'📝- O.6

1.1K 198 14
                                    

Candle Light
________________
‘O.6’

Ter-untuk Jung Wooyoung

    Selamat atas kemenanganmu, Jung Wooyoung. Maaf karena tak bisa mengucapkannya secara langsung.
    Penampilanmu tadi benar-benar sangat bagus, aku bahkan sampai terpukau saat melihatnya.

    Mungkin ini adalah surat terkahir yang kutulis untukmu. Aku terlalu pengecut untuk bertatap muka dan mengutarakan perasaanku padamu.
    Maaf jika selama ini tindakanku malah mengganggumu, aku tidak bermaksud seperti itu. Sekali lagi maafkan aku.

    Aku menyukaimu, Wooyoung-ah.

—C.Mountain
















“Hah~” siswa dengan surai pirangnya itu menghela nafasnya tepat setelah jemarinya berhenti bergerak untuk menorehkan tinta berwarna hitam di selembar kertas putih.

Dengan bertemankan cahaya lampu yang terpancar dari luar ruangan, dan melewati jendela, serta satu penerangan kecil berupa cahaya lilin di atas meja kerjanya, pemuda surai pirang itu melakukan tindakannya, yakni menuliskan sebuah surat terakhir untuk sang pujaan hati.

“Ku rasa ini akan benar-benar menjadi surat terakhirku.” ujarnya sebelum memberanjakkan diri keluar dari ruangan dengan papan kecil bertuliskan OSIS Room's di atas pintunya.

Kedua kakinya melangkah menyusuri lorong sekolah yang sudah sepi, wajar saja karena mengingat jika jam sudah menunjukkan pukul 7 malam, maka semua penghuni sekolah sudah memulangkan diri mereka ke rumah masing-masing setelah menyelesaikan satu acara hari jadi sekolahnya. Sekarang di sekolah itu hanya tersisa dirinya, penjaga gerbang, beberapa anak OSIS, serta beberapa guru yang entah sedang apa.

Mengingat tempat tujuannya sedikit jauh dari OSIS Room's, pemuda bersurai pirang itu harus rela berjalan sendirian selama 10 menit lamanya, karena– yeah! Sekolah itu cukup luas ternyata.

Setelah 10 menit lamanya ia berjalan, akhirnya kedua kakinya berhenti di sebuah lorong berisikan lemari-lemari yang biasanya disebut dengan loker, milik seluruh murid di sekolah itu.

Siswa itu berjalan menghampiri sebuah loker dengan papan kecil bertuliskan nama Jung Wooyoung.

Satu tangannya hendak membuka loker tersebut. Namun, tindakannya harus terurung kala indra pendengarannya menangkap suara yang tak lagi asing di telinganya.

“Choi San? Apa yang kau lakukan di depan lokerku?”

Tubuh siswa yang dipanggil San itu menegang seketika kala sang pemilik loker memergokinya yang hendak membuka loker tersebut dengan kunci cadangan yang ia dapatkan dengan susah payah.

Siswa dengan nama lengkap Choi San itu menoleh ke arah sumber suara. Lalu didapatinya seseorang yang berhasil membuat hatinya jatuh ke dalam pesonanya.

“A-a-a-aku... Aku...” tanpa San sadari, ternyata si pemilik loker– yang ternyata Wooyoung itu sudah lebih dulu berjalan menghampirinya.

“Jadi kau yang selama ini selalu meletakan surat dan bekal di lokerku? Iya?” San terdiam dan menundukkan kepalanya, ia tak berani menatap Wooyoung yang berdiri tegap di hadapannya.

“San, aku di depanmu, bukan di bawahmu. Jadi tatap aku!” dengan patuh namun takut, San kemudian mengangkat kepala dan hendak menatap Wooyoung. Namun sedetik kemudian, kedua netranya membulat terkejut.




CHUP!

San mengerjapkan matanya, ia mencoba mencerna apa yang sebenarnya tengah terjadi.

Tunggu! Apa dia bermimpi? Wooyoung mencium bibirnya? Siapapun tolong katakan kalau itu cuma mimpi!!

Setelah beberapa saat berlalu, Wooyoung kembali menarik dirinya, sedikit menjauh dari San yang masih terlihat bingung akan apa yang baru saja terjadi.

Sedangkan Wooyoung langsung tersenyum kala mendapati raut bingung nan polos milik San, lalu dengan segera ia menarik San ke dalam pelukannya.

“Apa kau benar-benar menyukaiku, San?” dengan gugup dan takut, San kemudian mengangguk pelan dalam pelukan Wooyoung.

“Kalau begitu, balas pelukanku dan jadilah kekasihku.”

Karena bingung dan terkejut, San justru langsung melepaskan diri dengan mendorong Wooyoung, “Tunggu! Apa? J-jadi apa?”

Wooyoung lantas terkekeh pelan, satu tangannya terangkat guna mengusak surai pirang milik San. “Jangan pura-pura bodoh, San. Kau tak tahu kalau selama ini aku juga menyukaimu?”

Tunggu! Apa? San tidak salah dengar, kan? Wooyoung menyukainya?

“Kau... Apa?”

“Aku juga menyukaimu, bahkan lebih dulu darimu.”

“Apa? T-tapi bagaimana bisa?”

Wooyoung terkekeh, lalu tangannya kembali mengusak pucuk kepala San. “Kita bicarakan lain waktu. Mulai sekarang jadilah kekasihku, dan aku akan melakukan segalanya untukmu.”

Mendengar penuturan Wooyoung, perlahan rona merah serta perasaan hangat mulai menjalar ke pipi San. Lalu dengan cepat wajah San yang semula berwarna putih mulus, kini sudah memerah merona hanya karena tawaran Wooyoung agar menjadi kekasihnya.

Dan akhirnya dengan perlahan, San pun mengangguk setuju. Hal itu langsung membuat Wooyoung tersenyum senang dan segera menarik San dan menerjang bibir kissable San dengan ciuman lembut dengan disertai sedikit lumatan.














































To be continue___
•••
Titi_Min005
©2020

Avv!!!!
Ku ngetiknya sambil senyum² sendiri masa:v
Untung ngetiknya pas malem, jadi nggak ada yang liat, awokawok:v

Dan ternyata setelah ku baca ulang, ku malah ketawa dong. Hadeuhh, mana ampe ngebangunin kakakku yang lagi tidur lagi:v

Bentar gaess, masih ada satu part lagi nih:v
Janlup voment ya gaess:')

[✔] Candle Light; WooSanWhere stories live. Discover now