🌱 21.Vana jangan benci Shila

49.9K 2.8K 116
                                    

Hah, berdebu banget ini guys wkwk. Udah baca versi bukunya? Jangan dibeli guys. Sama aja ngerugiin saya awwkwk. Rencana si mau tak oper di Karya Karsa aja biar bisa dibaca sama kalian nunggu selesai kontrak. Aku kasih untuk mengobati rasa kangen dan penasaran kalian yang belum baca haha. Bukunya udh gak dijual lagi, yg kemarin beli selamat Anda mendapatkan buku limited edition.

Selamat membaca~

Saya paham banget, ini masih perlu perbaikan. In syaa Allah versi karya karsa akan jauh lebih baik mulai dari generasi awal yang rencana mau aku gabung jadi satu buku dan lebih masuk akal.

***

Davier mengelus rambut Shila lembut. Semuanya sudah membaik. Kondisi Shila semakin hari semakin membaik, tetapi gadis belum juga sadar. Suasana semakin hari semakin mencekam. Tidak ada sedikit pun kebahagiaan setelah kejadian ini di rumahnya.

"Saya lelah menunggumu Shila! Saya pergi!" Davier bangun dari duduknya, berniat melenggang pergi. Namun suara lemah menghentikannya.

"Vana," lirih Shila pelan, matanya masih menutup.

"Jangan."

"Jangan."

"Shila mohon  ... jangan."

"Pergi," cicitnya.

Davier kembali ke tempat duduknya. Mengusap pelan tangan dingin Shila lalu mengecup keningnya. "Buka matamu sayang. Vana sudah hilang. Kau tidak perlu takut. Ada Kakak."
 
Shila membuka matanya perlahan. "Kak Vier ... maaf," cicit Shila.

"Why? Jangan banyak bicara!"

"Vana mana?"

"Sedang dihukum."

"Ka-Kak sakitin Vana lagi?"

"Ya."

"Kenapa?"

"Karena dia melukaimu, hati dan fisikmu. Dia pantas dihukum."

Shila menggeleng lemah. "Vana sakit. Dia sedang sakit—Shila pengen ketemu Vana .... Vana." Shila mencoba untuk bangun namun ditahan oleh Davier.

"Berhenti untuk membicarakan tentang Vana. Saya sedang tidak ingin mendengar namanya."

"Ta-tapi—"

"Shut ... istirahat. Sebentar lagi mereka akan ke sini menjengukmu."

"Kakiku tidak bisa digerakan?"

"Kakimu patah. Nanti kau akan kembali seperti semula. Sekarang tidur!" Davier mengusap wajah Shila dari kening sampai dagu berharap Shila tertidur.

OoO


Ucapan Gadha kemarin masih terngiang-ngiang di kepalanya. Soal teman, ya, apakah Edgarka dan Riana baik? Mereka memang baik, tapi apakah suatu saat nanti mereka akan berubah menjadi jahat?

Hari minggu pagi, Vana berangkat untuk bekerja. Sengaja ia ingin kerja lembur supaya ia mendapatkan uang banyak untuk mengganti semua uang yang dikeluarkan Edgarka untuknya.

Ting

Ting

Ting

 
Ada beberapa pesan masuk, Vana mengambil handphone-nya di tas. Menatap layarnya jengah, melihat siapa yang mengirimnya pesan.

Shamira sepupu


Shila udh sadar

Gw nunggu semuanya sepi:)

Lo di rumah kan?
 

Vana tersenyum bahagia. Bersyukur dalam hati, akhirnya Shila sadar. Hanya kabar ini yang ia nantikan.

Vana & Shila [SUDAH TERBIT & KARYAKARSA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang