26. Terbuka

586 45 0
                                    

Andre menyusuri beberapa gundukan tanah. Lalu kakinya berhenti di salah satu gundukan, tepat berada di tengah. Berjongkok dan merapalkan do'a untuk Almarhumah Kiana, Bundanya.

"Bun aku dateng lagi. Aku masih rindu bunda. Bun, aku belum sepenuhnya menerima tante Mira sebagai ibuku. Aku juga masih cuek sama ayah. Aku tau aku salah, tapi aku benar-benar belum bisa. Lalu? aku harus apa dan bagaimana? ...

"Bun, sekarang aku lagi dekat dengan perempuan cantik bernama Kiara. Dia baik sama aku, dia juga sangat tau sekali perasaanku. Aku bahkan belum cerita apa masalahku, tapi dia selalu tau apa yang aku rasakan. Karena aku belum sepenuhnya yakin sama dia, bun. Maka dari itu, aku belum cerita apapun tentang aku dan keluargaku, termasuk Bunda ...

"Bunda, jika putramu ini suka dengan seorang Kiara bagaimana? Entah mengapa, saat berada didekat dia itu beda. Aku merasa bukan diriku yang ketus dan si mulut pedas, aku merasa lebih bisa meredam emosiku. Dia membawa pengaruh baik buatku. Nanti akan aku kenalkan dia sama Bunda. Sekarang, aku harus pamit. Cuaca saat ini dingin, padahal gak hujan. Aku pamit pulang ya, bun."

Setelah Andre selesai bicara, ia segera beranjak. Tak lupa memberi salam pada makam Kiana. Kemudian kakinya melangkah pergi menuju tempat di mana motornya tersimpan.

●●●

Andre pulang ke rumah dengan wajah yang sedikit sendu, karena ia masih ingin berlama-lama di makam bundanya. Tetapi karena cuaca hari ini tidak mendukung, jadi dia memutuskan untuk pulang ke rumah saja.

Menaiki anak tangga menuju kamar. Dan dirinya mulai memutuskan untuk mandi terlebih dahuku. Seusai mandi, ia memakai pakaian santai, yakni kaus hitam polos, dan celana pendek hitam. Setelah rapi, Andre menuju ke bawah.

"Den, makanan sudah siap di meja makan. Bibi permisi lanjut setrika pakaian dulu, ya," pamit Bi Jum pada Andre. Ketika Bi Jum ingin pergi, langkahnya terhenti oleh intrupsi dari Andre.

"Makanan siapa yang buat?" tanya Andre.

Bi Jum berpikir sebentar, ia tidak mungkin memberitahu jika ini masakan Mira. Ia harus berbohong untuk hal satu ini. Ia juga kasihan dengan Mira, yang selalu berupaya memasak untuk Andre dan selalu berakhir sia-sia.

"Bibi yang masak. Ya udah, Bibi mau setrika dulu." Sebelum mendapat jawaban dari Andre, bi Jum sudah berlalu pergi menuju ruangan untuk menyetrika pakaian.

Andre melanjutkan langkahnya ke belakang. Ia mulai duduk di kursi tepat di meja makan. Mulai menyendokkan nasi serta lauk, dan kini mulai menyantapnya.

Seusai makan, Andre segera membereskan bekas makannya. Setelah itu, dirinya memutuskan untuk beranjak menuju sofa. Ia mulai mendaratkan bokongnya, dan mulai menyalakan televisi juga mencari siaran yang menurutnya bagus.

Di sela-sela acaranya menonton televisi, Andre sempat memikirkan suatu hal. Di mana ia belum bisa menerima Mira sebagai ibunya, dan juga Marcel yang masih salah paham pada dirinya.

Apakah dirinya harus bisa menerima Mira? Apa yang akan terjadi selanjutnya jika dirinya benar-benar berbaikan pada Mira dan ayahnya? Apa bisa Mira menggantikan Kiana, bundanya?

Di sela-sela pemikirannya itu, tiba-tiba saja Mira datang menghampirinya, yang masih setia duduk di sofa dengan televisi yang menyala.

Mira mendudukkan bokongnya di sofa, tepatnya di samping tempat Andre duduki. Ia diam sebentar memerhatikan Andre yang serius menonton televisi. Ia sedikit tersenyum, kala mengingat kalau Andre mulai mau memakan masakannya. Meskipun ada kebohongan, tapi itu bisa membuatnya tersenyum bahagia.

Andre bukan tidak tahu jika ada Mira di sana, tapi ia lebih memilih tak acuh. Entah mengapa, hatinya masih belum bisa sepenuhnya rela, jika Mira menggantikan bunda Kiana.

ANDREAS (End)Where stories live. Discover now