dia tidak bahagia aku menjadi lulusan terbaik? Apa dia mau mengingkari janjinya untuk selalu bersamaku? Buktinya sekarang dia sudah berubah. Duhh gusti?? Aku takut.

######

Aku bergegas pulang setelah perpisahan dengan teman-teman. Aku menangis. Bukan karena aku berpisah dengan teman-teman yang lain. Tapi karena ada satu temanku yang berubah. Padahal hari ini adalah momen langka. Biasanya semua teman-teman menangis karena akan berpisah dan saling berikrar janji bahwa tidak akan melupakan satu sama lain. Tapi arkan tidak. Hari ini dia tak banyak bicara. Dia diam. Pas aku meminta maaf padanya, dia hanya tersenyum tipis. Aku tau ada yang dia sembunyikan, tapi aku tak bisa menebaknya. Aku bukanlah arkan yang bisa mengetahui apapun masalah sahabatnya. Aku tak sehebat itu. Aku tak sepeka itu.

Ayolah ar.. Kalau ada masalah diomongin. Jangan diem. Aku tak bisa dicuekin kamu seperti ini.

Aku membuka pintu rumah. Aku lihat bapak dan ibukku sedang makan siang. Aku mengucapkan salam, lalu mencium tangan mereka yang belepotan nasi. Cara makan orang-orang desa memang berbeda dari orang-orang kota. Jika orang-orang kota makan dengan menggunakan sendok, orang desa makan dengan menggunakan tangan, katanya lebih nikmat dan juga sunnah nabi.

"Sini gihh,, ikut makan"

ujar ibuk sembari memberikan piring kosong padaku.
Aku menerimanya lalu duduk disamping bapak.

Aku sengaja tak memberitahu bapak dan ibuk kalau aku lulusan terbaik. Aku tak ingin mengganggu makan mereka, rasanya tidak sopan.
Baru setelah selesai makan, aku menyerahkan surat keterangan itu pada bapak.

"Apa ini nduk?" ujar bapak sembari menerima kertas yang aku ulurkan.

"Coba bapak baca" aku menunduk takut salah bicara.

Kaulah InspirasikuWhere stories live. Discover now